Say No To Styrofoam! The Antheia Project dan Energel Kolaborasi Edukasi Lingkungan

The Antheia Project dan Energel.Id mengadakan edukasi lewat webinar dengan tema Building A Sustainable Living by SayNoToStyrofoam, Minggu (18/12/2022)

Editor: Suang Sitanggang
TRIBUNJAMBI/HO/ANTHEIA
Webinar Building A Sustainable Living by #SayNoToStyrofoam yang digelar The Antheia Project dan Energel.Id, Minggu (18/12/2022) 

"Akhirnya, pada tahun 2029 kita bisa membatasi penggunaanya secara bertahap beberapa jenis plastik sekali pakai. Ini bisa dimulai dengan implementasi reuse, reduce, dan recycle, membudayakan kearifan lokal, dan mengembangkan inisiatif baru pada penerapan Economy Circular,” ujar Ujang.

Dedhy Bharoto Trunoyudho, Co-Founder & COO Garda Pangan mengatakan Garda Pangan sebagai rekan seperjuangan The Antheia Project dan Energel.Id yang bergerak dalam gerakan food bank makanan berlebih dan disalurkan ke masyarakat prasejahtera, berharap kaum muda dapat lebih tergerak untuk mengatasi serta mencari solusi atas sampah makanan dan sampah styrofoam yang mengkhawatirkan.

“Sustainable living sudah harus menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari, langkah awal bisa dimulai dari rumah sendiri. Menurut Laporan Bappenas 2021, food loss dan food waste Indonesia selama 2000-2019 mencapai 150-184 kg perkapita pertahun yang seharusnya bisa memberi makan 29-47 persen populasi kita," ungkapnya.

Jumlah itu, terangnya, juga berpengaruh pada ekonomi kita yaitu setara dengan 4-5 persen PDB Indonesia.
"Kita bisa mengurangi kerugian ini dengan bersinergi bersama dalam pengelolaan sampah dan mengingatkan produsen untuk segera beralih ke wadah yang lebih ramah lingkungan,” kata Dedhy.

Samira Jha, Co-Founder of The Antheia Project menambahkan “Kami akan terus mengedukasi seluruh
lapisan masyarakat mengenai bahaya sampah styrofoam dan perlunya membangun kehidupan berkelanjutan untuk masa depan kita bersama".

Dia menyebut hal ini diinisiasi dengan mendorong perubahan habit kepada kaum muda.

"Aksi bersih-bersih kami sebelumnya kami berhasil mengumpulkan total sampah sebesar 1.114 kg dimana sebanyak 58 kg merupakan sampah styrofoam, yang terbawa air laut pasang maupun berasal dari penumpukan sampah," ungkapnya.

Kegiatan ini menjadi pengingat bahwa kesadaraan di tengah masyarakat untuk membangun hidup berkelanjutan menjadi lebih penting apalagi saat bumi sedang menghadapi perubahan iklim.

"Namun, itu saja tidak cukup, The Antheia Project sadar diperlukan dukungan dari pihak-pihak pemegang kebijakan untuk segera mengeluarkan peraturan terkait pengelolaan sampah styrofoam, juga agar para pelaku industri yang masih menjalankan bisnis secara tidak sustainable segera menyiapkan strategi agar produknya lebih ramah lingkungan dan dapat terurai
seutuhnya," ujar Samira.

Styrofoam merupakan limbah berbahaya yang berdampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan.

Proses pembuatan pelepasan styrofoam 57 jenis zat berbahaya ke udara, limbah ini dapat bertahan selama ratusan tahun tanpa biodegradasi.

Permasalahan sampah styrofoam merupakan masalah yang harus diatasi langsung.

Langkah transformasi bisa dilakukan oleh kaum muda dengan meningkatkan dan membangun strategi serta solusi mitigasi terhadap masalah sampah styrofoam, melalui praktek hidup berkelanjutan.

Penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengungkapkan, mayoritas dari 59 persen sampah
plastik yang mengalir di sembilan muara sungai ke Teluk Jakarta adalah styrofoam berbentuk wadah
makanan.

Lebih lanjut data ini juga menjelaskan, dari 18 kota utama Indonesia menemukan 0,27 juta ton hingga 0,59 juta ton sampah masuk ke laut selama kurun waktu 2018. Sampah yang paling banyak ditemukan adalah sampah styrofoam.

Baca juga: Jalan Terjal Juliana Memperjuangkan Kesetaraan Gender Orang Rimba

Baca juga: Jambi Darurat Sampah Plastik, Terjadi Pencemaran Mikroplastik di Sungai Batanghari

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved