Gagas Pariwisata Udara di Jambi, Harga Pesawat Pribadi Ka Basarnas Setara Toyota Alphard

Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Kabasarnas) Marsekal Madya TNI Henri Alfiandi memperkenalkan dunia penerbangan umum

|
Penulis: M Yon Rinaldi | Editor: Fifi Suryani
Tribunjambi/M Yon Rinaldi
Kurang lebih 3.5 jam, Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan Marsekal Madya TNI Henri Alfiandi piloti pesawat menuju Jambi. 

EXECUTIVE General Manager (EGM) Bandara Sultan Thaha Jambi dorong Provinsi Jambi miliki wisata udara.

"Alam Provinsi Jambi ini sangat bagus, apa lagi jika dilihat dari udara," ujarnya. Hal ini dikarenakan Provinsi Jambi memiliki geografi alam yang komplit, mulai dari pegunungan hingga lepas pantai.

Selain itu banyaknya sungai dan danau bisa menjadi sarana pendukung, khususnya pesawat ampibi atau pesawat yang bisa mendarat di air.

Ada banyak alternatif pilihan yang bisa digunakan, seperti helikopter, pesawat berbadan kecil hingga pesawat ampibi.

"Pesawat berbadan kecil itu terbang paling tinggi 10 ribu feet. Untuk ketinggian 4.000 feet itu sudah mampu menghadirkan pemandangan yang cantik dari ketinggian," katanya.

Sementara itu, untuk pesawat ampibi, selain menarik minat wisata untuk melihat Provinsi Jambi dari atas, pendaratan dan landing pesawat ini juga dapat menarik wisatawan di Danau Sipin maupun Sungai Batanghari.

Ide Siswanto yang diutarakannya saat berdiskusi dengan Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Kabasarnas) Marsekal Madya TNI Henri Alfiandi disambut dengan baik oleh jenderal bintang 3 ini.

Menurutnya dunia penerbangan umum atau non niaga saat ini tidaklah terlalu mahal.

"Untuk pesawat kecil saja harganya setara Alphard," ujarnya.

"Jadi konsep ini sangat mungkin terealisasi di Jambi," tambahnya.

Lebih lanjut dia mengatakan selain untuk wisata juga bisa untuk meningkatkan tranportasi udara dengan hidupnya penerbangan umum ini.

Tidak hanya itu, jarak tempuh ke beberapa daerah juga menjadi lebih singkat, apa lagi jika didukung dengan adanya landasan pacu di setiap kabupaten.

"Tidak perlu panjang, cukup 200-500 meter saja," katanya.

Dengan adanya landasan pacu ini, selain meningkatkan pariwisata dan memudahkan tranportasi juga akan berguna jika terjadi bencana alam.

"Jadi logistik akan cepat terdistribusi," ungkapnya.

Henri Alfiandi sendiri akan memperjuangkan regulasi dan perizinan penerbangan umum ini agar lebih mudah lagi di Indonesia.

"Kita harap penerbangan umum ini bisa terus berkembang, baik untuk tranportasi masyarakat atau pariwisata," pungkasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved