Sahabat Rasulullah
Suhail bin Amr, Sahabat Nabi yang Sebelum Memeluk Islam Sangat Menentang Rasulullah
Ia merupakan juru runding kaum Quraisy dan juga orator bagi mereka. Salah satu jejak Suhail bin Amr ra adalah ketika itu kaum muslimin hendak ke
Penulis: Deddy Rachmawan | Editor: Deddy Rachmawan
Ia merupakan juru runding kaum Quraisy dan juga orator bagi mereka. Salah satu jejak Suhail bin Amr ra adalah ketika itu kaum muslimin hendak ke Mekah pada tahun Hudaibiyah.
TRIBUNJAMBI.COM – Dari sekian banyak sahabat Nabi Muhammad saw, di antara mereka ada yang memusuhi Rasulullah sebelum mereka memeluk Islam.
Semua berubah sesudah hidayah datang, mereka yang dulunya menentang Rasulullah justru kemudian menjadi sahabat Nabi yang terdepan.
Salah satunya adalah sahabat Nabi yang bernama Suhail bin Amr ra.
Suhail bin Amr dulunya adalah tokoh kaum Quraisy.
Ia termasuk yang keras menentang Rasulullah. Suhail termasuk orang yang pandai berargumen. Ia merupakan juru runding kaum Quraisy dan juga orator bagi mereka.
Salah satu jejak Suhail bin Amr ra adalah ketika itu kaum muslimin hendak ke Mekah pada tahun Hudaibiyah.
Namun, saat itu kalangan Quraisy berkepentingan menggagalkan niatan itu.
Mereka menolak Rasulullah dan umat Islam datang ke Mekah.
Hingga akhirnya kaum Quraisy mengirim utusan kepada Rasulullah agar tidak memasuki Mekah.
Beberapa utusan Quraisy yang menemui Rasulullah, gagal.
Hingga akhirnya kaum Quraisy mengutus Suhail bin Amr untuk kembali memastikan agar Rasulullah dan sabahat Nabi lainnya urung memasuki Mekah. Namun, Suhail pun gagal.
Saat penaklukkan Mekah atau Fathu Makkah, Ia menjadi tawanan kaum muslimin.
Ia dan kaum kafir diperlakukan sangat baik oleh kaum muslimin.
Mengutip buku Rijal haula Rasulullah saw karya Khalid Muhammad Khalid, hingga akhirnya Suhail bin Amr kembali bertemu dengan Rasulullah pada penaklukan Mekah atau Fathu Makkah.
Saat Suhail bin Amr menjadi tawanan itulah, Umar bin Khattab meminta izin kepada Rasulullah.
Baca juga: Kisah Sahabat Nabi yang Pendiam dan Paling Tahu Halal Haram dan Sering Dimintakan Pendapat
Baca juga: Nama-nama 65 Sahabat Nabi yang Ditugaskan Menuliskan Wahyu pada Periode Madinah
“Wahai Rasulullah biarkan aku mencabut kedua gigi depan Suhail bin Amar agar ia tidak lagi menjadi orator yang menyerangmu,” ujar Umar bin Khattab ra.
Rasul melarang dan menjawab; “Wahai Umar, mungkin nanti Suhail akan memiliki peran yang menyenangkan bagimu!”
Hingga akhirnya pada Fathu Makkah, di hadapan kaum Quraisy Rasulullah mengatakan “Pergilah, karena kalian telah bebas.”
Di situlah Suhail bin Amar terketuk hatinya. Dan ia masuk dalam orang yang berislam pada penaklukan Kota Mekah tersebut.
Suhail bin Amr pun masuk pada jajaran para sahabat Nabi.
Keimanannya dan kesalihannya teruji.
Baca juga: Sahabat Nabi yang Digelari Bapaknya Orang Miskin, Sosoknya paling mirip dengan Rasulullah
Baca juga: Berakhirnya Perang Jamal, Saat Sahabat Nabi Thalhah bin Ubaidilah Dipanggil oleh Ali bin Abi Thalib
Suhail bin Amr bahkan ikut dalam perang Yarmuk di Syam.
Tatkala Rasulullah meninggal dunia, ia menjadi penenang kaum muslimin di Mekah.
Persis seperti peran Abu Bakar di Madinah pada saat wafatnya Rasulullah.
Sejarah mencatat bagaimana sahabat Nabi yang kemudian menjadi khalifah yakni Abu Bakar Ash-Shiddiq dengan tegas mengatakan bahwa Rasulullah juga manusia dan akan mati.
Kalimat Abu Bakar Ash-Shiddiq itu adalah, “Siapa yang menyembah Muhammad, maka Muhammad telah tiada. Siapa yang menyembah Allah maka Allah Mahahidup dan tidak pernah mati.”
Hingga akhirnya umat Islam di Madinah percaya bahwa Rasulullah sudah wafat.
Di Mekah, Suhail bin Amr yang mengambil peran itu. Ia kumpulkan seluruh kaum muslimin dan dengan tegas ia berbicara di hadapan mereka.
Suhail bin Amr menyampaikan bahwa Rasulullah telah wafat dan telah menyampaikan seluruh risalah.
Adalah kewajiban orang yang beriman pada Rasulullah untuk mengikuti jalan Rasulullah setelah beliau tiada.
Maka Umar bin Khattab yang ada di antara mereka teringat sabda Rasulullah saat Fathu Makkah tentang Suhail.
“Wahai Umar, mungkin nanti Suhail akan memiliki peran yang menyenangkan bagimu!”
Umar pun tertawa dan bahagia.