'Saya Tak Mau Merepotkan Bangsa Saya' Kisah Pejuang Perempuan Tionghoa yang Berjuang Melawan Belanda
'Saya Tak Mau Merepotkan Bangsa Saya' Kisah Pejuang Perempuan Tionghoa yang Berjuang Melawan Belanda
TRIBUNJAMBI.COM - Di masa perjuangan kemerdekaan, semua rakyat Indonesia berjuang bersama-sama. Tanpa memandang gender, agama, dan keturunan, semua bahu-membahu berjuang melawan Penjajah. Baik laki-laki maupun perempuan, semua berjuang untuk mengusir Belanda yang kembali ke Indonesia.
Umumnya perempuanmembantu memberi dukungan kepada para pejuang dari logistik. Karena, lingkungan perjuangan garis terdepan bernuansa patriarkis pada masanya. Tapi, ada segelintir perempuan Tionghoa , yang berjuang demi cintanya untuk Indonesia tercinta. Tampil di garis depan perjuangan dan bergerilya dengan para pejuang lainnya.
Berdasarkan laporan majalah Sarinah edisi 6 Agustus 1984. Majalah itu koleksi Museum Pustaka Peranakan Tionghoa di Tangerang Selatan.
Agar dapat bergabung dengan gerilyawan, The Sin Nio (perempuang Tionghoa) merubah identitas nya sebagai laki-laki dengan nama Mochamad Moeksin. Sehingga dia pun dapat bergabung dengan pejuang lainnya dalam Kompi 1 Batalyon 4 Resimen 18.

• JELANG Imlek 2021, Tahukah Kamu 5 Pejuang Berdarah Tionghoa Ini Punya Jasa Besar Bagi Indonesia
• Dibangun Warga Tionghoa Mualaf Jambi, Masjid Laksamana Cheng Hoo Satu-satunya Bernuansa China
Perempuan asal Wonosobo tersebut, menurut keterangan cucunya, Rosalia Sulistiawati saat dihubungi National Geographic Indonesia, turut berperan di bidang logistik dan persenjataan. Setelah menjadi bagian logistik, Ia dipindahkan ke bagian perawat.Tak banyak gambaran secara detail mengenai sosok The Sin Nio pada masa perjuangan kemerdekaan.
Sejak 1973 Ia meninggalkan keluarganya untuk pergi ke Jakarta untuk menuntut haknya sebagai veteran. Ia baru mendapatkan pengakuan sebagai veteran pada 15 Agustus 1981, berdasarkan Surat Keputusan yang ditandatangani Wakil Panglima ABRI, Laksamana Sudomo. Hanya saja, pengakuan tersebut tidak beriringan dengan cairnya hak tunjangan veterannya.
“Oma terlunta-terlunta sampai menempati rumah di pinggir rel. Saya pernah ke sana sama Papa. Seperti kontrakan gitu. Kalau kereta lewat rumahnya bergetar,” kenang Rosalia.
• MERINDING! Nyanyi Lagu Gugur Bunga, Mengingat Pejuang Kemerdekaan di Hari Pahlawan 10 November
• Militer Myanmar Jadi Sorotan Dunia Saat Ini, Ternyata di Bawah Belanda, Indonesia Diurutan Berapa?
“Hanya papa saya yang sering berkunjung ke Jakarta, nengokin Oma. Kalau ada papa ada urusan di Jakarta sering menyempatkan ketemu Oma.” Tambah Rosalia.
Menurut Rosalia, Omanya menghabiskan sisa hidupnya hingga meninggal pada 1985 di usia 70 tahun di kawasan kumuh di dekat Stasiun Juanda, Jakarta.
“Saya tidak mau merepotkan bangsa saya, biarlah saya hidup dan mati dalam kesendirian. Karena hanya Tuhan yang mampu memeluk dan menghargai gelandangan seperti saya!” kata The Sin Nio, pada majalah Sarinah.

Ho Wan Moy (Tika Nurwati)
Sejak muda, Tika Nuwrwati telah terlibat perjuangan kemerdekaan di Jawa Tengah. Ia pun mendapat penganugerahan Bintang Gerilya dan Bintang Veteran pasca kemerdekaan. Keberaniannya, diungkap oleh Lisa Suroso dalam Suara Baru edisi Maret-April 2008 berkat pejuang yang datang padanya, Herman Sarens Soediro dari Kompi Tentara Pelajar Siliwangi.
“Kamu jangan takut. Walaupun kamu perempuan dan Tionghoa, kamu harus berani,” ujar pejuang muda itu pada Ho Wan Moy.
Dorongan itulah yang membuatnya ikut berperan dalam gerilya. Ia sempat menjadi para pejuang ke tempat persembunyian senjata di Banjar. Kemudian bergabung Palang Merah Indonesia dan Laskar Wanita Indonesia untuk merawat pejuang yang terluka, mengurusi logistik tentara, dan merangkap sebagai mata-mata.
Kisahnya menjadi mata-mata bermula dari habisnya persediaan singkong dan beras milik keluarganya setelah disumbangkan kepada gerilyawan. Ho Wan Moy terpaksa harus ke kota melewati pos-pos Belanda untuk belanja. Beruntung dirinya tidak dicurigai.
• Deretan Makanan Manis yang Wajib Ada Saat Imlek 2572, Bisa Bawa Keberuntungan Bagi Warga Tionghoa
• Kumpulan Ucapan Selamat Tahun Baru Imlek 2021 Lengkap Bahasa Mandari hingga Inggris dan Indonesia