Berita Jambi
Warga Dusun Geragai Tanjabtim Jambi Andalkan Panel Surya untuk Penerangan Cuaca Mendung Jadi Kendala
Warga Dusun Geragai, Desa Lagan Ulu, Kecamatan Geragai, Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) Jambi mengeluhkan belum adanya jaringan listrik.
Penulis: Suci Rahayu PK | Editor: Suci Rahayu PK
Sebelumnya, data awal 2023 di Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi, masih ada lima desa yang belum dialiri listrik.
Di Kabupaten Merangin, yaitu Desa Renah Kemumu dan Desa Koto Rawang di Kecamatan Jangkat, Desa Air Liki dan Desa Air Liki Baru di Kecamatan Tabir Barat.
Sementara di Kota Sungaipenuh, yaitu Desa Renah Kayu Embun di Kecamatan Kumun Debai.
"Untuk Desa Renah Kemumu dan Koto Rawang tahun kemarin sudah masuk jaringan, jadi tinggal tiga desa lagi. Dari tiga desa tersebut pun ada dua, Desa Air Liki dan Desa Air Liki Baru, sudah menggunakan PLTMH. Jadi yang belum sama sekali adalah Desa Renah Kayu Embun di Kota Sungaipenuh,” kata Tandry Adi Negara, Kepala Dinas ESDM Provinsi Jambi.
Dinas ESDM terus berkoordinasi bersama PLN Jambi dan PLN di wilayah Lampung dan Bengkulu agar desa-desa yang belum mendapat aliran listrik bisa masuk program Listrik Masuk Desa.
"Kita selalu komunikasi baik di PLN Jambi dan PLN wilayah lain," ujarnya.
Memang, sebagian listrik belum sepenuhnya masuk ke dusun-dusun atau pun ke tingkat RT.
Tetapi kalau berbicara skala desa sudah teraliri semua tinggal satu desa yang belum, yaitu Desa Renah Kayu Embun, Kota Sungaipenuh.
"Saat desa-desa itu belum dialiri listrik, di sana menggunakan PLTS namun seiring perkembangan waktu jaringan itu sudah masuk ke desa-desa. Sehingga PLTS yang ada sudah tidak berfungsi lagi karena lebih efektif menggunakan kekuatan daya ada di PLN," ujarnya.
"Bagi masyarakat yang kurang mampu PLTS sangat penting, karena pembiayaannya murah dan perawatannya pun cukup murah," pungkasnya.
Baca juga: Mobil Minibus Ludes Terbakar di Tebo Ulu, Kerugian Capai Rp200 Juta
Baca juga: Serapan Anggaran Minim, Kepala BPKAD Muaro Jambi Minta OPD Memanfaatkan Waktu
Tanggapan Pengamat
Peneliti dan Pengamat Kebijakan Energi Surya dari Institute for Essential Services Reform (IESR) Daniel Kurniawan, mengatakan bahwa penggunaan lampu bertenaga surya, atau biasa dikenal dengan sebagai Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE), umumnya memang digunakan sebagai upaya awal penerangan daerah yang belum teraliri listrik dan sulit dijangkau untuk pembangunan jaringan (umumnya karena alasan teknis dan ekonomi).
Meskipun LTSHE ini praktis memberikan penerangan, kualitas akses listrik yang dapat diberikan pada umumnya masih belum sesuai dengan standar SDG 7, di mana LTSHE hanya baru bisa memberikan penerangan saja selama kurang lebih 6-8 jam per hari, dan belum untuk aktivitas sehari-hari bahkan aktivitas ekonomi yang produktif.
Hal ini perlu menjari sorotan Pemerintah Pusat dan Daerah, termasuk PLN, agar dapat memberikan kualitas akses energi yang baik (dan bersih) guna meningkatkan kesejahteraan di daerah setempat.
"Salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah membangun pembangkit PLTS off-grid yang dilengkapi dengan baterai penyimpanan sehingga kualitas akses listrik di Desa Renah Kemumu dan Koto Rawang bisa meningkat dan tidak hanya pada tingkat penerangan awal saja."
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.