Berita Jambi

Profil Mbah Taryo Penerima Ganti Rugi Tol Betung-Jambi Rp19,5 M, Anak Mandor Besar Zaman Belanda

Mbah Taryo atau Sutaryo penerima ganti rugi Jalan Tol Jambi-Betung senilai Rp19,5 miliar ternyata tidak asing lagi dengan tanaman karet dan dunia

Penulis: Deddy Rachmawan | Editor: Suci Rahayu PK
Tribun Jambi
Sutaryo atau Mbah Taryo (64) membangun rumah megah dari hasil ganti rugi pembangunan jalan tol Jambi-Palembang. 

Sutaryo adalah warga Desa Muara Sebapo, Kabupaten Muaro Jambi yang tanahnya dilewati jalan tol. Jalan tol itu sendiri sejak bulan lalu sudah mulai dikerjakan.

Sembari mengisap rokoknya Sutaryo menerima Tribun Jambi di rumah sementaranya, Selasa (11/7/2023).

Rumah sementara itu berupa rumah papan sangat sederhana, tak jauh dari rumah yang sedang ia bangun.

Adanya proyek pembangunan jalan tol Trans Sumatera di Jambi membuat Sutaryo menjadi miliarder dadakan.

Tanahnya seluas 2 hektare lebih terkena proyek pembangunan jalan tol. Tanah itu memiliki dua sertifikat. Tanahnya berada di tepi ruas jalan lintas Jambi-Palembang. Panjangnya dari tepi jalan arteri hingga ke dalam mencapai 483 meter.

Baca juga: Mbah Taryo Kaya Mendadak, Dapat Ganti Rugi Rp 19,5 M dari Jalan Tol Trans Sumatera Ruas Betung-Jambi

Baca juga: Jaga Harga Pangan, Dinas PPP Batanghari Jambi Buka Kios Murah, Jual Beras, Minyak dan Gula

Dari ratusan jiwa yang tanahnya terkena proyek jalan tol, ia menjadi orang penerima ganti rugi terbesar di Muara Sebapo.

"Kalau uang ganti ruginya itu capai Rp19,5 miliar, " ujar Sutaryo.

Uang itulah yang ia gunakan untuk membangun rumah mewah barunya di atas tanah seluas dua tumbuk lebih.

Ia juga menuturkan uang ganti rugi itu ia bagi-bagikan ke tiga anaknya juga untuk membeli tanah. Mengenai rumah besar barunya itu kakek dua cucu itu mengatakan bahwa ia ingin rumahnya dijadikan tempat berkumpul keluarga dan warga sekitar.

Hidup itu, kata dia, harus bermanfaat. "Umur manusia itu cuma sebentar. Pangeran Diponegoro itu "umurnya panjang" karena ia bermanfaat, selalu dibicarakan," kata kakek yang mengenakan cincin batu merah delima di jari kirinya.

Sutaryo merupakan pensiunan PNS di Dinas Perkebunan Kabupaten Batanghari. Ia memiliki kebun karet. Ayahnya dulu di zaman Belanda bekerja di perkebunan karet Belanda. Tahun 1960an, Sutaryo tinggal di Muara Sebapo.

Terkait pembangunan jalan tol, ia mengapresiasi proyek prioritas untuk menghubungkan daerah-daerah di Sumatera tersebut.

"Secara nurani ini untuk kepentingan negara, ya saya setuju saja. Apalagi saya ini pensiunan PNS, " kata Sutaryo yang kemarin ditemani anak bungsunya.

Ada kisah menarik di tanah yang kini dibangun rumah anyar Sutaryo. Lapangan dekat rumahnya dikenal oleh warga dengan nama Lapangan JK atau Lapangan Jusuf Kalla. Penamaan itu lantaran saat JK menjadi wakil presiden, JK pernah ke sana pada 2006.

"Ingat ga dulu ada program penanaman karet satu juta hektare. Nah dulu Pak JK nanamnya di sini, " kenangnya sembari menoleh ke belakang. Ia menunjuk caping yang tergantung.

Sumber: Tribun Jambi
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved