Sahabat Rasulullah
Kisah Sahabat Nabi, Saat Kaum Anshar Ingin Membelikan Qais bin Saad bin Ubadah Jenggot
Adalah sahabat Nabi Qais bin Saad bin Ubadah. Sosok yang disebut memiliki seluruh sifat
Penulis: Deddy Rachmawan | Editor: Deddy Rachmawan
Kisah Sahabat Nabi, Saat Kaum Anshar Ingin Membelikan Qais bin Saad bin Ubadah Jenggot
TRIBUNJAMBI - Adalah sahabat Nabi bernama Qais bin Saad bin Ubadah. Sosok yang disebut memiliki seluruh sifat sebagai pemimpin dalam tradisi kaumnya.
Kecuali hanya satu saja.
Apa itu, satu hal yang menjadi "kekurangannya"?
Jenggot.
Ya, Qais bin Saad bin Ubadah wajahnya tak dihiasi jenggot. Satu helai pun.
Mahfum, bahwa Rasulullah Saw mengajarkan untuk memelihara jenggot dan mencukur kumis.
Khalid Muhammad Khalid dalam bukunya menceritakan, para sahabat Anshar memperlakukan Qais laksana pemimpin.
"Andaikan kita bisa membeli satu helai jenggot untuk Qais dengan harta kekayaan kami, pastilah kami lakukan." Demikian para sahabatnya berujar. Ya, mereka rela mendermakan harta agar Qais bisa berjenggot.
Qais bin Saad bin Ubadah adalah sosok yang padanya berkumpul sifat dermawan dan berani.
Ia pernah berujar, "kami tidak pernah menerima kembali sesuatu yang telah kami berikan,".
Ucapan itu ia sampaikan ketika ada orang yang hendak membayar utangnya kepada Qais. Dan Qais mengikhlaskannya.
Khalid Muhammad Khalid saat membahas sahabat Nabi Qais bin Saad bin Ubadah, memberi judul Andai Bukan Karena Islam Ia Adalah Orang Arab yang Paling Licik.
Khalid Muhammad Khalid dalam bukunya Biografi 60 Sahabat Rasulullah, membuat judul itu dengan mengutip ucapan Qais bin Saad bin Ubadah.
Sahabat Qais bin Saad ra memang dikenal sebagai orang yang cerdik, cerdas. Ia pintar membuat tipu muslihat dan bersiasat.
Dengan jujur ia pernah berkata tentang dirinya sendiri: "Andai bukan karena Islam, pastilah aku membuat tipu daya yang tidak bisa dilawan oleh seluruh Arab". Begitulah sosok Qais bin Saad bin Ubadah.Ia sosok yang sangat cerdas, banyak akal, dan sangat kreatif.
Diriwayatkan saat perang Shiffin, Qais berdiri di pihak Ali, bukan di pihak Muawiyah.