Erupsi Merapi

Minggu Merapi Masih Erupsi, Centul dan Kembang Kol Diselimuti Abu Petani Berharap Hujan

Hingga Minggu(12/3) sore sekitar pukul 15.00 WIB Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta masih memuntahkan abu vulkanik

Editor: Fifi Suryani
Tribun Jogja/ Dewi Rukmini
Lahan cabai milik warga Desa Krinjing, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, yang terselimuti abu dampak erupsi Gunung Merapi, Minggu (12/3/2023). 

Sejauh ini BPBD DIY belum melakukan pemberian masker kepada masyarakat. Pihaknya fokus berkoordinasi dengan Bapai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta terkait perkembangan aktivitas GUnung Merapi. "Informasinya jadi lebih banyak guguran itu dari kubah yang di barat daya. Itu memang karena aktivitas yang dari dalam jadi kemarin kan kondisinya lebih aktif, lebih panas, amplitudonya juga meningkat, ya. Itu yang kemudian mengarah ke kali Krasak radius 7 km yang menjadi radius bahayanya," terang dia.

Gagal Panen

Sekitar 11 Kecamatan dan 41 Desa di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah terguyur hujan abu vulkanik. Desa Krinjing, Kecamatan Dukun, menjadi satu daerah di Kabupaten Magelang yang paling terdampak muntahan abu vulkanik Gunung Merapi.

Desa tersebut terletak di lereng barat Gunung Merapi sekitar 4,5 kilometer dari puncak dan berada di kawasan rawan bencana (KRB) III.

Aktivitas erupsi Gunung Merapi itu membuat seluruh wilayah di Desa Krinjing terselimuti abu vulkanik. Sepanjang mata memandang mulai dari jalan, bangunan dan tanaman warga tampak putih pucat tersamarkan abu.

Kepala Desa Krinjing, Ismail, mengatakan ketebalan abu yang menyelimuti wilayahnya sekira setengah sampai satu centimeter (cm). Ia menyebut, abu-abu tersebut sangat berdampak pada aktivitas pertanian warga.

Sebab, setidaknya ada sekitar 75 hektar ladang di Desa Krinjing terancam gagal panen karena abu yang menempel pada sayuran.

"Lahan yang terdampak itu satu desa kena semua, hampir di atas 50-75 hektar," ucap Ismail.

Ia mengungkapkan, lahan-lahan itu ditanami aneka sayuran semisal cabai, buncis, kembang kol, sawi cesin, dan centul (sawi sendok atau pok coy). Menurutnya, keberadaan abu vulkanik tersebut berpotensi membuat harga sayuran turun, terutama untuk sawi-sawian dan kembang kol.  "Harga belum tahu tapi pasti turun. Kalau cabai kemungkinan masih bisa tinggi. Akan tetapi selain cabai, seperti kembang kol dan lainnya bisa turun semua. Karena kembang kol kalau terkena abu seperti ini (abu) susah dihilangkan, apalagi centul," ungkapnya. Ia berpendapat, satu-satunya cara untuk menghilangkan abu-abu itu secara bersih adalah dengan air hujan. Oleh karenanya, ia berharap hujan deras segera turun agar abu yang menempel di tanaman dan ladang warga bisa tersapu bersih.

Selain sektor pertanian, abu vulkanik yang menyelimuti Desa Krinjing juga berdampak bagi para peternak kambing atau sapi di wilayah tersebut. Kepala Dusun Gendelan, Wusono Jati (36), menyebut para peternak di wilayahnya tidak dapat mencari rumput akibat abu vulkanik.

Sehingga, warga pun terpaksa pergi ke desa tetangga yang berada di bawah Desa Krinjing, untuk membeli pakan ternak. "Untuk sementara warga mencari pakan ternak ke bawah (desa tetangga) yang tidak terkena abu. Mereka carinya damen (jerami padi), biasanya rombongan pakai mobil pick up. Nanti mereka beli per bongkok (bundel) Rp6.000," ujarnya.

"Ya sebenarnya lebih mahal (ketimbang cari rumput sendiri).Cuman mau bagaimana, sekarang rumput tidak bisa buat kasih makan ternak," katanya. Lebih lanjut, untuk sementara hanya memberi imbauan kepada masyarakat untuk tetap tenang dan waspada serta selalu memakai masker. Ia pun juga berharap situasi di Desa Krinjing tetap aman terkendali.

 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved