Sindikat Jual Ginjal Ditangkap

Kata Warga Soal Sindikat Jual Ginjal Ditangkap Polisi di Palembang Viral: Pakai Jaket Ojol

Terduga pelaku sindikat jual ginjal yang ditangkap di Palembang, Sumatera Selatan menggunakan jaket ojek online (Ojol).

Editor: Darwin Sijabat
Tribun Sumsel/ Kolase Tribun Jambi
Terduga pelaku sindikat jual ginjal yang ditangkap di Palembang, Sumatera Selatan menggunakan jaket ojek online (Ojol). 

Menurutnya bahwa ada salah satu warga yang mencoba bertanya pada anggota polisi yang ada di tempat tersebut, namun justru diminta pergi oleh anggota tersebut.

"Jadi ada yang tanya ke anggota itu ada apa, tapi sama anggota itu disahut dah 'bukan urusan kamu, kami ini anggota'. Terus dia pergi," bebernya

Setelah kejadian itu sekitar 20 menit, para anggota bersama diduga pelaku itu lantas pergi meninggalkan lokasi.

"Kejadian tersebut malam, sekitar pukul setengah 10, dan yang nangkep itu ada 10 orang lebih, pakaian yang nangkep itu pakaian preman dan memakai mobil pribadi yang ceper itu," katanya.

Pada saat warga ini melihat pun, dia sama sekali tidak mengenali para anggota yang membawa senjata pistol biasa itu dan anggota itu terlihat asing dan tak pernah dia temui.

Menurutnya dia tak terlalu melihat wajah pelaku. Saat diperlihatkan gambar yang beredar oleh Tribun, warga ini tidak mengenalnya sama sekali.

Baca juga: Hanim, Pelaku Sindikat Penjualan Ginjal, Dari Pendonor Hingga Jadi Koordinator di Kamboja

Dia juga pada saat dua bulan lalu sempat bertanya pada ponakannya namun dia juga tidak mengenalinya sama sekali.

Incar kelompok ekonomi rentan

Hengki menuturkan, para tersangka selalu mengincar korban yang tergolong kelompok ekonomi rentan.

Mayoritas korban adalah orang-orang yang terdesak secara ekonomi imbas diterpa pandemi Covid-19.

"Kami perlu sampaikan bahwa tindak pidana saat ini, terkait dengan tindak pidana perdagangan orang yang meliputi perekrutan, pengangkutan, penampungan, pemindahan, termasuk dengan memanfaatkan posisi rentan dengan tujuan eksploitasi," ucap Hengki.

Korban memiliki latar belakang berbeda.

Hengki memerinci, para korban itu ada yang berprofesi sebagai pedagang hingga seorang lulusan strata-2 yang tidak bekerja.

"Profesi korban ini ada pedagang, ada guru privat, bahkan calon donor ini ada yang S2 dari universitas ternama, karena tidak ada kerjaan dari dampak pandemi (Covid-19) ini," ungkap Hengki.

"Kemudian juga ada buruh, sekuriti, dan sebagainya. Jadi, motifnya sebagian besar adalah ekonomi dan posisi rentan ini dimanfaatkan oleh sindikat ini," jelas dia.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved