Berita Internasional
Tetangga Indonesia Ini Diganggu Tiongkok, Gunakan Taktik Baru Untuk Kuasai Laut China Selatan
Ya, Negeri Panda itu kini disebut tak lagi gunakan kekuatan militernya untuk bisa menguasai wilayah Laut China Selatan.
TRIBUNJAMBI.COM - Tiongkok makin jadi sorotan usai pernyataan terbaru soal strategi atau cara licik untuk bisa kuasai Laut China Selatan bocor.
Ya, Negeri Panda itu kini disebut tak lagi gunakan kekuatan militernya untuk bisa menguasai wilayah Laut China Selatan.
Tiongkok kini memiliki cara menggunakan warga sipilnya sebagai tentara baru atau yang sering disebut milisi.
Pernyataan itu diungkapkan oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) baru-baru ini dalam sebuah keterangan resminya.
Hal itu dikemukakan kemarin, pada hari Selasa (23/3/2021) setelah insiden yang dialami oleh Filipina.

Baca juga: VIDEO Sikap Laudya Cynthia Bella Mengetahui Engku Emran Menikah Lagi
Baca juga: Diam- diam Dua Rudal Telah Diuji Korea Utara, Pengamat Sebut itu Bentuk Tantangan Sederhana untuk AS
Baca juga: Bang Den dan Kak Beda Sudah Lima Tahun Menjejahi Indonesia, Kapan Pulang?
Diketahui konflik negara tetangga Indonesia, Filipina dengan China kini makin memanas.
Memanasnya hubungan China dan Filipina tak lain karena insiden ratusan kapal penangkap ikan Tiongkok yang menyerbu wilayah sengketa dekat Filipina.
Bahkan Filipina harus mengerahkan armada militernya untuk bisa mengusir kapal penangkap ikan China yang lebih dari 200-an tersebut.
Peristiwa itu juga telah dikecam oleh pihak Filipina, namun tak diindahkan oleh China sama sekali.
Lebih lanjut, China malah bersikeras apa yang dilakukan oleh mereka itu adalah sah di mata hukum.
Kedutaan Besar AS untuk Filipina menyatakan, Washington turut berbagi keprihatinan dengan Manila dan menuduh China menggunakan "milisi maritim untuk mengintimidasi, memprovokasi, dan mengancam negara lain, yang merusak perdamaian dan keamanan di kawasan".
"Kami mendukung Filipina, sekutu perjanjian tertua kami di Asia," kata Kedutaan Besar AS di Manila dalam sebuah pernyataan, seperti yang dikutip Channel News Asia.

Mengutip dari Channel News Asia, Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana, Minggu (21/3/2021) menuntut sekitar 200 kapal China.
Kapal-kapal tersebut di juluki sebagai kapal milisi maritim oleh pemerintah Filipina.
Kejadian tersebut terekamnya aktivitas nelayan China dengan ratusan kapal di wilayah Whitsun Reff, wilayah karang dangkal sekitar 324 km Barat Kota Bataraza, Provinsi Palawan, Filipina Barat.
Setidaknya laporan penjaga pantai Filipina telah mencatat sekitar 220 kapal milisi maritim China berlabuh di kawasan terumbu karang itu pada tanggal 7 Maret lalu.
Pada Senin (22 Maret), sebuah pesawat pengintai melihat 183 kapal nelayan China masih berada di terumbu karang, Panglima Angkatan Bersenjata Filipina Letnan Jenderal Cirilito Sobejana mengungkapkan, seperti dilansir Channel News Asia.
Dia merilis foto dari udara yang menunjukkan kapal-kapal nelayan China di salah satu wilayah yang paling diperebutkan di jalur perairan strategis itu.
Kecaman langsung dilayangkan Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin Jr pada pemerintah China.
Baca juga: Terlilit Hutang dengan China, Deretan 8 Negara Ini Terancam Bangkrut Ada Pakistan hingga Kyrgyzstan
Baca juga: Perbandingan Kekuatan Militer China dan India Ternyata Tiongkok Menang Telak Soal Ini
Baca juga: Moeldoko Blak-blakan Soal Posisi Indonesia Dalam Konflik AS vs Tiongkok di Laut China Selatan
Namun jawaban menohok justru dilontarkan oleh pemerintah China yang menyebut kawasan terumbu karang itu termasuk wilayah mereka dengan nama Niue Jiao.
Selain itu, berkumpulnya kapal nelayan China di kawasan terumbu karang bukan karena mengintai atau menangkap ikan tetapi menghindari cuaca buruk.
Beijing pun membantah kapal-kapal itu adalah milisi maritim.
"Setiap spekulasi semacam itu tidak membantu apa-apa selain menyebabkan gangguan yang tidak perlu," kata Kedutaan Besar China untuk Filifina dalam pernyataan Senin.
China berharap, situasi seperti itu bisa ditangani secara obyektif dan rasional.
Kedutaan Besar AS, bagaimanapun, mengatakan: "Kapal China telah berlabuh di daerah tersebut selama berbulan-bulan dengan jumlah yang terus meningkat, terlepas dari cuaca yang buruk".
(*)
Baca juga: Berkedok Jualan Kopi, Wanita Usia 51 Tahun Jajakan Wanita Penghibur, Tarif Mulai dari Rp 100 Ribu
Baca juga: Petani Malwin 20 Tahun Upayakan Lingkungan Kuala Tungkal Jadi Bisa Budidaya Anggur Akhirnya Berhasil
Baca juga: MASA Prabowo Sudah Habis di Pilpres 2024? Posisi 5 Hasil Survei Indikator, Gerindra Harap Tetap Maju
Baca juga: Miliki Tiga Rumah Potong Hewan Muarojambi Tak Khawatir Kehabisan Stok saat Ramadhan dan Idul Fitri
Berita lainnya terkait Konflik Laut China Selatan
SUMBER: SOSOK.ID
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM: