Pemilihan Presiden 2024
PDI-P Diingatkan Jika Usung Puan dan Ingin Menang di Pemilihan Presiden Harus Cari Partai Koalisi
Peluang PDI-P untuk koalisi dengan partai politik lain dinilai semakin sempit jika menginginkan mengusung Puan Maharani sebagai bakal calon presiden.
TRIBUNJAMBI.COM - PDI-P merupakan partai yang sudah dipastikan bisa mengusung calon presiden di Pemilihan Presiden 2024 mendatang.
PDI-P tidak perlu untuk koalisi karena jumlah kursi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sudah memenuhi syarat untuk mengusung calon presiden tanpa harus berkoalisi.
Ada 2 kader PDI-P yang disebut berpeluang maju di Pemilihan Presiden, yakni Puan Maharani dan Ganjar Pranowo.
Namun, PDI-P belum memutuskan akan mendukung calon presiden untuk Pemilihan Presiden.
Terbaru, Puan Maharani disebut akan diusung menjadi calon presiden.
Namun, PDI-P harus waspada jika ingin tetap memaksa mengusung Puan Maharani.
Baca juga: Reaksi Puan Maharani saat Ganjar Pranowo Dipilih Nasdem Jadi Kandidat Capres 2024
Sebab, peluang PDI-P untuk koalisi dengan partai politik lain dinilai semakin sempit jika menginginkan mengusung Puan Maharani sebagai bakal calon presiden.
Alasannya, elektabilitas Puan Maharani masih sangat jauh dibanding kader PDI-P lainnya, Ganjar Pranowo.
Sebab, hasil survei Lembaga Penelitian dan Pengembangan Kompas pada Juni 2022, nama Puan Maharani tidak muncul dalam posisi papan tengah prediksi bursa calon presiden 2024.
Malah Ganjar ada di posisi kedua hasil survei Litbang Kompas dengan elektabilitas sebesar 22 persen.
Hasil survei itu, Prabowo Subianto masih menempati posisi teratas dengan elektabilitas 25,3 persen.
Posisi ketiga ditempati Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan elektabilitas sebesar 12,6 persen.
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis (TPS), Agung Baskoro menilai, PDI-P harus cermat dalam menentukan siapa calon yang bakal diusung walau tak perlu koalisi.
Ia menilai, PDI-P bakal kesulitan jika berupaya mengusung Puan Maharani di Pemilihan Presiden.
"Kans PDI-P berkoalisi dengan partai semakin kecil ketika Puan Maharani jadi sosok harga mati menimbang raihan elektabilitasnya rendah," katanya dihubungi Kompas.com, Senin (27/6/2022).