Perlu Support Lingkungan untuk Pasien Dengan Gangguan Kejiwaan

Agar bisa pulih, pasien dengan gangguan kejiwaan selayaknya mendapatkan perhatian khusus dari keluarga dan lingkungan.

Penulis: M Yon Rinaldi | Editor: Herupitra
Tribunjambi.com/M Yon Rinaldi
Pisikolog, Ridwan 

TRIBUNJAMBI.COM,JAMBI - Agar bisa pulih, pasien dengan gangguan kejiwaan selayaknya mendapatkan perhatian khusus dari keluarga dan lingkungan.

dr. Zakaria, Kepada Bidang Pelayanan dan Penunjang Medik Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Provinsi Jambi mengatakan banyak Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang sudah pulih dan dikembalikan ke keluarganya, kembali dilakukan rawat inap karena keluarga dan lingkungannya tidak peduli. 

"Banyak pasien ODGJ rawat inap yang sudah bisa dipulangkan ke keluarga namun sesampai dimasyarakat malah diabaikan oleh keluarganya," ujarnya

Senada Ridwan, Pisikolog juga mengatakan pentingnya peran keluarga untuk kesembuhan pasien dengan gangguan kejiwaan baik berat maupun ringan.

Ia mencontohkan rata-rata pasien dengan gangguan jiwa yang datang ke tempatnya di dampingi oleh keluarga mereka.

"Mereka yang datang ke saya untuk terapis dan berobat selalu di dampingi oleh ayah atau ibunya," ujarnya Senin (13/11/2023).

Baca juga: Pasien Gangguan Jiwa Usia Remaja Perlu Orang Lain untuk Melihat Gejala Awal

"Bahkan untuk mencari tau tempat praktek dan informasi di lakukan oleh orang tua nya," timpalnya.

Hal ini, karena untuk pasien dengan gangguan kejiwaan terkadang dia tidak mengetahui permasalahan yang sedang dia hadapi, sehingga perlu peran orang lain untuk melihat gejala awal dan memberi support.

Pasien dengan gangguan jiwa yang tidak tertangani dengan baik akan berdampak sangat luas untuk dirinya bahkan bisa mengakibatkan depresi.

"Kalau sudah depresi bisa mengakibatkan sakit fisik bahkan bisa  memunculkan keinginan untuk bunuh diri," ujar Ridwan.

Ridwan menceritakan gangguan jiwa  awal bisa mengakibatkan gejala susah tidur, bahkan ada yang mengakibatkan sakit di tubuh seperti sakit kepala, mag, sesak napas dan sebagainya.

Untuk level yang lebih tinggi terkadang bersikap seperti orang kesurupan.

"Kesurupan itu bagian dari proses kepribadian yang labil, khususunya untuk mendapatkan perhatian di lingkungan, ketika itu tidak didapatkan, alam bawa sadarnya melakukan sesuatu di bawah sadar seperti teriak dan menangis," jelas Ridwan.

"Ada keinginan yang ingin dia sampaikan dan lakukan tetapi terhalang oleh sesuatu hal, bisa jadi orang lain atau ketidakmampuan dirinya untuk menyampaikan," tambahnya 

Lebih lanjut Ridwan mengatakan biasanya yang datang ke dia masih dalam  kondisi masih bisa terkontrol.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved