Erupsi Merapi
Minggu Merapi Masih Erupsi, Centul dan Kembang Kol Diselimuti Abu Petani Berharap Hujan
Hingga Minggu(12/3) sore sekitar pukul 15.00 WIB Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta masih memuntahkan abu vulkanik
TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Hingga Minggu(12/3) sore sekitar pukul 15.00 WIB Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta masih memuntahkan abu vulkanik akibat adanya luncuran awan panas guguran. Imbasnya sejumlah dsetinasi wisata yang ada di Kabupaten Sleman, DIY ditutup.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman, Bambang Kuntoro mengatakan penutupan tersebut sebagai antisipasi kemunculan erupsi susulan yang lebih besar lagi. "Lokasi wisata tutup sementara. Bu Kapolsek dan Pak Danramil juga sudah operasi dengan teman-teman untuk (tutup) dulu," kata Bambang.
Dia menjelaskan wisatawan di lereng gunung Merapi sudah turun. Selain itu, warga di Turgo, Purwobinangun, Kecamatan Pakem beberapa mulai turun untuk mengungsi.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegempaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso, mengatakan pada sekitar pukul 14.22 WIB masih terjadi erupsi Gunung Merapi. "Jarak luncur awan panas guguran sekitar 1.500 meter mengarah ke barat daya atau ke Kali Bebeng," katanya. Warga masyarakat diimbau meningkatkan kewaspadaan terkait potensi terjadinya erupsi susulan.
wisata Jip Merapi di Cangkringan, Kabupaten Sleman tetap melayani wisatawan. Namun rute perjalanan wisata berkeliling dengan mobil jip itu sedikit diubah atau hanya boleh sampai di radius 5 Kilometer dari Gunung Merapi.
Ketua Umum Asosiasi Jeep Wisata Lereng Merapi (AJWLM) Dardiri, mengatakan operasional jip wisata merapi sempat tutup sementara pada Sabtu (11/3) dikarenakan adanya erupsi Gunung Merapi. Namun pihaknya kini mulai melayani wisatawan yang ingin berkeliling menikmati suasana di lereng Gunung Merapi.
Dia menjelaskan, situasi di lereng Gunung Merapi khususnya di Kabupaten Sleman cukup aman setelah erupsi kemarin. Tidak ada hujan abu vulkanik hingga Minggu siang.
"Tetapi untuk rute wisata kami ubah. Berdasarkan rekomendasi BPPTKG, BPBD dan kepolisian ada tiga tempat yang tidak boleh dilalui," jelasnya.
Tiga tempat yang tak boleh dikunjungi wisatawan Jip Merapi pascaerupsi Sabtu kemarin yakni Petilasan Mbah Marijan, Bunker Kaliadem, dan Bukit Klangon. "Karena itu masuk ke radius berbahaya. Jadi rute yang boleh dilintasi itu Kalikuning, Batu Alien atau TLWP," ujarnya.
Meski rute yang dilalui berada pada radius aman, namun kewaspadaan tingkat tinggi wajib dimiliki para driver maupun tour guide. Para tour guide, lanjut Dardiri, dibekali alat komunikasi bilamana terjadi hal yang tak diinginkan.
Selain itu sebelum berangkat berkeliling ke lereng Merapi, wisatawan dibekali upaya-upaya mitigasi. "Tour guide wajib memberikan informasi kepada wisatawan. Upaya apa saja yang harus dilakukan. Salah satunya tetap tenang jika ada hal tak diinginkan," pungkasnya.
Arah Angin
Masyarakat yang berada Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pun diimbau untuk mewaspadai perubahan arah angin yang berpotensi membawa abu vulkanik Gunung Merapi. "Imbauannya kami meningkatkan kewaspadaan. Jadi terutama kalau kemudian ada arah angin yang membawa abu itu ke selatan (DIY) itu yang perlu diwaspadai," ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Biwara Yuswantana.
Khusus warga DIY, Biwara mengingatkan apabila tidak ada keperluan yang mendesak sebaiknya tetap berada di dalam rumah. Sebab dikhawatirkan terjadi perubahan arah angin yang membawa abu vulkanik Gunung Merapi.
"Tentu lebih baik memang kalau kondisi tidak harus keluar maka lebih baik mengamankan diri mengantisipasi angin itu," ujarnya.
Sejauh ini BPBD DIY belum melakukan pemberian masker kepada masyarakat. Pihaknya fokus berkoordinasi dengan Bapai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta terkait perkembangan aktivitas GUnung Merapi. "Informasinya jadi lebih banyak guguran itu dari kubah yang di barat daya. Itu memang karena aktivitas yang dari dalam jadi kemarin kan kondisinya lebih aktif, lebih panas, amplitudonya juga meningkat, ya. Itu yang kemudian mengarah ke kali Krasak radius 7 km yang menjadi radius bahayanya," terang dia.
Gagal Panen
Sekitar 11 Kecamatan dan 41 Desa di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah terguyur hujan abu vulkanik. Desa Krinjing, Kecamatan Dukun, menjadi satu daerah di Kabupaten Magelang yang paling terdampak muntahan abu vulkanik Gunung Merapi.
Desa tersebut terletak di lereng barat Gunung Merapi sekitar 4,5 kilometer dari puncak dan berada di kawasan rawan bencana (KRB) III.
Aktivitas erupsi Gunung Merapi itu membuat seluruh wilayah di Desa Krinjing terselimuti abu vulkanik. Sepanjang mata memandang mulai dari jalan, bangunan dan tanaman warga tampak putih pucat tersamarkan abu.
Kepala Desa Krinjing, Ismail, mengatakan ketebalan abu yang menyelimuti wilayahnya sekira setengah sampai satu centimeter (cm). Ia menyebut, abu-abu tersebut sangat berdampak pada aktivitas pertanian warga.
Sebab, setidaknya ada sekitar 75 hektar ladang di Desa Krinjing terancam gagal panen karena abu yang menempel pada sayuran.
"Lahan yang terdampak itu satu desa kena semua, hampir di atas 50-75 hektar," ucap Ismail.
Ia mengungkapkan, lahan-lahan itu ditanami aneka sayuran semisal cabai, buncis, kembang kol, sawi cesin, dan centul (sawi sendok atau pok coy). Menurutnya, keberadaan abu vulkanik tersebut berpotensi membuat harga sayuran turun, terutama untuk sawi-sawian dan kembang kol. "Harga belum tahu tapi pasti turun. Kalau cabai kemungkinan masih bisa tinggi. Akan tetapi selain cabai, seperti kembang kol dan lainnya bisa turun semua. Karena kembang kol kalau terkena abu seperti ini (abu) susah dihilangkan, apalagi centul," ungkapnya. Ia berpendapat, satu-satunya cara untuk menghilangkan abu-abu itu secara bersih adalah dengan air hujan. Oleh karenanya, ia berharap hujan deras segera turun agar abu yang menempel di tanaman dan ladang warga bisa tersapu bersih.
Selain sektor pertanian, abu vulkanik yang menyelimuti Desa Krinjing juga berdampak bagi para peternak kambing atau sapi di wilayah tersebut. Kepala Dusun Gendelan, Wusono Jati (36), menyebut para peternak di wilayahnya tidak dapat mencari rumput akibat abu vulkanik.
Sehingga, warga pun terpaksa pergi ke desa tetangga yang berada di bawah Desa Krinjing, untuk membeli pakan ternak. "Untuk sementara warga mencari pakan ternak ke bawah (desa tetangga) yang tidak terkena abu. Mereka carinya damen (jerami padi), biasanya rombongan pakai mobil pick up. Nanti mereka beli per bongkok (bundel) Rp6.000," ujarnya.
"Ya sebenarnya lebih mahal (ketimbang cari rumput sendiri).Cuman mau bagaimana, sekarang rumput tidak bisa buat kasih makan ternak," katanya. Lebih lanjut, untuk sementara hanya memberi imbauan kepada masyarakat untuk tetap tenang dan waspada serta selalu memakai masker. Ia pun juga berharap situasi di Desa Krinjing tetap aman terkendali.
Inilah Titik Kamera ETLE di Kota Jambi, Pelanggar Bisa Kena Tilang Elektronik |
![]() |
---|
Pilu Suami Dapati Istrinya yang Ia Antar Tadi Pagi tak Bernyawa Masih Berseragam ASN |
![]() |
---|
Pegawai BPKP Asal Sungai Penuh Jambi Tewas Dalam Kos Aceh, Posisinya Sudah Dingin |
![]() |
---|
Daftar 73 Pengurus KONI Provinsi Jambi Periode 2025-2029 yang Diketuai Mat Sanusi |
![]() |
---|
Wajah Kopda Bazarsah Saat Divonis Mati usai Tembak 3 Polisi Disorot, Tangis Keluarga Korban Pecah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.