Jambi dan Palembang Dilanda Kabut Asap, Warga Keluhkan Tenggorokan Kering Hingga Mata Perih

Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutlah) dirasakan masyarakat di Palembang Sumatera Selatan dan Jambi.

Editor: Darwin Sijabat
Kompas.com
Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutlah) dirasakan masyarakat di Palembang Sumatera Selatan dan Jambi. 

Kebakaran hutan dan lahan telah menyebabkan sejumlah wilayah di Indonesia dilanda kabut asap, sehingga kualitas udara memburuk. 

Di Palembang, Adi Surya Dirgantara mengaku bahwa dia dan tiga anaknya sampai sakit akibat kabut asap yang menyelimuti kawasan tempat tinggal mereka. 

“Tenggorokan terasa kering, mata agak pedih, hidung kami tersumbat. Sudah satu minggu ini mengalami demam,” kata Adi, sambil menambahkan bahwa beberapa karyawan di warung mie miliknya juga mengalami batuk. 

Baca juga: Tingkat Kemudahan Lahan Terbakar Tinggi, BMKG Jambi Imbau Waspada Karhutla Hingga Dampak Asap

BMKG mengatakan bahwa karhutla menjadi salah satu penyebab memburuknya kualitas udara di Palembang belakangan ini. 

Pada Kamis (7/9), indeks standar pencemaran udara untuk PM2,5 menunjukkan bahwa kualitas udara di kota ini “tidak sehat”. 

Adi mengaku was-was dengan kondisi itu, dan terpaksa membatasi aktivitas anaknya di luar ruangan. 

“Anak saya yang pertama begitu pulang sekolah tidak saya izinkan lagi untuk main di luar. Kalau ke sekolah juga wajib pakai masker,” tuturnya. 

Penurunan kualitas udara turut terjadi di Kota Jambi, yang terdampak oleh kabut asap kiriman dari kebakaran di wilayah Sumatra Selatan. 

Sekolah-sekolah mulai mewajibkan para siswanya untuk mengenakan masker. 

Jupri Yanto, salah satu guru di SDN 66 Jambi mengatakan mereka harus mengurangi aktivitas belajar di luar ruangan. 

“Sejak beberapa hari terakhir kami tidak lagi mengadakan kegiatan seperti senam, mengingat kondisi udara yang masuk kategori tidak sehat,” kata Jupri. 

Sejauh ini, pemerintah di kedua kota tersebut belum menetapkan status siaga darurat bencana asap. 

Padahal jumlah kasus ISPA dilaporkan telah meningkat. 

Kepala Dinas Kesehatan Sumatra Selatan Trisnawarman mengatakan terjadi peningkatan 4.000 kasus ISPA dalam sebulan sejak Juli hingga Agustus 2023.

“Biasanya kalau faktor kemarau ISPA keluar, ditambah lagi faktor asap, kan pagi bau asap kan, apalagi malam,” kata Trisnawarman. 

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved