Garuda Indonesia Nyaris Bangkrut, Ini Strategi Soeharto di Tahun 1998 Saat Krisis Moneter
Berikut kisah Soeharto menyelamatkan Garuda yang nyaris bangkrut di tengah kriris moneter
Garuda kerap diplesetkan sebagai "Garuda Always Reliable Until Delay Announced".
“Singkatnya, Garuda telah salah urus,” tulis Rhenald.
Kata Roby Djohan dalam bukunya, "The Art of Turn Around", manajemen Garuda tidak pernah diurus secara profesional; pengangkatan CEO tidak berdasarkan keahlian manajerial, keputusan-keputusan strategis tidak diambil oleh direksi tapi oleh siapa saja dari Cendana, BPPT, Menteri Perhubungan, atau Menteri Keuangan.
Dampaknya banyak kontrak aneh.
Misalnya, pesawat Airbus 330 disewa dengan harga 1,2 juta dolar padahal hasilnya paling tinggi hanya 800 ribu dolar.
Di hari-hari pertama kerja, Robby disambut dengan demonstrasi karyawan Garuda.
Kepada mereka yang menamakan diri Tim Reformasi, Robby mengatakan, “Kesulitan utama memang adalah tidak adanya acceptance, karena organisasi seperti ini biasanya sudah dikuasai oleh establishment yang kuat.
Saya malah menyatakan bahwa Garuda sebenarnya sudah bangkrut dan saya di sini berusaha memperbaikinya."
Garuda Untung Ratusan Miliar
Menurut Tanri Abeng, untuk menerbangkan Garuda agar bertahan di udara, Robby butuh dana segar dari uang Rp 800 miliar untuk rasionalisasi karyawan.
Dia percaya selama satu tahun uang akan kembali.
Robby Djohan secara mengejutkkan bisa memperbaiki kinerja Garuda setelah genap tiga bulan mengambil alih kepemimpinan.
Melansir dari Kompas.com, dalam laporan yang dirilis, Garuda Indonesia pada Agustus bisa meraup laba Rp 200 miliar.
Banyak orang yang memilih tidak percaya mengingat selama bertahun-tahun, BUMN ini terkenal selalu merugi.
"Untung! "Uangnya benar ada, bukan rekayasa," kata Robby ketika ditemui di ruang kerjanya menanggapi respons sumir publik saat ini.