WAWANCARA EKSKLUSIF

Selepas S-1 UI Meluncur ke Manchester University, Hardianto Yoshua CEO Rumah Guru Academy

Hardianto Yoshua merupakan CEO Rumah Guru Academy, lembaga bimbingan belajar yang memiliki banyak program

Penulis: tribunjambi | Editor: Duanto AS

Kadang kunci dikasih ke saya untuk ada kegiatan-kegiatan mahasiswa dikasih kesempatan untuk saya yang pegang kuncinya gitu.

Tahun 2014 kan sempat mewakili ini juga. Kabarnya BEM mulai 2012, 2013, 2014 aktif tuh di badminton, sempat tanding lawan Malaysia, Hongkong, Makau, Singapura.

Yang paling kuat waktu Malaysia itu waktu tanding badminton di sela-sela waktu skripsi juga istirahat, buka laptop set kedua di 2014 itu terakhir, ya bertandingnya.

Pelajaran yang paling disukai apa?

Matematika sama ekonomi

Apa sih yang Abang lihat dari matematika itu?

Yang menarik, oke. Matematika enggak hanya tentang rumus, tapi matematika ngajarin kita untuk pemecahan masalah melihat soal itu dari berbagai sudut pandang.

Di mana kalau cara A enggak bisa cara B. Kita masih bisa coba lakuin nah yang salah itu kebanyakan orang ngehafalin rumus, kemudian konsepnya mereka lupa gitu.

Padahal kalau konsep konsep itu terbentuk dari apa yang mereka bisa pahami. Konsep, kalau mereka sering latihan soal, sering coba kerjakan, bisa enggak pakai cara yang lebih cepat, mereka cari efisiensi dari soal tersebut.

Nah, orang pikir matematika kok nanti bisa pakai kalkulator, nanti sudah dewasa enggak terpakai lagi. Kemudian untuk dunia kerja juga enggak pakai, ada program Excel dan lain-lain. Itu mindset yang sebenarnya perlu diubah.

Karena di matematika kita belajar pemecahan masalah, problem solving dan itu bisa dipakai di dunia nyata.

Contoh, di matematika kita coba pakai rumus tapi enggak berlaku, kita kan bakal cari cara lain. Sama kayak di dunia nyata, kita enggak ketemu masalah kita. Ibaratnya mau instan, mau cepat selesai, nggak coba cari jalan-jalan yang lain gitu, jadi dia punya metodologi berpikir, sistematika berpikir dengan baik dan nggak gampang menyerah.

Kalau sekarang kan ketemu yang sulit, lebih ingin caranya simpel dan instan. Membuat mereka enggak terbiasa maksa dirinya nge-push untuk menyelesaikan tadi. Maka kalau mereka dihadapkan persoalan gampang, generasi sekarang ibaratnya mudah menyerah.

Nanti waktu mereka mau tes, sekolah kedinasan atau perguruan tinggi, mereka berusaha nyari lembaga untuk yang bisa kasih soal yang mirip sama tes. Padahal misalkan lembaga A sudah ngajarin, ternyata soalnya beda, nanti dibilang ah soalnya enggak mirip.

Padahal proses dia belajar tadi untuk mencapai tujuan akhir kalau dia benar-benar ngikutin dengan baik proses tadi itu bakal ada dampak ke dirinya sendiri.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved