Arab Saudi Diguncang Ledakan, Bukan Kelompok Houthi tapi Kelompok Ini yang Ngaku Bertanggungjawab
Arab Saudi Diguncang Ledakan, Bukan Kelompok Houthi tapi Kelompok Ini yang Ngaku Bertanggungjawab
TRIBUNJAMBI.COM - Sebuah ledakan besar guncang Arab Saudi baru-baru ini.
Akibat ledakan besar itu, Kelompok Houthi di Yaman membantah sebagai pihak yang ada di balik ledakan di ibu kota Arab Saudi, Riyadh, pada Selasa (26/1/2021).
Sementara itu sebuah kelompok bertama Alwiya Alwaad Alhaq mengklaim bertanggung jawab atas insiden tersebut, sebagaimana dilansir Reuters. Alwiya Alwaad Alhaq merupakan kelompok yang masih tidak dikenal hingga saat ini.
Dilansir dari I24News, Alwiya Alwaad Alhaq, jika diterjemahkan langsung menjadi "Brigade Janji Sejati", mengunggah pesan panjang di akun Telegram mereka. Kelompok yang dikabarkan berbasis di Irak tersebut mengeklaim sengaja menargetkan beberapa target di Riyadh.
"Mengikuti desakan orang-orang Arab di Teluk Arab atas kejahatan terhadap negara-negara di wilayah itu, kami, anak-anak Jazirah Arab, telah memenuhi janji kami dan mengirim drone teror ke kerajaan Al-Saud dan menargetkan benteng mereka di Al Yamamah Palace dan target lainnya di Riyadh," bunyi pernyataan itu.
Kelompok itu mengeklaim, serangan itu merupakan balasan karena “dukungan” Arab Saudi terhadap kelompok teror ISIS. Alwiya Alwaad Alhaq menekankan bahwa percobaan serangan di Riyadh tersebut merupakan tindakan balas dendam atas pengeboman mematikan di pasar Baghdad.
Pengeboman di Baghdad terjadi pada Kamis (21/1/2021) yang menewaskan 32 orang dan melukai lebih dari 100 orang. ISIS mengaku bertanggung jawab atas pengeboman itu.
Kelompok milisi Houthi di Yaman, yang didukung Iran, segera menjauhkan diri dan membantah telah melakukan serangan itu. Meski demikian, Houthi telah melakukan beberapa serangan drone dan rudal lintas batas terhadap fasilitas milik Arab Saudi di Jeddah dan di Laut Merah. Diberitakan Kompas.com sebelumnya, Riyadh diguncang ledakan yang cukup keras pada Selasa.
“ Ledakan itu mengguncang jendela di ibu kota Saudi sekitar pukul 13.00 waktu setempat,” kata saksi mata, melansir Al Jazeera. Beberapa warga di media sosial melaporkan mendengar dua ledakan. Al Arabiya TV milik Arab Saudi mengutip laporan lokal tentang ledakan dan video yang beredar di media sosial terkait sebuah rudal yang dicegat di Riyadh.
Detik-detik Ledakan di Riyadh
Ledakan terdengar di Riyadh, ibu kota Arab Saudi, pada Selasa (26/1). Namun, penyebab pastinya belum diketahui.
Mengutip Reuters, beberapa saksi melaporkan mendengar dua suara keras dan melihat kepulan kecil asap di atas Kota Riyadh sebelum pukul 1 siang waktu setempat.
Stasiun TV Al Arabiya milik Pemerintah Arab Saudi mengutip laporan lokal tentang ledakan dan video yang beredar di media sosial yang menunjukkan sebuah rudal dicegat di Riyadh.

Hanya, pasukan Houthi yang berpihak pada Iran di Yaman telah melakukan banyak serangan lintas batas ke Arab Saudi menggunakan drone dan rudal sejak koalisi pimpinan Arab Saudi turun tangan di Yaman awal 2015 untuk memulihkan pemerintahan yang digulingkan Houthi.
Serangan rudal dan pesawat tak berawak yang diklaim oleh pasukan Houthi telah menargetkan bandara sipil dan infrastruktur minyak di Arab Saudi, kadang-kadang mencapai Riyadh.
Pada Sabtu (23/1) pekan lalu, koalisi militer pimpinan Arab Saudi yang beroperasi di Yaman mengatakan, telah mencegat dan menghancurkan "target udara musuh" yang diluncurkan menuju Riyadh.
Houthi membantah bertanggungjawab atas serangan itu.
Sementara kelompok yang menyebut dirinya Alwiya Alwaad Alhaq , yang secara kasar diterjemahkan sebagai Brigade Janji Sejati, mengklaim serangan tersebut.
Kini Arab Saudi akan menuntut balas atas serangan ini dimana kabarnya Raja Salman marah atas serangan pengecut tersebut.
Kelompok Teroris
Melalui Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, AS menyatakan bahwa kelompok Houthi bakal masuk dalam daftar teroris.
Akibatnya, Presiden AS Joe Biden bakal mendapatkan jalan terjal untuk memulai upaya diplomasi dengan Iran, yang selama ini mendukung Houthi.
Selain itu, pemerintahan baru AS nanti juga bisa kesulitan meninjau kembali hubungannya dengan Arab Saudi, yang selama ini membombardir Yaman.

Manuver Kementerian Luar Negeri AS ini jelas mengkhawatirkan pihak yang selama ini menjalani transaksi dengan kelompok tersebut.
Pekerja kemanusiaan maupun calon pemerintahan Biden sudah memeringatkan, kebijakan itu bisa menyulitkan penyaluran bantuan.
Padahal, saat ini Yaman sudah dideklarasikan oleh PBB berada dalam momen krisis kemanusiaan, dengan jutaan orang kelaparan.
Untuk itu, anggota parlemen AS menyerukan kepada Biden untuk membatalkan keputusan pemerintahan Trump yang mencap pemberontak Houthi Yaman sebagai 'organisasi teroris asing'.
Melansir Al Jazeera, Senin (11/1/2021), anggota parlemen mengecamnya sebagai 'berpandangan sempit' dan merupakan 'hukuman mati' bagi jutaan orang yang sudah kesulitan dalam perang yang terjadi selama bertahun-tahun.
Ketua Komite Urusan Luar Negeri DPR Gregory Meeks mengatakan keputusan yang diumumkan oleh Pompeo pada Senin pagi tersebut 'membahayakan nyawa rakyat Yaman'.
Dalam sebuah pernyataan hari Senin, Meeks mengatakan, "Pemerintahan Trump belum mengetahui bahwa mereka tidak dapat memberikan sanksi untuk keluar dari perang saudara."
Meeks juga mengecam apa yang dia gambarkan sebagai politisasi otoritas sanksi AS.
Pengamat politik dan kelompok bantuan telah mengantisipasi bahwa pemerintahan Trump akan menunjuk Houthi sebuah "organisasi teroris asing" sebelum Biden menjabat pada 20 Januari.
Pemerintahan Trump telah mengejar kampanye "tekanan maksimum" terhadap Iran dan sekutunya di kawasan itu, termasuk Houthi, yang bersekutu dengan Teheran.
Peter Salisbury, seorang analis Yaman di International Crisis Group (ICG), mengatakan keputusan itu tidak banyak membantu aktivitas dan berisiko "secara kolektif menghukum" warga Yaman.
Dalam serangkaian tweet, Salisbury mengatakan ICG telah menganalisis argumen untuk penunjukan tersebut; yaitu, bahwa sanksi tersebut "akan melemahkan mereka [Houthi] secara finansial dan meyakinkan pendukung mereka bahwa mereka tidak memiliki kelangsungan hidup jangka panjang", sementara memiliki efek ekonomi umum yang terbatas.
“Penelitian dan analisis kami menunjukkan sebaliknya,” tulis Salisbury. "Karena jika dampak dari penunjukan ini setengah buruk seperti yang diperkirakan, jutaan orang Yaman biasa yang berjuang untuk makan yang akan membayar harganya, sementara prospek perdamaian yang sudah jauh menghilang."
Organisasi kemanusiaan juga memperingatkan bahwa langkah itu dapat memperumit kemampuan mereka untuk membantu warga sipil yang tinggal di daerah yang dikuasai Houthi.
Scott Paul, pemimpin kebijakan kemanusiaan Oxfam America, menggambarkan keputusan AS sebagai "kebijakan kontra-produktif dan berbahaya yang akan membahayakan nyawa tak berdosa".
Dia mengatakan dalam sebuah pernyataan: “Penunjukan ini tidak akan membantu menyelesaikan konflik atau memberikan keadilan atas pelanggaran dan pelanggaran yang dilakukan selama perang; itu hanya akan menambah krisis bagi jutaan orang Yaman yang berjuang untuk kelangsungan hidup mereka."
Artikel ini telah tayang di pos-kupang.com dengan judul ARAB Saudi Dibombardir Rudal, Warga Panik , Raja Salman Marah Besar Perintahkan ini.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ledakan Besar di Arab Saudi, Kelompok Tak Dikenal Mengeklaim Bertanggung Jawab", https://www.kompas.com/global/read/2021/01/28/083329170/ledakan-besar-di-arab-saudi-kelompok-tak-dikenal-mengeklaim-bertanggung?page=all