Konflik Kepentingan Hamas dan Benjamin Netanyahu di Perang Israel-Palestina, Siapa Diuntungkan?

Konflik Israel-Palestina terus memanas sejak Ramadhan 2021. Analis menilai, Hamas dan Israel sama-sama memiliki kepentingan masing-masing dalam bentr

Editor: Suci Rahayu PK
AFP PHOTO/MOHAMMED ABED
Roket terbang di langit malam dari Beit Lahia utara Gaza, ke Israel pada 14 Mei 2021. Israel membombardir Gaza dengan serangan udara dan artileri sebagai respons serangan roket yang dilakukan kelompok Hamas. 

TRIBUNJAMBI.COM, GAZA - Konflik Israel-Palestina terus memanas sejak Ramadhan 2021.

Analis menilai, Hamas dan Israel sama-sama memiliki kepentingan masing-masing dalam bentrokan terbaru di Palestina 2021, yang terburuk sejak 2014.

Hamas sebagai penguasa Jalur Gaza bertujuan menjadi standar de facto perjuangan Palestina, memanfaatkan kepemimpinan Otoritas Palestina yang melemah.

Tentara Israel menembakkan howitzer self-propelled 155mm ke Jalur Gaza di dekat kota selatan Israel Sderot pada Rabu (13/5/2021).
Tentara Israel menembakkan howitzer self-propelled 155mm ke Jalur Gaza di dekat kota selatan Israel Sderot pada Rabu (13/5/2021). (Menahem Kahana/AFP)

Dalam unjuk kekuatannya, Hamas telah meluncurkan sekitar 2.300 roket ke Israel sejak Senin (10/5/2021), yang mencakup Tel Aviv di utara sampai bandara Ramon di selatan.

Sementara itu Israel menyerang Palestina untuk memanfaatkan momen guna melenyapkan semua pengaruh Hamas di Gaza dengan menyerang infrastrukturnya, kata para analis.

Konflik Israel-Palestina terbaru bermula ketika Masjid Al Aqsa diserang jelang akhir Ramadhan.

Di tengah kekacauan itu, Hamas menetapkan ultimatum yang tidak realistis bagi semua polisi Israel untuk mundur dari kompleks Masjid Al Aqsa paling lambat pukul 18.00 Senin malam waktu setempat.

Tak pelak tenggat waktu itu tidak terpenuhi, dan Hamas langsung menembakkan roket ke Israel yang dibalas pemboman tanpa henti di Jalur Gaza.

Baca juga: Mengapa Arab Kini Diam dalam Konflik Israel-Palestina? Siapa yang Ditakuti?

Strategi dan taktik baru

"Ini adalah strategi dan taktik baru oleh Hamas untuk berusaha menghubungkan masalah Yerusalem dengan perlawanan di Gaza," kata Jamal Al Fadi profesor ilmu politik di Gaza, dikutip dari AFP.

Kemudian pengamat politik Leila Seurat dari Observatorium Dunia Arab dan Muslim yang berbasis di Brussels, Belgia, menyebut Hamas berusaha melemahkan posisi presiden Palestina.

"Presiden Palestina Mahmud Abbas sudah sangat lemah, (Hamas) memposisikan dirinya sebagai pelindung Palestina dan segalanya di atas Yerusalem."

Abbas untuk pertama kalinya dalam 15 tahun tiba-tiba menunda pemilu Palestina bulan ini, meski Hamas dan partai Fatah-nya Abbas telah menyetujui roadmap rekonsiliasi guna menambal perpecahan.

Abbas juga tidak menetapkan tanggal alternatif, dan mengatakan pemungutan suara tidak dapat dilakukan sampai Israel setuju semua penduduk Palestina di Yerusalem Timur dapat memilih.

Hamas yang tadinya berharap bisa mengamankan keabsahannya di kotak suara, langsung kesal mendegar hal ini.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved