Sidang Ferdy Sambo
Putri Candrawati Turut Bersandiwara Usai Brigadir Yosua Tewas Dibunuh
Istri Ferdy Sambo, Putri Candrawati, ikut memainkan sandiwara saat hari tewasnya Brigadir Yosua Hutabarat.
Penulis: Suang Sitanggang | Editor: Suang Sitanggang
TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Istri Ferdy Sambo, Putri Candrawati, ikut memainkan sandiwara saat hari tewasnya Brigadir Yosua Hutabarat.
Saat ditemui penyidik di rumah pribadi mereka di Jalan Saguling, pada 8 Juli 2022 pukul 18.17, dia menunjukkan ekspresi sangat sedih dan seperti trauma.
Kondisi dan akting itu disampaikan Kombes Susanto Haris, bekas Kabag Gakkum Provost Divpropam Polri, saat menjadi saksi sidang pembunuhan Brigadir Yosua, di PN Jakarta Selatan, Senin (29/11/2022).
Dia mengatakan, saat itu diajak atasannya, Brigjen Benny Ali, ke rumah Saguling untuk bertemu dengan istri Ferdy Sambo.
"Pak Benny Ali menanyakan ke ibu (Putri), apa kejadian sesungguhnya?" ucap Susanto, menceritakan kisah di rumah pribadi Sambo itu.
Pertanyaan itu dijawab dengan kalimat-kalimat pendek disertai dengan tangisan.
"Ibu menjawab, 'Saya baru pulang dari Magelang, saya sedang istrahat' kemudian dia nangis," jelas Susanto Haris menceritakan jawaban Putri.
Lalu Benny Ali kembali menanyakan pertanyaan yang sama terhadap Putri Candrawati.
"Saya sedang istirahat, ada yang masuk," jawa Putri. Kemudian dia nangis lagi.
Selang beberapa saat, Benny Ali memintanya untuk melanjutkan cerita.
Putri pun mengatakan, saat itu dia berteriak karena ada yang masuk ke dalam kamarnya.
"Tapi berhenti lagi. Nangis," ungkap Susanto. Melihat kondisi demikian, ucapnya, Benny Ali mengajak Susanto kembali ke TKP Duren Tiga.
"Trauma ibu ini. Kita nggak bisa ngambil keterangan banyak," kata Haris Susanto mengulangi pernyataan Benny Ali.
Akhirnya mereka pulang lagi lagi ke lokasi kejadian, menjelang pukul 18.30. Saat tiba, mereka melihat sudah ada mobil ambulans.
Diminta Bawa Senjata Laras Panjang
Haris Susanto saat mendapat perintah untuk turun ke Duren Tiga rumah Ferdy Sambo, sempat mengira ada teroris di sana.
Sebab, dia diperintahkan membawa senjata laras panjang dan memakai rompi anti peluru.
Dia menyebut, perintah ke rumah dinas Ferdy Sambo datang dari Brigjen Benny Ali, saat itu menjabat sebagai Karo Provos Divpropam Polri.
"Segera ke rumah Kadiv, saya ditelepon Pak Kadiv Propam untuk segera. Pak Kadiv bilang ada penembakan. Bawa senjata panjang dan body vest," kata Haris Susanto menurukan perintah Benny Ali padana.

Drama Ferdy Sambo Saat Kebohongan Terungkap
Hendra Kurniawan dan Arif Rahman Arifin menemui Ferdy sambo, beberapa hari usai pembunuhan Brigadir Yosua Hutabarat.
Kedatangan keduanya untuk mengabarkan isi rekaman CCTV yang sudah ditonton Arif dan tiga orang lainnya usai pelaksanaan olah TKP.
Saat itu Arif merasa perlu mengkonfirmasi video yang ditontonnya, yang melihat Brigadir Yosua masih hidup saat Ferdy Sambo tiba di Duren Tiga.
Sementara kisah yang diceritakan Ferdy Sambo sebelumnya ke anggota, Yosua Hutabarat sudah tewas saat dia tiba di rumah dinas tersebut.
Saat keduanya bertemu dengan suami Putri Candrawathi itu, Hendra yang membuka pembicaraan.
"Mulanya Pak Hendra menjelaskan tentang apa yang sudah dilaporkan oleh saya kepada Pak Hendra. Kurang lebih dua kali dijelaskan tapi Pak Ferdi tidak memberikan respon," ungkap Arif di persidangan, Senin (28/11/2022).
Baca juga: Kuasa Hukum Bharada E Sayangkan ART Sambo Tak Hadir di Sidang, Untuk Jelaskan Situasi di Saguling
Baca juga: Usai Bunuh Brigadir Yosua, Sambo Sebut Arif Rahman Apatis Karena Tidak Tahu Kejadian di Duren Tiga
Arif menjadi satu di antara saksi yang hadir untuk terdakwa Bharada Richard Eliezer, Kuat Maruf, dan Bripka Ricky Rizal.
"Ayang dijelaskan saudara Hendra kepada saudara Ferdi Sambo?" tanya hakim.
Arif bilang, Hendra menjelaskan bahwa Arif menonton CCTV, terlihat Yosua masih hidup saat Kadiv Propam tiba di rumah Duren Tiga no 46.
"Dijelaskan dua kali oleh Pak Hendra, tapi Pak Ferdi diam saja," ungkap Arif. Selanjutnya Hendra meminta Arif menjelaskan secara langsung.
"Akhirnya saya disuruh ngomong. Saya ceritakan, dalam CCTV tersebut Yosua masih hidup. Terus beliau sempat terdiam lalu ngomong dengan sedikit agak marah," tuturnya.
Penjelasan Arif yang menemukan kebohongan di kasus itu, membuat kemarahan pada Ferdy Sambo.
'Nggak bener itu. Udah kamu percaya saya aja!" Arif menirukan kalimat yang disampaikan Ferdy Sambo padanya.
Selanjutnya dia ditanyakan oleh Ferdy siapa aja yang sudah nontonnya. Arif menyebutkan empat nama, termasuk dirinya.
"Kalau bocor kalian berempat yang bocorin," Ferdy Sambo menggertak. Arif hanya diam. Tak berani menatap wajah FS saat itu.
"Beliau seperti sudah marah, mukanya merah-merah gitu," jelasnya.
Perintah tegas dari Ferdy Sambo, supaya rekaman tersebut dimusnahkan segera.
Tak lama kemudian, FS melihat ke arah mejanya, ada foto keluarga di sana.
"Beliau melihat foto keluarganya, nangis. Beliau bilang ini menyangkut kehormatan," ucapnya.
Tak lama kemudian Hendra Kurniawan segera mengajak Arif keluar dari ruangan Ferdy Sambo itu.
Baca juga: Arif Rahman Dimarahi Ferdy Sambo Karena Lambat Datang Setelah Brigadir Yosua Dibunuh
Baca juga: Ronny Talapessy Tak Ingin Bharada E Dikorbankan di Perkara Pembunuhan Brigadir Yosua
Pada sidang sidang ini, Arif Rachman Arifin mengatakan bahwa Brigadir Yosua menggunakan kaos pada hari terakhir hidupnya, sesuai dengan rekaman CCTV.
Awalnya, Arif Rachman menonton isi CCTV yang merekam peristiwa di depan rumah dinas Kadiv Propam Polri Duren Tiga.
Saat itu, saksi Chuck Putranto yang ikut menonton mengatakan Brigadir J masih hidup dan menggunakan kaos berwarna putih.
Tapi Arif Rachman sempat tak percaya. Sebab, menurutnya, kaos yang digunakan Yosua di hari peristiwa pembunuhan berwarna merah.
"Setahu saya kaosnya warna merah. Saya lihat di ruang otopsi itu kaosnya warna merah," kata Arif Rachman.
Hakim kemudian bertanya, apakah benar kaos yang digunakan Brigadir J berwarna merah. Arif menjelaskan, ia melihat pakaian yang dilepas dekat jenazah sebelum otopsi berwarna merah.
"Saya lihat di tumpukan seperti tumpukan baju di sebelah jenazah. ada celana jeans warna biru dan kaus merah," ujar Arif.
Hakim kemudian menunjukan foto jenazah Brigadir J terkapar pakai baju putih.
Saat melihat baju putih, Arif masih menyebut bukan kaos itu yang dia lihat di autopsi.
Hakim kemudian memperlihatkan foto jenazah Brigadir J yang sudah dibalik dan terlihat noda darah merah di bagian depan kaus.
"Siap seperti ini (warna merahnya)," kata Arif Rachman. "Tapi dari jauh (melihatnya)," ujarnya lagi. (*)
Baca juga: Ferdy Sambo Diam Saat Kebohongan Dibongkar, Ini Kesaksian Arif Rahman Pada Sidang Pembunuhan Yosua
Baca juga: HP Brigadir Yosua Diduga Pernah Dikuasai Ricky Rizal atau Putri Candrawati, M-Banking Bisa Diakses