Uni Soviet Dulu Juga Menyerang Afghanistan, Namun Mundur Setelah 8 Tahun Berperang dan Tak Menang

Setiap negara memiliki kisahnya tersendiri dalam mempertahankan keamanan negaranya. Hal ini demi menjaga wilayah negara agar tak diambil musuh.

Editor: Rohmayana
ist
Konvoi kendaraan lapis baja pasukan Uni Soviet melintasi jembatan di perbatasan Soviet-Afghanistan saat mereka memutuskan menarik diri dari Afghanistan di Termez, Uzbekistan, pada 21 Mei 1988. 

TRIBUNJAMBI.COM- Pertahanan negara harus tetap dilakukan agar keamanan tetap terjaga.

Setiap negara memiliki kisahnya tersendiri dalam mempertahankan keamanan negaranya.

Hal ini demi menjaga wilayah negara agar tak diambil musuh.

Seperti halnya Afghanistan, yang harus memperkuat pertahanan negara karena diserang oleh Uni Soviet.

Hingga setelah delapan tahun berperang, Uni Soviet akhirnya mundur dari peperangan.

Dan tepat pada hari ini, 33 tahun yang lalu, tepatnya pada 15 Mei 1988, pasukan militer Uni Soviet mundur dari Afghanistan setelah lebih dari delapan tahun berperang.

Baca juga: Alasan Tentara Serang Warga Shalat di Masjidil Aqsa, Ternyata Dipicu oleh Konflik Palestina Israel

Melansir History melalui Kompas.com, peristiwa tersebut menandai akhir dari pendudukan Uni Soviet yang panjang, berdarah, namun tidak membuahkan hasil di Afghanistan.

Pemerintahan pro-Soviet

Pada Desember 1979, pasukan Uni Soviet mulai menginvasi Afganistan dalam upaya untuk mendukung pemerintahan pro-Soviet yang terancam oleh pemberontakan internal.

Dalam waktu singkat, ribuan tentara Uni Soviet dengan berbagai peralatan tempur tercanggih saat itu masuk ke Afghanistan.

Sejak saat itu, dimulailah konflik militer antara Uni Soviet dengan gerilyawan Muslim Afghanistan yang sebelumnya menolak pemerintah komunis di negara mereka sendiri.

Selama delapan tahun kedua kubu bertempur memperebutkan kendali di Afghanistan, dan keduanya sama-sama tak pernah mendapatkan kemenangan menentukan dalam perang panjang itu.

Baca juga: BREAKING NEWS: Tabrakan Motor vs Mobil di Merangin, Satu Orang Warga Tabir Tewas Di Tempat

Pasukan Uni Soviet mencoba menumpas pemberontakan dengan berbagai taktik, tetapi para gerilyawan umumnya menghindari serangan mereka.

Uni Soviet kemudian berusaha untuk menghilangkan dukungan sipil dengan membom dan mengosongkan daerah pedesaan.

Taktik ini memicu pelarian besar-besaran dari pedesaan. Pada 1982, sekitar 2,8 juta orang Afghanistan telah mencari suaka di Pakistan, dan 1,5 juta lainnya melarikan diri ke Iran.

Bagi Uni Soviet, intervensi di Afghanistan ini terbukti sangat mahal dalam banyak hal, salah satunya adalah jumlah korban tewas di antara para prajurit militernya.

Baca juga: Emosi Pengendara yang Diminta Putar Balik di Bogor, Ngaku Asisten Pejabat hingga Tetangga Bupati

15.000 tentara tewas

Walaupun tidak pernah merilis angka resminya, namun berdasarkan sumber dari intelijen AS, diperkirakan 15.000 personel militer Uni Soviet tewas di Afghanistan medio 1979 hingga 1989.

Selain itu, Uni Soviet juga kehilangan 451 pesawat terbang, 147 tank, 1.314 kendaraan lapis baja, 433 senjata artileri, dan 11.369 truk.

Sementara di sisi Afghanistan, kehancuran dan korban jiwa jauh lebih besar. Jumlah warga sipil yang tewas diperkirakan antara 562.000 hingga 2 juta orang.

Pada dekade 1980-an, separuh jumlah pengungsi di seluruh dunia berasal dari Afganistan.

Akhirnya, pada 1988, Uni Soviet memutuskan untuk keluar dari penderitaan itu.

Baca juga: Sulawesi Selatan Berduka, AGH Sanusi Baco Sahabat Gus Dur Meninggal 15 Mei 2021

Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev melihat intervensi di Afghanistan menguras keuangan negeranya.

Selain itu, warga Uni Soviet sudah lelah dengan perang yang disebut orang Barat sebagai Vietnam-nya Uni Soviet itu.

Namun, mundurnya pasukan Uni Soviet tak berarti perang berakhir di Afghanistan.

Para pemberontak mujahidin kemudian berperang melawan pemerintah dan berhasil menggulingkan Mohammad Najibullah pada musim semi 1992. (*)

SUMBER : Kompas.com/Tribun-Timur.com /Penulis: Desi Triana Aswan

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved