Wabah Cacar Monyet

Pria di Jateng Suspek Cacar Monyet, Pasien Langsung Diisolasi.  Ganjar Minta Warga Tetap Tenang

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membenarkan adanya seorang warga Jawa Tengah berusia 55 tahun menjadi suspek monkeypox atau

Editor: Fifi Suryani
Marcel Hartawan
Seorang anak di Desa Negalsari yang diduga terkena cacar monyet. 

Potensi penyakit Monkeypox menjadi pandemi masih terhitung kecil. Tapi, tidak menutup kemungkinan akan menjadi sebuah epidemi di setiap negara. Meski dalam kondisi yang tidak semasif Covid-19. Epidemi atau wabah sendiri adalah penyebaran penyakit secara cepat ke sejumlah besar orang dalam populasi tertentu dalam waktu singkat.

"Paling berisiko kelompok gay dan dan PSK. Dan di semua negara ini ada, begitu pun di Indonesia ada. Oleh karenanya, kewaspadaan harus dibangun dengan respon maksimal," kata Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman.

Menurut Dicky, jika sudah terjadi penularan pada komunitas umum maka akan sulit untuk melakukan 'pengereman.' Dalam arti, sulit untuk mengendalikannya sehingga butuh waktu.  Di sisi lain, Dicky menyebutkan jika semua orang berpotensi untuk terkena Monkeypox. Penularan Monkeypox bukan hanya pada kalangan berisiko tinggi.

Penularan bisa terjadi melalui empat mekanisme. Pertama, terjadinya kontak dengan cairan tubuh seperti darah atau semen misalnya sperma. Kedua kontak dengan lesi atau kelainan pada kulit pasien. Lesi merupakan luka yang ada pada kulit penderita Monkeypox. Termasuk luka kelainan di kulit hidung, rongga mulut dan kelamin.

Ketiga, penularan melalui droplet, respilator. Penularan droplet tidak hanya pada udara, namun bisa pula pada cairan yang terhirup. Keempat benda-benda atau sesuatu yang dipakai penderita. Kemudian digunakan oleh orang lain. Benda itu bis saja sudah terpapar dengan cairan tubuh pasien.

"Misalnya pakaian, seprai, sapu tangan,handuk dan sebagainya. Empat hal itu yang bisa menjadi sumber penularan," pungkas Dicky.

Diketahui, Monkeypox atau cacar monyet saat ini telah ditetapkan sebagai darurat global oleh lembaga kesehatan dunia (WHO). Menyusul penyakit yang saat ini telah ditemukan di 75 negara, dengan total kasus yang dilaporkan sebanyak 16 ribu lebih.

Berbagai mitigasi telah dilakukan Kementerian Kesehatan untuk mengantisipasi masuk dan menyebarnya Monkeypox di Indonesia. Pertama, memperkuat pemeriksaan surveilans di pintu masuk ke negara baik darat, laut dan udara.

Kedua, meminta seluruh dinkes provinsi dan Kabupaten/Kota, KKP, laboratorium, rumah sakit, puskesmas dan fasyankes lainnya untuk meningkatkan kewaspadaan terutama pasca penetapan Monkeypox sebagai PHEIC oleh WHO pada 23 Juli lalu.

Lebih lanjut, Kemenkes juga telah menyiapkan dua laboratorium rujukan pemeriksa Monkeypox di Indonesia yaitu Pusat Studi Satwa Primata LPPM IPB dan Laboratorium Penelitian Penyakit Infeksi Prof. Sri Oemiyati BKPK.

Untuk pencegahan ditingkat masyarakat, masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan diri dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan seperti menghindari kerumunan, mencuci tangan dengan sabun/alkohol, menggunakan masker serta membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

 

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved