Sosial

Berwisata Keliling Kuala Tungkal Naik Becak Melintasi Jembatan WFC Yang Terkenal

Berkeliling kota menggunakan becak melintasi jembatan WFC yang ikonik di Kota Kuala Tungkal hingga keliling ke tempat lainnya menjadi wisata menarik

Penulis: tribunjambi | Editor: Hendri Dunan
Tribunjambi/Ade
Meriahkan HUT Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar) ke-57 dan HUT RI ke 77, Pemerintah Kabupaten Tanjabbar menggelar lomba balap becak. 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Menghabiskan waktu dengan berwisata ke Kota Kuala Tungkal tidak lengkap jika belum berkeliling menggunakan becak

Berwisata ke Kota Kuala Tungkal tidak lengkap rasanya jika tidak berkeliling kota menggunakan becak. Terutama untuk melintasi jembatan WFC yang ikonik di Kota Kuala Tungkal hingga keliling ke tempat lainnya.

Bagi wisatawan lokal, ketika mendengar Kota Kuala Tungkal biasanya akan langsung terbersit akan becak. Kenapa, sebab di Provinsi Jambi, hanya di Kota Kuala Tungkal satu-satunya yang masih memiliki transportasi becak di tengah kota. Maka dari itu, becak sudah menjadi ikon bagi Kota Kuala Tungkal, yang membuat kota Kuala Tungkal semakin unik dan menarik.

Umumnya, pengguna jasa transportasi becak memilih untuk menyewa becak guna keliling Kota Kuala Tungkal. Terutama untuk melintas di jembatan WFC hingga pelabuhan atau keliling dalam pusat Kota Kuala Tungkal.

Rute yang umum dipilih selain ke pelabuhan adalah ke Alun-alun dan tempat Food court atau stadion dan pasar Kuala Tungkal.

“Umumnya pengunjung menggunakan becak sore hari untuk melintas di WFC, ke Alun-alun, Stadion hingga pasar Kota Kuala Tungkal hingga pelabuhan,”ungkap Ade, warga Kuala Tungkal.

Selaku warga lokal, Ade merasa bangga dengan masih terpeliharanya alat transportasi yang masih digerakkan tenaga manusia tersebut. Bahkan dirinya berharap itu dipertahankan atau diberikan sentuhan modifikasi sehingga lebih menarik lagi.

“Yang terpenting, pemerintah memodifikasi atau membuatkan jalur khusus untuk becak wisata. Sehingga disepanjang jalur itu, hanya becak yang boleh melintas. Agar pengunjung benar-benar merasa becak itulah satu-satunya kendaraan yang bisa digunakan untuk melihat tujuan mereka,”terang Ade.

Meskipun begitu, semakin moderm dan semakin maju perkembangan zaman semakin beragam alat transportasi yang digunakan dan becak di kota Kuala Tungkal masih tetap bisa eksis. Meski fungsi dan kegunaannya tidak semata untuk transportasi wisata, tetapi juga media pengangkut barang.

Ade, mengatakan jika dahulu becak merupakan alat transportasi utama jalur darat yang ada di kota Kuala Tungkal. Dan, berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menaikkan eksistensi becak di kalangan masyarakat, namun hasilnya belum maksimal.

Sakirin (65) pengayuh becak di Kuala Tungkal mengatakan peminat becak sepi sejak 3 tahun terakhir.

"Saya narik becak dari tahun 1980, kurang lebih sudah 43 tahun saya narik becak. Dulu becak tidak seperti sekarang, dulu sangat ramai peminatnya jumlah nya juga masih banyak," jelasnya

"Mulai sepinya peminat becak itu pada akhir tahun 2020 atau awal-awal tahun 2021, tepatnya saat pandemi, bahkan semakin tahun semakin sepi," tambahnya.

Namun meskipun pengguna jasa becak saat ini sangat sepi, namun pada hari-hari tertentu seperti hari libur dan hari-hari besar pengayuh becak mengalami peningkatan pendapatan. Karena banyak pengunjung dan warga lokal yang menggunakan jasa pengayuh becak.

"Kalau hari Minggu pendapatan kami sedikit lebih meningkat, karena banyak orang yang dari Jambi datang ke WFC, nanti parkir mobil di WFC dan dia keliling-keliling naik becak dan kami sangat bersyukur. Hari-hari besar juga begitu," tambahnya.

Susanto (70) pengayuh becak lainnya juga mengatakan hal yang serupa. "pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menaikkan becak kembali, tapi memang untuk ramai seperti dulu sepertinya tidak butuh campur tangan pemerintah," jelasnya. (Ade Setyawati)

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved