Kesehatan
Beli Obat Antibiotik Harus dengan Resep Dokter Guna Cegah Resistensi Antimikroba
Resistensi antimikroba kini menjadi isu kesehatan global. Di Indonesia sendiri, melalui Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) terus mengantisipasi
Saat ini, Prof Tjandra mengatakan jika memang belum punya data berskala nasional tentang dampak AMR. Namun, perlu diformulasikan dengan tepat. Karena AMR disebut sebagai “silent pandemic” maka masalahnya tentu terjadi banyak negara, termasuk Indonesia.
"Pada waktu masih bertugas di WHO Asia Tenggara saya selain sebagai Direktur Penyakit Menular juga menjadi “vocal point” AMR untuk kawasan ini. Ketika itu sudah berhasil dbuat empat hal," katanya.
Pertama, rencana kerja semua negara dalam bentuk “AMR National Action Plan”. Menurut Prof Tjandra, akan baik kalau rencana kerja tersebut, sekarang ini dilihat bagaimana hasilnya. Sehingga, rencananya kemudian dapat diakomodasi sesuai dengan tantangan terakhir. Kedua, juga dimulai pelaksanaan pengumpulan data negara anggota di Asia Tenggara untuk masuk dalam data dunia dalam bentuk "Global Antimicrobial Resistance and Use Surveillance System (GLASS)".
Ketiga, saya juga memulai program “Tripartite AMR country self-assessment survey (TrACSS)” untuk mengetahui bagaimana program AMR berjalan, dimana Indonesia juga turut serta.
Berikutnya, pelaksanaan "World Antimicrobial Awareness Week" satu tahu sekali sebagai bahan peningkatan pemahaman dan advokasi, tingkat dunia, regional dan negara, termasuk Indonesia. "Semoga semua kegiatan ini dapat terus ditingkatkan di masa datang, dan semoga Indonesia dapat menangani “silent pandemic” AMR ini. Hal baik yang dilakukan adalah mencari istilah Indonesia untuk AMR, dapat berupa “Resistensi Anti Mikrobial (RAM)," pungkasnya.