WAWANCARA EKSKLUSIF

Kisah Istri Capres, Siti Atiqoh dan Jurus Jaga Kondisi Ganjar Pranowo

Dia telah mendampingi Ganjar Pranowo di sejumlah jabatan politik, mulai sebagai anggota DPR RI hingga Gubernur Jawa Tengah selama 10 tahun.

Editor: Duanto AS
TRIBUNNEWS/IMANUEL NICOLAS MANAFE
Siti Atiqoh Surpriyanti saat diwawancara Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra di Studio Newsroom Tribun Network, Jakarta Pusat, Kamis (23/11). 

Ketika posisi masih menjadi gubernur itu kan sebagai istri selain juga sebagai pengganti dan juga ada tugas-tugas fungsional.

Seperti menyosialisasikan ibu-ibu PKK, mengurusi pemberdayaan masyarakat kemudian ketua Dekranasda yang kita bisa supporting UMKM-UMKM kerajinan.

Jadi ketika ada tugas-tugas yang melekat secara fungsional hari itu, tentu saya tidak bisa mendampingi Mas Ganjar.

Tetapi ada tugas-tugas tertentu yang memang Mas Ganjar itu membutuhkan saya sebagai pendamping, misalnya ada kegiatan kenegaraan, kemudian yang berkaitan dengan upacara, kemudian peringatan-peringatan.

Kalau masa keliling-keliling, pada saat mana Ibu Atiqoh merasa perlu ikut dan pada saat mana Ibu merasa tidak perlu ikut?

Kalau yang ada penjadwalan terkait dengan saya, ya, saya ikut, jadi memang saya sudah ada yang mengatur. Dan dilihat dari urgensinya saja.

Kapan Mas Ganjar ini menyampaikan serius ingin running jadi calon presiden, misalkan 'aku kok kepingin mengabdi yang lebih tinggi’ ada tidak greneng-greneng begitu?

Ya, ketika dideklarasi tanggal 21 April 2023 itu.

Sebelum-sebelumnya nggak. Karena kalau dari sisi politik, itu istilahnya, saya menyebutnya, itu itu hak prerogatifnya Mas Ganjar.

Seperti ketika running di Jawa Tengah juga begitu, tapi setelahnya kita ngobrol.

Bu, apakah pernah itu diajak berdiskusi oleh Pak Ganjar, mengenai materi-materi yang akan disampaikan dalam kunjungan terkait dengan pilpres ini. Pernah enggak itu diajak ngobrol? Misalnya, saya mau ke sini saya mau ngomong A atau mengupas B ya kan sekarang ini banyak diundang ke forum-forum gitu. Apa ibu ikut memberikan masukan atau Pak Ganjar tanya enggak?

Biasanya masukannya pada hari itu, ya, tapi diskusi karena kita memang keluarga biasa diskusi.

Atau misalkan tanya ke Ibu setelah sampai di sebuah acara, itu penampilan saya bagus enggak?

Enggak-enggak, nggak pernah nanya seperti itu.

Tapi saya sama anak itu memang memposisikan kita kan biasa keluarganya biasa berdiskusi, jadi memberikan masukannya itu tidak cuma ketika Mas Ganjar mau turun, enggak.

Kan kita kalau posisi lagi di Jakarta, itu kan kita hampir ketemu setiap hari ya kecuali kalau di luar kota kita.

Kalau saya tipikalnya lebih suka yang face to face seperti ini. Kalau misalnya Mas Ganjar lagi di luar kota, WA atau telepon kurang, saya kurang (sreg).

Apalagi kalau hal-hal yang khusus terkait dengan urusan keluarga. Takutnya nanti juga, kalau menurut saya bahasa WA itu kadang kurang komunikatif.

Apa ibu takut disadap?

Enggak, enggak. Apa yang mau disadap, orang saya enggak ada isinya apa-apa.

Yang sadap juga bingung, saya bukan tipikal orang yang senang telepon atau WA.

Lebih suka face to face seperti ini karena kadang ada missunderstanding karena bahasa WA lebih, kalah kayak gini kita bisa lebih melihat body language orang, ini beneran atau tidak, ini tulus atau tidak. (tribun network/yuda)

Baca juga: Tsamara Amany dan Kedekatannya dengan Erick Thohir, Sudah Ikhlaskan Posisi Cawapres

Baca juga: Adu Nyawa di Aspal Kawasan Tugu Keris Kota Baru, Balap Liar Bikin Warga Kesal

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved