Renungan Kristen

Renungan Harian Kristen - Dosa Merusak Tatanan Kehidupan, Yesus Memulihkannya

Bacaan ayat: Matius 1:21 (TB) - "Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya

Editor: Suci Rahayu PK
ist
Ilustrasi renungan harian 

Dosa Merusak Tatanan Kehidupan, Yesus Memulihkannya

Bacaan ayat: Matius 1:21 (TB) - "Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka."

Oleh Pdt Feri Nugroho

Pdt Feri Nugroho
Pdt Feri Nugroho (Instagram @ferinugroho77)

Obrolan di ruang tamu terasa mengasyikkan.

Tuan rumah dan tamunya sedang bercerita tentang pengalaman hidup yang telah terjadi.

Mereka memaknainya sebagai kesempatan berharga untuk saling membangun.

Dalam canda dan tawa, terkadang terlihat serius untuk menghayati sebuah cerita.

Tiba-tiba seorang gadis kecil masuk, tertarik dengan obrolan mereka. Dengan santainya ia memanjat kursi dan berlanjut dengan bergelantungan di teralis jendela.

Senyumnya merekah. Cerita terhenti sejenak, mereka yang ada saling pandang seolah segan merespon.

"Hai, Fia... Turun dari situ. Malu, banyak tamu. Tidak boleh nakal. Itu dosa..!!" sebuah suara menghardiknya dengan keras.

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Rancangan Kekal Karya Penyelamatan Allah dalam Yesus Kristus

Apakah dosa itu? Banyak orang memahami dosa dengan caranya masing-masing.

Pengalaman akan membentuknya memahami dosa dengan cara yang dinamis.

Sebagian memahami dosa sebagai tindakan yang melanggar aturan yang berlaku.

Sebagian yang lain mengartikan dosa sebagai tindakan yang merugikan orang lain.

Masing-masing mempunyai alasan kuat: dosa adalah tindakan yang melanggar etika.

Tindakan yang memalukan, tindakan yang melawan hukum alam, perbuatan yang mengarah kepada kejahatan dan merugikan orang lain.

Dalam sebuah keyakinan, dosapun dipahami dengan cara yang beragam.

Dosa sebagai tindakan melawan Allah, melanggar larangan-Nya dan menjauhi perintah-Nya.

Namun bagi Fia setelah bertahun-tahun berlalu, dosa adalah tidak memanjat kursi dan bergelantungan di teralis jendela

Ironis bukan, jika dosa hanya dihubungkan dengan pemaknaan berdasarkan pengalaman semata?

Padahal faktanya, akibat dosa sangat merusak kehidupan.

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Dibenarkan Karena Iman Keselamatan Bukan Upaya Manusia Tapi Anugerah Allah

Hampir semua orang paham bahwa manusia itu berdosa. Itulah sebabnya ada upaya masif dalam kehidupan manusia untuk bebas dari dosa.

Manusia berupaya untuk hidup benar, melakukan kebaikan, menjauhi kejahatan, bahkan sampai pada posisi mengendalikan diri sedemikian ketat dengan meniadakan keinginan dalam rangka terbebas dari dosa.

Segala ritual kepercayaan, terasa kental dengan upaya menyucikan diri dari dosa: pembasuhan, batas wilayah, sikap tubuh, dan beberapa ritual lain membawa kita pada kesadaran bahwa dosa itu masalah serius yang perlu dibereskan agar seseorang dapat terhubung kembali dengan Tuhan.

Alkitab membawa pesan sederhana tentang dosa, namun memiliki pemahaman yang utuh ketika dipahami secara mendalam.

Pada hakekatnya, dosa adalah pemberontakan dan ketidaktaatan manusia kepada Allah.

Adam dan Hawa sebagai manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, mendapatkan ijin untuk menikmati kehidupan dengan memakan semua buah dalam taman.

Hanya saja, satu pohon yaitu pohon pengetahuan, Allah menghendaki agar mereka tidak memakannya. Semua baik-baik saja ketika mereka taat.

(Ilustrasi) Adam dan Hawa
(Ilustrasi) Adam dan Hawa (Trumpet Call)

Kehidupan yang dirancang Allah dalam kekekalan dapat mereka jalani dengan baik.

Relasi dengan Allah terjalin dalam keakraban.

Pun relasi dengan sesama, alam dan diri sendiri juga berjalan dengan harmonis. Semuanya baik-baik saja.

Kondisi ini berubah ketika iblis berhasil mempengaruhi mereka dengan menanamkan pikiran negatif dan kecurigaan kepada Allah.

Dialog sederhana dengan iblis menjadi kesempatan untuk meracuni pikiran yang tadinya berpusat kepada Allah menjadi berpusat pada diri sendiri.

Ketaatan berubah menjadi benih pemberontakan ketika manusia mulai berfikir bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian.

Kemudian bermula dari keputusan Hawa, ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya.

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Dibenarkan Karena Iman Keselamatan Bukan Upaya Manusia Tapi Anugerah Allah

Maka perubahan pun terjadi. Mereka telah tidak taat dan memberontak kepada Allah.

Pertanyaan besarnya: dimana Allah kala itu? Mengapa Ia membiarkan mereka memberontak?

Mengapa Allah tidak buru-buru datang dan menghardik mereka agar membatalkan niat mereka?

Bukankah Allah Mahatahu? Lagi pula, mengapa juga Allah harus tanam pohon pengetahuan itu ditengah taman?

Jawabannya hanya satu: karena Allah menghormati pilihan mereka.

Dengan diciptakannya mereka menurut gambar dan rupa Allah, maka manusia mempunyai kehendak bebas untuk memilih.

Keberadaan pohon pengetahuan justru menjadi wujud konsistensi Allah dalam berkarya.

Dan Allah sudah memberikan wejangan bahwa semua buah boleh dimakan dengan bebas, hanya buah pohon pengetahuan yang dilarang untuk dimakan.

Perintah itu sudah lebih dari cukup bagi manusia untuk dijadikan sebagai tolok ukur batasan tentang apa yang boleh dilakuakn dan tidak boleh dilakukan.

Selanjutnya, manusia mempunyai kebebasan untuk memilih: taat kepada Allah atau tidak taat.

Dosa merusak segalanya. Kekekalan tergantikan oleh kematian.

Segala relasi menjadi rusak, baik relasi dengan Allah, sesama, alam maupun diri sendiri.

Sikap egois yang berpusat pada diri sendiri mendominasi kehidupan. Karena dosa yang mereka lakukan, maka semua manusia berdosa.

Semua manusia dilahirkan dalam dosa. Hal ini dibuktikan bahwa perilaku dosa sudah ada dalam diri manusia tanpa pandang usia.

Manusia terpisah dari Allah. Pada sisi lain, buah pengetahuan telah membuat manusia mempunyai kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap segala sesuatu.

Manusia menciptakan tolok ukur dan standar dalam kehidupan.

Standar etika, hukum, relasi, kemajuan teknologi, dan yang lain-lain.

Dalam relasi dengan Tuhan, manusia menciptakan ritual yang diklaim sebagai yang paling benar untuk bisa berjumpa dengan Tuhan.

Manusia berjuang untuk menjadi yang paling unggul dalam segala hal: peperangan terjadi. Perlombaan menjadi cara terhalus untuk mengatakan bahwa saya lebih hebat dari yang lain.

Dosa telah merusak segala-galanya.

Adakah pengharapan dalam situasi ini?

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Kerukunan Tercipta Ketika Sikap Saling Menerima Dikembangkan

Diperlukan pihak lain untuk menolong agar bebas dari dosa. Pihak yang sanggup dan mampu membereskan persoalan dosa.

Karena apapun upaya manusia untuk bebas dari dosa, tidak pernah membuahkan hasil. Manusia memerlukan pihak lain yang bebas dari dosa agar dosa dapat diselesaikan.

Syukur kepada Allah, jika ternyata Allah tetap mengasihi manusia. Dia berkenan hadir dalam sejarah manusia dengan menjadi manusia untuk melakukan penyelesaian terhadap masalah dosa.

Injil Matius mencatat bahwa Dia hadir dalam rupa sebagai manusia, 2000 tahun lalu, dengan nama Yesus.

Dalam keadaan-Nya sebagai manusia, Dia mati di kayu salib dalam rangka menjadi tebusan bagi manusia.

Dalam Dia, kehidupan kekal yang dirancang oleh Allah ditawarkan kembali untuk dimiliki.

Pemulihan relasi menjadi hasil nyata dalam penebusan. Manusia dikembalikan dalam relasi yang benar dengan Allah.

Ini memungkinkan manusia untuk memulihkan relasi dengan diri sendiri, sesama dan alam sekitarnya.

Manusia dapat menerima kembali dirinya dalam rasa syukur dengan berbagai pengalaman kehidupan yang telah terjadi.

Manusia dapat melihat orang lain sebagai sesama untuk saling mengasihi; dan manusia melihat alam sebagai berkat dari Tuhan untuk dikelola dan dijaga demi kehidupan masa kini dan masa depan.

Semua pemulihan tersebut hanya memerlukan satu respon, yaitu percaya.

Percaya bahwa Allah sangat mengasihi dan menerima penyelamatan-Nya dalam Yesus. Keputusan ada ditangan kita. Amin

Renungan oleh Pdt Feri Nugroho S.Th, GKSBS Palembang Siloam

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved