Sosial

Diah Peraih Ashoka Young Changemaker Indonesia 2023 Buat Sabun Cuci Piring Dari Kulit Nanas

Berawal dari mencoba-coba sendiri, Diah mengubah sampah dari kulit nanas yang ekstraknya diolah menjadi sabun pencuci piring dengan model ecoenzym.

Penulis: tribunjambi | Editor: Hendri Dunan
ist
Diah Fajar Ayu 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Diah Fajar Ayu sulap kulit nanas jadi sabun cuci piring. Berkat inovasinya tersebut dirinya berhasil menyulap limbah kulit nanas menjadi bermanfaat untuk banyak orang.

Diah Fajar Ayu (18) berhasil meraih predikat Ashoka Young Changemaker Indonesia 2023. Gelar terhormat itu diraihnya dengan mudah. Tapi hasil jerih payah dan tekat yang kuat untuk menciptakan sebuah manfaat dari limbah. Apa itu? Berikut ini yang berhasil tribun kulik dari Pemuda Pelopor Bidang SDA Lingkungan dan Wisata 2022 dan Duta Inisiatif Indonesia 2022.

Ketika memasuki umur 18 tahun, banyak remaja mulai mencari perhatian orang disekitarnya dengan berbagai cara. Ada yang cenderung memiliki ketertarikan berdiam diri saja, namun ada juga yang menyibukkan diri dengan pertemanan semata. Termasuk yang mampu menunjukkan kegiatan positif.

Bahkan perbuatan positif tersebut juga bisa berdampak bagi banyak orang, dan berpotensi membawa perubahan. Seperti yang dilakukan oleh sabahat fimel kita kali ini, Diah Fajar Ayu, remaja asal Jambi yang baru saja lulus dari sekolah menengah atas (SMA) ini telah melakukan suatu gerakan yang membawa dampak positif bagi lingkungannya.

Bermodalkan keberanian, Diah melakukan perubahan lingkungan lewat sampah yang dimanfaatkan jadi bernilai.

Berawal dari mencoba-coba sendiri, ia mengubah sampah dari kulit nanas yang ekstraknya diolah menjadi sabun pencuci piring dengan model ecoenzym. Kini ia tengah berupaya melakukan proses agar produk sabunnya memiliki sertifikasi halal.

"Karena sekarang sudah sabunnya sudah ada NIB nya kak," ucapnya.

Kegiatan itu ia lakukan karena keresahannya terhadap pola hidup orang banyak. Sampah yang bertebaran, dan limbah jadi permasalahan yang menggangu pikirannya. Sehingga gerakan peduli lingkungan seperti pembersihan sampah secara massal, dan aksi lainnya dilakukan.

Semua yang dilakukan Diah itu, ternyata bukan hanya sebatas untuk dirinya saja. Diah membuat sebuah komunitas dengan nama Kajanglako dan Angso Duo (Janglanso) yang memfokuskan kegiatan kebudayaan, pariwisata, serta lingkungan.

Langkah Diah sampai sejauh ini tidak lah mudah. Karena ada drama yang telah ia lalui dalam memperjuangkannya. Diah yang seorang anak kuli bangunan, dan dibatasi oleh pemikiran orang tuanya agar tidak banyak berkegiatan, tidak lantas membuatnya berhenti.

Ia tetap terus melakukan apa yang menjadi keinginannya dengan niat "berubah menjadi lebih baik".

Lambat laun ia akhirnya mampu membuktikan apa yang menjadi pemikirannya ternyata berdampak baik bagi kehidupan.

"Akhirnya orang tua mengizinkan apa yang Diah lakukan," cerita Diah.

Ia berharap kepada anak-anak muda lainnya untuk berani mengambil langkah.

"Jadilah pemuda aktif, kreatif, dan produktif. Menebar manfaat diusia muda. Jangan rebahan, mageran, apalagi baperan. Jadilah agen perubahan. Karena setiap orang punya kelebihannya masing-masing. Jadikanlah kekurangan sebagai suatu kelebihan, dan kelebihan sebagai potensi dirimu," lanjutnya. (Rara Khushshoh Azzahro)

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved