Satpol PP Ungkap Cerita saat Masuk ke Sarang PSK, Temukan Wanita Tak Berbusana Bersama Pria
Satpol PP Ungkap Cerita saat Masuk ke Sarang PSK, Temukan Wanita Tak Berbusana : Kamarnya Kita Ketok
TRIBUNJAMBI.COM -- Terbongkarnya praktik prostitusi ini setelah Satpol PP Tangsel (Tangerang Selatan) melakukan penyamaran.
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) berhasil mengungkap praktik prostitusi online.
Bahkan, petugas sampai masuk ke sarang PSK yang berlokasi di wilayah Tangerang Selatan..
• Anak-anak SMP-SMA Terlibat Prostitusi, Heboh Kode Unik Pemesanannya, Nobita, Doraemon & Shizuka
• Prostitusi Online di Jambi Rp800 Ribu Sekali Kencan, Ada Perempuan Masih di Bawah Umur Jadi Sorotan
Mereka diamankan dari beberapa lokasi seperti di Hotel kawasan Serpong maupun kosan di kawasan Rawa Buntu, Serpong Tangerang Selatan pada.
"Total diamankan 12 orang terdiri dari 6 cewe dan 6 cowo. Dari Hotel Urban didapati 4 cowo dan 2 cewe. Dari kos-kosan di Rawa Buntu didapati 2 cowo dan 4 cewe," kata Kepala Seksi Penyelidikan dan Penyidikan Satpol PP Kota Tangsel, Muksin Al Fachry.
Ia mengatakan, PSK bersama pasangan mesumnya diciduk pada Rabu (3/2/2021) sore.
Muksin menceritakan proses penyamaran yang dilakukan oleh anggotanya tersebut.
• Akibat Covid-19, Para PSK Ini pun Banting Harga, Gunakan Kata Sandi Nobita Shizuka dan Doraemon

Muksin mengatakan terungkapnya dugaan praktik prostitusi online itu diawali melalui percakapan aplikasi media sosial (medsos).
Menurutnya saat itu seorang petugas Satpol PP Kota Tangsel berhubungan dengan seorang wanita yang diduga PSK.
Saat itu, petugas yang melakukan penyamaran untuk bisa masuk ke sarang PSK.
Petugas Satpol PP Kota Tangsel melakukan percakapan melalui aplikasi tersebut dengan seorang wanita PSK.
"Jadi awalnya kami menggunakan aplikasi medsos untuk tahu di situ ada BO (open booking PSK-red) atau tidak.
Begitu sudah tahu kita jadi pelanggan, kami datang," kata Muksin, Rabu (3/2/2021).
• AKSI Anggota Satpol PP Nyamar dan Masuk Sarang PSK, Syok Sebut Sudah Telanjang saat Buka Pintu

Setelah mendapati kepastian terkait dugaan tindak prostitusi online, pihak Satpol PP Kota Tangsel pun langsung meluncur ke dua lokasi tersebut.
Benar saja, pihaknya mendapati sejumlah alat bukti yang berkaitan dengan adanya tindak asusila di dua lokasi penginapan itu.
Bahkan, pihaknya pun mendapati pasangan tanpa busana pada salah satu kamar hotel maupun indekos tersebut.
Pihaknya juga menemukan alat kontra sepsi dilokasi tersebut.
"Kami periksa kamar lain kita ketok dia buka pintu eh dia lagi telanjang.
Barang bukti yang diamankan alat kontrasepi yang telah digunakan dan masih utuh," jelasnya.
Sewa 4 PSK Sekaligus
Kejadian nyaris sama terungkap di Jakarta beberapa waktu lalu
Empat gadis belia diamankan di hotel di kawasan Sunter bersama seorang pria hidung belang.
Saat digerebek, 4 gadis dan pria itu sudah tak berbusana dalam satu kamar.
Menurut Polisi, 4 gadis tersebut memang disewa oleh seorang pria.
"Begitu kami masuk, didahului Polwan masuk, ditemukan empat orang anak dalam kondisi tidak menggunakan pakaian," kata Kanit Reskrim Polsek Tanjung Priok AKP Paksi Eka Saputra dikutip dari Tribun Jakarta.
Paksi menerangkan, ketika itu pria tersebut juga dalam kondisi telanjang dada.
Meski sudah tak berbusana, menurut Paksi, kelimanya belum melakukan hubungan badan.
"Artinya dapat disimpulkan persetubuhan belum terjadi. oleh sebab itu, peran dari penyewa masih kami dalami," kata Paksi.
Pria yang ada di kamar hotel itu berusia 39 tahun.
Menurut Paksi, pria itu berinisial R.
R memang sengaja memesan 4 perempuan sekaligus untuk melampiaskan napsunya.
"Iya (pesan empat sekaligus). Sesuai dengan keterangan dari dia (R) dan juga dari muncikari," kata Paksi.
R memesan 4 perempuan pada Rama (19).
Dalam perjanjiannya, mereka sepakat dengan harga Rp 20 juta unti 4 perempuan.
"Kalau itu dari pembicaraan awal dia (R) dengan muncikari adalah sekitar Rp 20 juta. Jadi, satu anak dihargai Rp 5 juta," jelas AKP Paksi Eka Saputra.
R sendiri merupakan seorang karyawa swasta.
R lantas memberikan uang Rp 20 juta pada Rama.
Namun Rama rupanya tak memberikan semua uang tersebut pada 4 gadis yang disewa R.
"Faktanya, yang diberikan muncikari kepada si korban beragam. Ada yang Rp 1 juta, Rp 1,5 juta, dan yang paling mahal Rp 3 juta," kata Paksi.

Selisih angka dari masing-masing gadis menjadi keuntungan bagi Rama.
"Selisih angka dari keuntungan tersebut untuk si mucikari," kata Paksi.
Pengakuan Rama
Melansir Tribun Jakarta, Rama (19), muncikari yang jajakan PSK remaja di hotel kawasan Sunter, Tanjung Priok, Jakarta Utara, memilih terjun ke dunia prostitusi karena kebutuhan ekonomi.
Menurut pengakuannya, uang hasil bisnis lendir ini digunakan untuk biaya sekolah adiknya hingga membayar uang kontrakan.
"Uangnya buat bayarin sekolah adik. Adik saya masih SMP di Citayam," kata Rama di Mapolsek Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (27/1/2021) malam.

Rama tinggal bersama ayah dan ibunya di daerah Menteng, Jakarta Pusat.
Beberapa tahun ini, sang ayah diakuinya sudah tak bekerja.
Sementara ibunya hanya seorang pedagang kecil-kecilan di sekitar rumahnya.
Rama pun mengaku uang hasil menjalankan praktik prostitusi ini juga dipergunakan untuk membayar kontrakan.
"Bapak nganggur, ibu dagang. Jadi buat bayar kebutuhan di rumah, buat bayar kontrakan," ucap dia.
Rama sudah dua tahun belakangan berkecimpung di dunia prostitusi.
Dirinya memilih jalan menjadi muncikari setelah lulus dari bangku SMA pada 2018 lalu.
"Karena posisi saya lagi dalam keadaan nggak kerja. Jadi saya kayak pusing dengan nyari kerjaan, terus saya ikut jadi kayak muncikari gitu," kata Rama.

Diceritakan Rama, setelah lepas dari pendidikan formal, dirinya sempat kebingungan mencari pekerjaan.
Di sela-sela menganggur, Rama mengaku ada seorang teman yang mengenalkannya dengan dunia prostitusi.
Lantaran sudah kepalang butuh uang untuk kebutuhan sehari-hari, Rama akhirnya memilih menjadi muncikari.
"Awalnya sih dari teman-teman saya gitu. Terus saya ditawar-tawarin gitu. Akhirnya saya mau nggak mau jadi kayak begitu (muncikari)," ucap dia.
Menurut Rama, ada dua orang temannya yang juga menjadi muncikari dalam bisnis lendir gadis belia ini.
Dua orang tersebut, kata Rama, ialah seorang pria bernama R dan wanita bernama M.
Rama mengaku awal dirinya mencari-cari remaja belasan tahun untuk dijadikan PSK berdasarkan perkenalannya dengan kedua orang itu.
"Ada temen yang nanya gitu, terus tiba-tiba kayak 'ada yang mau (PSK) nggak?' Gitu. Nanyanya lewat WA, nanyain biasa aja," kata Rama.
Keempat gadis remaja yang dijajakan Rama merupakan warga Jakarta Pusat yang kerap kali diajaknya ikut nongkrong di kafe-kafe.
Karena masih muda dan banyak diminati lelaki hidung belang, gadis-gadis bau kencur ini dibanderol paling murah Rp 1,5 juta dan paling mahal Rp 6 juta.
Di kafe-kafe tersebut lah biasanya Rama akan bertransaksi dengan para pelanggan yang berasal dari kalangan pekerja hingga pengusaha.
Dari situ, Rama tinggal menunggu para pelanggannya mengatur jadwal serta memesan hotel.
Apabila jadwal dan tempat sudah ditentukan, Rama akan mengantarkan PSK untuk bertemu dengan si pelanggan.
"Bayarnya cash, langsung cash. Nggak pake DP. Itu (hotel) dari gadunnya sih, dari gadunnya sendiri, dari omnya," ucap Rama.
Dari si pelanggan, Rama akan mendapatkan keuntungan sekitar Rp 1,2 juta hingga Rp 2 juta.
Uang tersebut, selama dua tahun terakhir, digunakan Rama untuk memenuhi biaya hidup keluarganya.
(TribunnewsBogor.com/Tribunnews.com/ Tribun Jakarta)
Artikel ini telah tayang di tribunnewsbogor.com dengan judul Satpol PP Ungkap Cerita saat Masuk ke Sarang PSK, Temukan Wanita Tak Berbusana : Kamarnya Kita Ketok,
Penulis: Damanhuri