Pembunuhan ODGJ di Bungo

AYAH KEJAM di Jambi, Anaknya Yang ODGJ Ditenggelamkan, Pelaku Mengaku Euthanasia

Seorang pria yang bernama Dodi (31), warga Dusun Mulya Jaya, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi, meninggal dunia di tangan ayah dengan alasan euthanasia

Penulis: Muzakkir | Editor: Suang Sitanggang
TRIBUNJAMBI/MUZAKKIR
Konfrensi Pers Kapolres Bungo dan Kejari Bungo terkait pembunuhan pada seorang ODGJ bernama Dodi di bendungan Dusun Mulya Jaya, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi, Senin (6/12/2021) 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Seorang pria yang bernama Dodi (31), warga Dusun Mulya Jaya, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi, meninggal dunia di tangan ayah dan adiknya.

Dodi adalah ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) sejak 10 tahun silam, yang sehari-hari tinggal bersama orangtuanya.

Berdasarkan hasil pemeriksaan polisi, Pak Kus ayah dari Dodi itu dibantu oleh IJ adik dari Dodi dalam melakukan eksekusi pada Rabu (1/12/2021) malam itu.

Kapolres Bungo, AKBP Guntur Saputro saat konfrensi pers pada Senin (6/12/2021) sore menjelaskan runtutan pembunuhan di bendungan tersebut.

Dia menyebut, pengakuan Pak Kus, Dodi sudah berkali-kali mengatakan bosan hidup dan ingin mengakhiri hidupnya (euthanasia).

Euthanasia adalah tindakan untuk mengakhiri hidup seseorang secara sengaja demi menghilangkan penderitaan.

Terakhir kali permintaan itu disampaikan Dodi pada Selasa malam pekan lalu.

Akhirnya Pak Kus mengabulkan permintaan anaknya tersebut.

Baca juga: BREAKING NEWS Ternyata Dodi Dibunuh Ayah dan Adiknya, Disiksa Sampai Lemas Lalu Dibuang ke Irigasi

Mereka membuat rencana untuk bertemu di bendunga, yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah mereka.

"Itu tempat biasa duduk korban," ungkap Guntur Saputro.

Pak Kus kemudian meminta bantuan IJ, adik korban. Permintaan itu dituruti oleh IJ.

Rabu sekitara pukul 19.00, ayah dan adik korban pergi ke bendungan naik sepeda motor.

Korban sudah menunggu bapak dan adiknya itu di sana sejak sore hari.

Sempat terjadi percakapan di sana. Adik korban kemudian mengambil tali yang dibawa sendiri oleh Dodi, lalu mengikat kaki dan tangan abangnya itu.

"Kemudian mereka mencemplukan korban ke bendungan," ungkap Kapolres Bungo.

Mengapa kemauan untuk mengakhiri hidup itu dipenuhi oleh Pak Kus?

"Korban 10 tahun alami gangguan jiwa. Perilaku korban bikin resah keluarga khususnya Pak Kus. Sering bikin jengkel, sering pergi tidak kembali," ungkap Guntur soal alasan pelaku mau menuruti permintaan anaknya.

Selain itu, terangnya, biaya menangani korban juga dianggap sudah sangat cukup membebani keluarga.

Baca juga: Hasil Otopsi Mayat di Bungo Keluar, Dokter Pastikan Dodi Dibunuh

"Sehingga ayah dan adik korban ini merasa cukup lama menanggung bebab, termasuk menanggung rasa malu," terangnya.

Meskipun permintaan mengakhiri hidup ini datang dari korban, kata Kapolres, tapi itu adalah sesuatu yang tidak biasa.

"Harusnya bisa dicegah, atau melarang. Kami masih pendalaman atas kasus ini," terang dia.

Kapolres menyebut, berdasarkan prarekonstruksi, ada perencanaan dalam kasus pembunuhan ini.

Pak Kus dan IJ tidak membawa alat lagi dari rumah untuk membunuh Dodi.

"Karena sangat yakin alat sudah dibawa korban," ungkapnya.

Setelah melakukan aksi, ayah korban langsung pulang ke rumah.

Sementara IJ pulang, lalu pergi nongkrong di lesehan demi menghilangkan perasaan bersalah.

Mereka tidak lari dari kampungnya usai melakukan tindakan yang harusnya tidak dilakukan itu.

"Karena meyakini tidak ada saksi, tidak ada yang melihat, tidak ada yang merasa dirugikan atas tewasnya korban ini," tuturnya.

Baca juga: Pembunuhan ODGJ di Bungo oleh Orangtuanya, Pelaku Ngaku atas Perintah Korban

Bahkan saat mau otopsi, ucapnya, sempat dilarang oleh keluarga.

"Karena harapan mereka tidak ada penyelidikan lebih lanjut. Keluarga berharap dianggap bunuh diri," jelasnya.

Pengungkapan Kasus

Kapolres Bungo AKBP Guntur Saputro menjelaskan, pengungkapan tersangka pelaku pembunuhan ODGJ ini berawal dari olah tempat kejadian perkara setelah polisi dapat informasi adanya orang tewas.

"Penyidik menemukan sepasang sandal dalam posisi rapi di bendungan," katanya.

Selain itu penyidik yang melihat korban dalam kondisi terikat, melakukan analisa pada tali yang digunakan mengikat pria ODGJ itu.

Lokasi dari bendungan ke rumah korban tidak jauh, kurang lebih 300 meter.

"Penyidik identikkan apakah tali ini ada kesamaan dengan yang ada di rumah korban," jelasnya.

Saat melakukan pemeriksaan di rumah korban, di tiang jemuran di samping rumah korban, ada kayu dan tali jemuran. Ternyata talinya identik.

"Temuan itu jadi catatan penyidik untuk terus menggali apakah ada kaitan dengan pihak keluarga," tambahnya.

Polisi juga menemukan kondisi kamar yang digunakan korban selama ini, dalam kondisi ada teralis, jendela dipalang.

Diperoleh informasi korban ini memiliki catatan ODGJ mulai tahun 2011.

Penyidik menelusuri lebih lanjut, dan memiliki keyakinan korban sudah ada di bendungan sebelumnya.

Ada saksi yang menyampaikan terakhir melihat korban di bendungan sekitar pukul 17.30.

Kemudian polisi melakukan penyelidikan tambahan dengan menghadirkan tim kedokteran forensik dari RS Bhayangkara untuk otopsi, untuk mengetahui waktu dan penyebab kematian.

Hasil otopsi, pada jenazah di visum luar tidak ada bekas penganiayaan.

Ditemukan ada benda butiran pasir pada tenggorokan korban.

Di dada juga ditemukan air dalam kondisi lebih, serta bintik-bintik pada organ dalam.

"Itu menandakan ada kekuarangan oksigen dan kelebihan karbondioksida. Jenazah ditemukan dalam kondisi mati lemas," ungkapnya.

Penyidik mengerucutkan orang yang memiliki potensi sebagai pelaku tindak pidana ini.

Penyidik memeriksa 2x24 jam kepada keluarga korban, dan menemukan beberapa kejanggalan dan keterangan yang tidak sinkron, yang menghasilkan kesimpulan ada yang patut diduga orang dekat berperan.

"Setelah serangkaian pemeriksaan dan barang bukti, ayah korban dan adik korban ini dijadikan tersangka," ungkapnya.

Baca juga: Ternyata Ini Alasan ODGJ di Bungo Dibunuh Keluarganya, Pelaku Ayah dan Adik Korban

Baca juga: ODGJ di Bungo Dibunuh Keluarganya Sendiri, Polisi Bekuk Ayah dan Adik Korban

Baca juga: Tinggal di Gubuk Tak Layak Huni, Kapolres Bungo Ingin Anak Windra jadi Polwan

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved