KISAH Sahlan Nabung Rp4 Ribu Per Hari Selama 25 Tahun Akhirnya Naik Haji

Kini, warga dusun kelahirannya, Gilin Laok, Ketapang Timur, Sampang, Madura, tak canggung lagi menyapa Sahlan dengan "Kak Towan Haji".

Editor: Duanto AS
TRIBUNTIMUR.COM/THAMZIL THAHIR
BERANGKAT - Sahlan saat berada di pelataran Hilton Hotel, Madinah, Rabu (31/5) malam. Dia satu di antara rombongan jemaah haji 2023. 

NAMA di KTP-nya Sahlan saja. Tanpa nama belakang, nama depan, atau gelar. Tanggal 10 Dzulhijjah 1444 Hijriyah, atau tiga pekan lagi, Sahlan berhak menyematkan gelar "Haji" di depan namanya.

Kini, warga dusun kelahirannya, Gilin Laok, Ketapang Timur, Sampang, Madura, tak canggung lagi menyapa Sahlan dengan "Kak Towan Haji".

"InsyaAllah, mabror engghi (ya)." ujar Sahlan di pelataran Hilton Hotel, Madinah, Rabu (31/5) malam.
Pertemuan Tribun dengan kuli keranjang ikan Pasar Kemissan, Ketapang ini, tak terencana.

Seusai Magrib, Sahlan dan tetangganya, Bihaki Partah Mohammad (68), bersantai menunggu azan Isya, di pelataran pintu 22 Masjid Nabawi, Madinah Al Munawwarah.

Di KTP, namanya satu kata, Sahlan belaka. Namun, untuk kepentingan urusan dokumen perjalanan luar negeri, pihak Kementerian Agama (Kemenag) mendaftarkan namanya ke Imigrasi Surabaya, dengan tiga kata; Sahlan Ponah Ahmad.

Ponah nama almarhum ayahnya di Sampang. Sedangkan Ahmad nama "bin" mendiang kakeknya di Pamekasan.

Sejauh ini, kisah Sahlan naik haji, bukan labbaik, atau undangan pemilik Baitullah, belaka. "Sahlan kiih, buta huruf tak ada sekolah sama sekali," kata Bihaki, teman sekamar di Al Madinah Concord Hotel sekaligus sahabat sekampung Sahlan di Ketapang Timur.

Sahlan tak bisa berbahasa Indonesia sama sekali.

Komunikasi Tribun dengan Sahlan, atas bantuan Bihaki.

Sejak lahir 9 Juni 1966, Sahlan hanya mendengar dan menggunakan bahasa ibunya, Madura. Dia termasuk sosok tak banyak bicara.

Ia baru menjawab kala ditanya. Jika diajak bercakap, bola matanya selalu tertuju ke mata lawan bicara.

Orangnya bersahaja.

Jika diam, banyak mendengar adalah definisi baik, Sahlan laik berpredikat orang baik.

Sebelum ke Madinah, akhir pekan lalu, Surabaya juga kota terbesar pertama yang pernah dikunjunginya.

Sahlan jadi cerita karena kegigihan niat dan upayanya untuk berhaji.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved