Mengenal Budaya Carok Madura, Duel Celurit yang Tewaskan 4 Orang di Madura

Dua orang sudah ditetapkan sebagai tersangka kasus pembunuhan 4 orang dalam insiden carok Madura, dua pelaku yakni Hasan Busri dan Werdi.

Editor: Suci Rahayu PK
jawatimuran.disperpusip.jatimprov.go.id
Ilustrasi carok. 

Atas kasus tersebut, Hasan dan Werdi pun resmi ditetapkan sebagai tersangka pada Minggu (14/1/2024).

Keduanya dijerat Pasal 340 KUHP dan Pasal 388 KUHP dengan ancaman penjara paling lama 15 tahun.

Lantas bagaimana kemunculan tradisi carok Madura?

Baca juga: Cara Dapat Rp 600 Ribu dari Kartu Prakerja Gelombang 63, Klik Prakerja.go.id

Baca juga: Istri Sewa Pembunuh Bayaran untuk Habisi Suaminya di Karawang, Harus Mati Agar Dapat Harta Warisan

Sejarah tradisi carok di Madura

Carok muncul di Madura sejak abad ke-19. Ini berdasarkan catatan dalam laporan dua atropolog Belanda, De Jonge dan TouwenBouswma.

Carok diyakini berawal dari seorang mandor kebun tebu bernama R Sakera yang berusaha melawan Pemerintah Hindia Belanda dengan celurit.

Tindakan itu membuatnya dipenjara. Namun, Sakera tidak berhenti melawan.

Dia menggunakan celurit tersebut untuk membunuh banyak orang yang memenjarakannya.

Meski akhirnya dieksekusi, perlawanan Sakera menginspirasi warga Madura untuk melawan penjajah, meski hanya berbekal celurit.

Dikutip dari Kompas.com, Guru besar sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (FISIB) Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Khoirul Rosyadi menjelaskan, carok termasuk tradisi di Madura.

"Carok merupakan tradisi atau bentuk duel tradisional di Madura yang melibatkan pertarungan dengan senjata tradisional, biasanya celurit," jelasnya.

Awal kemunculan carok berkaitan erat dengan faktor sosial, ekonomi, dan politik di Madura.

Tradisi ini, katanya, dulu sering kali dihubungkan dengan penyelesaian sengketa antara kelompok-kelompok masyarakat.

Awalnya, carok ditujukan sebagai sarana penyelesaian konflik, terutama di kalangan keluarga atau kelompok-kelompok kecil.

"Dengan melibatkan duel ini, diharapkan masyarakat dapat menyelesaikan perselisihan secara adil dan mengembangkan rasa keberanian serta loyalitas," lanjut Rosyadi.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved