Renungan Kristen
Renungan Harian Kristen - Kasih Allah yang Tiada Batas
Bacaan ayat: Yohanes 3:16 (TB) - "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap
Kasih Allah yang Tiada Batas
Bacaan ayat: Yohanes 3:16 (TB) - "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal".
Oleh Pdt Feri Nugroho

Dalam sejarah kehidupan manusia, rasa kemanusiaan manusia telah membuat manusia hidup dalam kepedulian terhadap sesama.
Bentuk kepedulian yang paling nyata adalah kasih. Secara sederhana, kasih dapat dipahami sebagai perasaan sayang atau cinta, atau suka.
Secara umum, perasaan tersebut dapat ditujukan kepada hal-hal yang menarik hati.
Meskipun demikian secara umum pula, kasih ditujukan kepada sesama manusia, yang dalam Alkitab disebut sebagai sesama manusia.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Firman Tuhan Sebagai Pandu
Namun tahukah kita, bahwa kasih bukan hal mudah untuk dipraktekkan. Dosa telah melumuri hati manusia dengan prasangka.
Pikiran negatif dalam banyak kesempatan lebih dominan menguasai dibandingkan pikiran baik.
Kasih tidak lagi dapat terekspresi dengan bebas. Kasih menjadi bersyarat dalam kepentingan dan kebutuhan tertentu.
Sejarah memberikan informasi penting pada kita, bahwa sering kasih hanya dipraktekkan dalam lingkaran keluarga.
Lingkaran tersebut meluas pada kesukuan atau kebangsaan tertentu.
Hal ini disebabkan karena praktek kasih menuntut ikatan balasan dan keluarga atau kesukuan adalah ikatan terkuat untuk mengikatnya.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Mendidik Untuk Mendewasakan
Sangat ironis, ketika kasih kepada keluarga, kesukuan, seagama, sebangsa, sewilayah tertentu, telah menciptakan tembok pemisah yang membuat seseorang menjadi benci kepada sesama yang lain, yang berada diluar kelompoknya.
Semakin modern, kasih telah mengalami perluasan makna.
Meskipun semua orang setuju untuk mengasihi sesama manusia tanpa pandang bulu, dalam prakteknya sekat pemisah selalu ada secara terselubung.
Pengalaman pribadi mempunyai pengaruh yang kuat untuk menentukan pilihan siapa yang akan dikasihi dan siapa yang akan dibenci.
Inilah sekat yang membuat banyak orang sulit memahami kasih Allah yang tanpa syarat. Kasih Allah yang melingkupi segala hal, seakan menjadi sebuah ideal sempurna yang tidak lagi mungkin dipraktekkan dalam kehidupan.
Banyak orang menempatkannya diatas menara gading yang tidak tersentuh kehidupan manusia. Benarkah demikian?
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Di Persimpangan Jalan Kehidupan
Catatan Injil Yohanes memberikan ulasan yang memberi pencerahan bahwa kasih Allah yang sempurna justru telah menyentuh kehidupan manusia secara langsung.
Kasih Allah yang seakan melayang di awan, justru telah mendarat dalam realita kehidupan yang kongkrit.
Jika ada yang menanyakan, seberapa besar Allah mengasihi manusia, maka kita dapat menemukan jawabannya di dalam diri Yesus Kristus.
Manusia itu telah jatuh dalam dosa. Manusia memberontak kepada Allah dengan memilih untuk tidak taat.
Konsekuensi pemberontakan tersebut, telah membuat manusia keluar dari persekutuan dengan Allah. Hidup dalam dosa dan dikuasai oleh dosa.
Tidak ada yang bisa diharapkan dari manusia kecuali hukuman yaitu kebinasaan kekal. Lalu, mengapa Allah tidak membinasakan manusia saja dan menggantinya dengan ciptaan yang baru?
Bukankah mudah bagi Allah untuk melakukan hal tersebut?
Allah adalah kasih, oleh itulah kasih itu dipraktekkan dalam tindakan penyelamatan.
Setelah berabad-abad, Allah menyampaikan Firman-Nya kepada para nabi, pada akhirnya Ia memutuskan tindakan penyelamatan dengan cara Firman-Nya menjadi manusia untuk menjadi Juruselamat.
Sebuah tindakan yang hanya bisa dipahami dalam kaca mata kasih.
Dalam perbincangannya dengan Nikodemus yang sulit paham, Yesus menyematkan alasan utama Allah bertindak menyelamatkan.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Kesempatan Kedua
Alasan mendasar dari tindakan Allah yang menyelamatkan adalah, kasih Allah yang sangat besar akan dunia: kasih yang tiada berbatas, kasih yang ajaib, kasih yang sempurna, kasih yang bertindak, kasih yang mewujud dalam tindakan penyelamatan.
Mengapa para orang tua rela melakukan segalanya demi keluarganya? Karena kasih.
Mengapa seorang pasangan rela melakukan segalanya? Karena kasih pada pasangannya.
Sebuah tindakan yang sebenarnya bisa dilakukan oleh setiap orang.
Tindakan kasih Allah nyata dengan cara mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal.
Yesus Kristus disebut sebagai Anak tunggal Allah dalam makna bahwa Dia lahir karena kehendak Allah, bukan karena keinginan seorang laki-laki.
Hanya Dia satu-satunya manusia tidak berdosa karena Dia adalah Firman Allah yang menjadi manusia. Disebut sebagai Anak, dalam relasi-Nya dengan Bapa.
Tentu ini menjadi tindakan paling sempurna yang dilakukan Allah dalam rangka penyelamatan.
Hal ini diperlukan karena tujuan penyelamatan adalah setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Tujuan penyelamatan adalah memulihkan rancangan awal Allah ketika menciptakan kehidupan yaitu hidup dalam kekekalan.
Sebuah tindakan diatas akal manusia. Nikodemus, seorang pemimpin agamapun perlu dibimbing untuk paham apa yang menjadi maksud karya penyelamatan Allah tersebut.
Karya penyelamatan tersebut melampaui ruang dan waktu. Musa yang meninggikan ular tembaga, menjadi gambaran bahwa Juruselamat juga akan ditinggikan di kayu salib dan barang siapa memandang dengan percaya akan diselamatkan.
Sasaran penyelamatan adalah semua orang, semua ciptaan. Namun tidak otomatis penyelamatan akan terjadi. Penyelamatan perlu respon dari manusia untuk percaya.
Bersyukurlah jika karya penyelamatan itu telah terjadi pada kita hari ini. Kasih Allah telah nyata bagi kehidupan kita.
Maka sudah seharusnya penyelamatan tersebut mengubah kehidupan kita untuk hidup didalam kasih yang sama.
Kasih yang tanpa syarat, sebagaimana Yesus Kristus ajarkan untuk mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri.
Kasih Allah dalam Yesus menjadi dasar bagi kita untuk hidup dalam kasih.
Pengampunan Allah dalam Yesus memberikan kemampuan kepada kita untuk mengampuni sesama tanpa syarat. Jangan lagi ada dendam, akar pahit dan pikiran buruk terhadap sesama.
Jika masih ada kejengkelan terhadap sebuah nama ketika nama itu diingat, saatnya bertelut dan berdoa untuk saling mengampuni.
Hidup dalam damai adalah ciri kehidupan kekal yang telah Allah jaminkan dan bisa kita nikmati hari ini. Amin
Renungan oleh Pdt Feri Nugroho, S.Th, GKSBS Palembang Siloam