Berita Nasional

Kisah Anies Baswedan Hidup Susah Pernah Terima Bansos dan Banyak yang Merendahkan

Apa yang dialami Anies Baswedan itu dijadikan modal untuk menerbitkan kebijakan kala menjadi gubernur

Editor: Rahimin
istimewa
Anies Baswedan menjadi pembicara kunci talkshow nasional Jakarta Kota Global yang diselenggarakan Warta Kota – Tribun Network 

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI ini menyebut, diperlukan proses yang panjang untuk menjadikan Jakarta sebagai kota yang maju dan diakui di dunia internasional.

“Perjalanan Jakarta sebagai kota global ini adalah perjalanan panjang. Kita tidak mendadak jadi kota global, kita pernah menjadi sebuah kota di mana masyarakat dunia berdatangan ke kota ini,” katanya.

Narasumber yang turut mengisi diskusi tersebut adalah Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Hj Zita Anjani, Kepala Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta, Reda Manthovani, Pangdam Jaya Diwakili Irdam Jaya Brigjen TNI Dr Triadi Murwanto. Kemudian Kapolda Metro Jaya diwakili Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Endra Zulpan, dan Co Founder dan CEO TITIPKU, Henri Suhardja.

Anies Baswedan mengatakan, saat itu masyarakat dari berbagai belahan dunia terutama Asia datang ke Batavia, yang sekarang disebut sebagai Jakarta.

Aktivitas menggeliat itu terjadi di kawasan Jakarta Utara karena mereka datang melalui jalur laut.

“Mereka datang bekerja dan berkiprah di tempat ini. Kita lalu masuk ke abad 21 dan bagaimana relevasi sebuah kota dengan globalisasi,” ujar Anies.

Baca juga: Keistimewaan Anies Baswedan yang Dinilai Layak Maju di Pilpres 2024

Perkembangan globalisasi ini ditopang oleh perkembangan teknologi. Kecepatan teknologi informasi yang luar biasa ini telah dimanfaatkan masyarakat untuk menunjang kehidupannya.

“Dalam konteks Jakarta, salah satu ciri sebuah kota global saat ini adalah kemajuan di dalam pengelolaan mobilitas penduduk,” ucapnya.

Menurut Anies, hal yang membedakan masyarakat urban dan plural adalah mobilitasnya. Masyarakat urban cenderung mobilitasnya tinggi, sedangkan masyarakat plural tingkat mobilitasnya lebih rendah.

“Nah begitu sampai pada mobilitas penduduk, sebuah kota akan terlihat sebagai kota global bila penduduknya menggunakan transportasi umum, dan bila negara menyediakan transportasi umum,” jelas Anies.

Karena itu Pemprov DKI Jakarta di bawah kepemimpinannya pada awal 2018 lalu secara serius membangun fasilitas transportasi umum. Kehadiran fasilitas publik ini diyakini setara dengan kota-kota global lainnya.

Dengan begitu, penduduk dari kota lain yang juga dari daerah maju merasa tidak ada perbedaan ketika berada di Jakarta. Soalnya segala fasilitas yang baik telah disediakan di Jakarta.

“Ketika sampai pada kesetaraan, ukurannya gampang saja. Kalau ada pengunjung datang ke Indonesia atau datang ke Jakarta berasal dari kota global lainnya, begitu sampai di sini, mereka akan ketemu dengan fasilitas yang sama dengan kota-kota global lainnya,” katanya.

Anies Baswedan mencontohkan, pendatang di Jakarta biasanya akan mencari angkutan umum yang cenderung saling terintegrasi. Sistem transportasi seperti ini bisa mempermudah pendatang untuk menunjang mobilitasnya.

Apalagi pemerintah daerah berencana menerapkan tarif integrasi Rp 10.000 per orang untuk tiga transportasi umum selama tiga jam. Adapun tiga angkutan umum itu adalah Transjakarta, MRT Jakarta dan LRT Jakarta.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved