Renungan Kristen
Renungan Harian Kristen - Dia Adalah Allah yang Berkarya
Bacaan ayat: Mazmur 66:5 (TB) Pergilah dan lihatlah pekerjaan-pekerjaan Allah; Ia dahsyat dalam perbuatan-Nya terhadap manusia
Namun perlu diwaspadai, jangan sampai keingintahuan manusia melampaui apa yang seharusnya perlu diketahui.
Manusia hanya bisa tahu segala sesuatu dalam batasan ruang dan waktu. Inilah batas pasti antara keberadaan Allah sebagai Pencipta dan manusia sebagai ciptaan.
Artinya, apa yang dilakukan oleh Allah hanya bisa dipahami ketika Dia menyatakan diri dalam ruang dan waktu manusia.
Alkitab menjadi catatan bagaimana Allah itu berkarya dalam ruang dan waktu; dalam sejarah manusia.
Sangat tepat ketika pemazmur menyerukan dalam syairnya, "Pergilah dan lihatlah pekerjaan-pekerjaan Allah; Ia dahsyat dalam perbuatan-Nya terhadap manusia."
Untuk mengenal siapa Allah itu, umat diajak untuk menyelidiki sejarah.
Umat diijinkan untuk meneliti dengan seksama bagaimana Allah itu berkarya dalam keajaiban, diluar kemampuan manusia untuk melakukan.
Umat hari ini diminta untuk melihat karya Allah di masa lampau dalam rangka meyakinkan bahwa Allah tidak diam; Allah terus berkarya dalam sejarah.
Salah satu peristiwa besar yang pernah terjadi, dibawah kepemimpinan Musa umat dibawa untuk menyeberangi laut melalui tanah yang kering.
Allah mana yang bisa melakukan hal tersebut, kecuali Allah yang benar? Kuasa-Nya dinyatakan untuk menolong umat bebas dari kejaran tentara Mesir.
Tidak ada kuasa lain yang mampu membelah laut menjadi tanah yang kering, kecuali Dia. Penyelidikan ini diperlukan agar umat tetap setia kepada Dia.
Diantara banyak sesembahan yang ditawarkan, umat tetap teguh dalam iman untuk menyembah Allah yang benar.
Allah memang tidak mungkin kita kenal, karena Dia mengatasi ruang dan waktu dimana kita ada.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Mengampuni Itu Berarti Menyelesaikan Persoalan
Meskipun demikian, Allah berkenan menyatakan diri dan memperkenalkan keberadaan-Nya dengan cara masuk dalam ruang dan waktu.
Ketika memakai istilah yang ada dalam ruang dan waktu, tentu pemahamannya tetap melampaui ruang dan waktu. "Tuhan adalah gembalaku", demikian tulis Pemazmur; tidak dimaksudkan untuk memahami Allah sebagai gembala dalam arti harafiah.