Kisah Pemuda Bersorban Mantan Santri Dengan Wajah Penuh Tato, Hijrah & Ingin Ketemu Ibu Kandung

Siap sangka, mantan santri yang wajahnya penuh tato, memilih hijrah dan kini memperdalam ilmu agama.

Editor: Rahimin
(KOMPAS.com/RISKA FARASONALIA)
Ahmad Nur Kusuma Yuda di Masjid Jami Al-Istiqomah Jalan Kusuma Wardani, Pleburan. Kisah Pemuda Bersorban Mantan Santri Dengan Wajah Penuh Tato, Hijrah & Ingin Ketemu Ibu Kandung 

Kisah Pemuda Bersorban Mantan Santri Dengan Wajah Penuh Tato, Hijrah & Ingin Ketemu Ibu Kandung

TRIBUNJAMBI.COM - Siap sangka, mantan santri yang wajahnya penuh tato, memilih hijrah dan kini memperdalam ilmu agama.

Seorang pemuda dengan wajah penuh tato sedang duduk bersila di dalam sebuah masjid di daerah Peleburan, Kota Semarang.

Mengenakan sorban putih di kepala dan pakaian gamis panjang dengan warna serupa, dia tampak tersenyum ramah.

Baca juga: 5 Koban Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Berhasil Diidentifikasi, Keluarga Minta Identitas Tak Disebut  

Baca juga: KTP Pria Ini Viral Pakai Tanda Tangan Lambang Konoha, Syaiful Bahri: Saya Penggemar Naruto

Baca juga: 89 Rekening FPI Dibekukan, Tersebar di Pusat dan Cabang, PPATK Lacak Sumber dan Peruntukannya

Pemuda berusia 21 tahun itu bernama Ahmad Nur Kusuma Yuda yang karib disapa Yuda.

Sosoknya memang tampak menyeramkan dengan tato di wajah dan sekujur tubuhnya. Namun, suaranya terdengar lembut saat berbicara dan jauh dari kesan gahar.

Sejak kecil, pemuda kelahiran Tangerang ini memang lekat dengan tato. Semua tatonya ia dapatkan ketika dirinya memulai kisah hidupnya di jalanan.

Saat duduk di bangku taman kanak-kanak (TK) di Klaten dan sekolah dasar (SD) dirinya mengenyam pendidikan agama sebagai santri di pondok pesantren.

Setelah lulus SD, dia harus berpindah melanjutkan sekolah di pesantren dakwah di Salatiga.

Namun, tak lama kemudian dia memutuskan untuk kabur lantaran tidak betah. Ayahnya sempat mengembalikan Yuda ke pesantren itu, tapi dirinya tidak kuat dan dipulangkan ke rumah.

Selang dua hari tinggal di rumah, lantas Yuda memulai pencarian jati dirinya dengan memilih hidup di jalan sebagai anak punk.

"Dulu saya pernah kabur dari pesantren. Memilih hidup di jalan. Nyari teman ke Semarang, lalu ke Jakarta. Terus jalan ke Merauke, Bali dan Aceh," jelas Yuda saat ditemui Kompas.com, Jumat (15/1/2021).

Yuda bertahan hidup di jalan dengan berjualan kaos sablonan di acara-acara komunitas dan mengamen. Bahkan, dia juga pernah mencoba menjadi tukang tato di Bali.

Baca juga: VIRAL Tagihan Listrik Membengkak hingga Rp 68 Juta, Dipasang Alat Ini Biar Murah, Ini Penjelasan PLN

Baca juga: Janji Bercinta Tak Ditepati Lama, Alasan Agus Saputra Habisi Nyawa Janda Muda di Palembang

Baca juga: DAFTAR Negara Tertinggi Kasus Covid-19 di Asia, Indonesia Peringkat 4, Tertinggi di Asia Tenggara

Datang ke acara-acara cari teman buat silaturahmi. Jualan kaos buat hidup dan ngamen di jalan," ucapnya.

Yuda bercerita tentang awal mula tato bersarang ditubuhnya hingga memilih jalan untuk berhijrah.

"Sejak lulus SD sekitar umur 12 tahun, pertama kali di tato di bagian wajah, gambar air mata di dekat mata kanan dan kiri. Artinya biar engga cengeng dan tambah kuat. Awalnya enggak boleh, tapi saya bandel," ujarnya.

Seiring perjalanan hidupnya, tato mulai bertambah dari tangan, punggung hingga menjalar ke wajahnya.

Dia mengaku seluruh tato yang melekat di tubuhnya itu merupakan hadiah sebagai kenang-kenangan saat bertandang ke rumah teman dari berbagai kota.

Ilustrasi
Ilustrasi (dailystar)

"Ada gambar mata Dajjal di panggung, gambar Bunda Maria di lengan kiri, gambar muka setan di telapak tangan kiri dan gambar Joker di lengan kanan. Lalu gambar bio mekanik di wajah. Kalau keluar kota dapat kenang-kenangan tato dari teman," ujarnya.

Kemudian, menjelang bulan Ramadhan tahun lalu, dia mulai merenungi hidupnya dan memikirkan masa depan.

Lantas hatinya pun terketuk hingga memutuskan untuk meninggalkan masa lalunya.

"Saya renungkan dan telepon Om saya, saya mau hijrah kembali ke jalan yang benar, walau keluarga belum menerima semua tapi saya usaha," katanya.

Meski sekarang telah memilih berhijrah, namun dia mengaku tidak berniat menghapus tatonya.

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Rancangan Kekal Karya Penyelamatan Allah dalam Yesus Kristus

Baca juga: Fantasi Hana Hanifah Rupanya Ingin Tiduri Vino Bastian, Nikita Mirzani Kaget: Agresif Nggak Tapi?

Baca juga: 81 Orang Meninggal Karena Gempa di Sulbar, 1.150 Rumah Rusak

"Saya tidak menyesal dan tak ada niat menghapus. Biar tahu zaman jahiliyah kita. Jadi kita tahu sudah kembali ke jalan yang benar. Nanti biar nanti di akhirat saja yang tahu itu salah dan benar," ungkapnya.

Yuda akhirnya memilih tinggal di Semarang karena dekat dengan keluarga termasuk ayah.

Dia mengaku proses hijrahnya tidak mudah dan penuh rintangan. Terlebih, dirinya kerapkali dipandang sebelah mata oleh beberapa orang.

"Pandangan pertama orang-orang di masjid mereka tadinya pada takut. Pas waktu sholat banyak dilihatin orang. Mereka pada bingung. Tapi yang penting saya sudah niat dan berusaha. Akhirnya sekitar sebulan mereka sudah mulai terbiasa dan menerima," tuturnya.

Kini Yuda menjalani hari-harinya dengan membantu mengurus masjid di Masjid Jami Al-Istiqomah Jalan Kusuma Wardani, Pleburan.

"Saya tinggal di sini sekarang, bantu-bantu bersih-bersih, adzan, memang harus adaptasi, Alhamdulilah di sini menerima saya," ungkapnya.

Selain itu, dia juga memperdalam ilmu agama dan menghafal Alquran yang dulu sudah 24 juz, menemui ulama-ulama dan mempelajari lagi ilmu dakwah.

Dari pertemuannya dengan ulama di Jawa Barat, Yuda diberi nama Sa'ad Al-Maliki yang diambil dari nama salah satu sahabat Rasullullah.

"Nama sahabat Rasulullah, Sa'ad. Tidak terkenal di bumi tapi terkenal di langit," katanya.

Yuda ingin hidupnya bermanfaat bagi banyak orang. Dia pun memiliki cita-cita berdakwah di wilayah pelosok negeri. "Habis Lebaran tahun ini saya keluar 4 bulan (berdakwah). Sekarang ini memperbaiki bacaan Alquran saya dulu, mengulang hafalan yang sudah 24 Juz," katanya.

Baca juga: Syarat dan Cara Daftar Beasiswa di Sinar Mas - 3 Jalur Beasiswa, Langsung Kerja di Sinarmas Group

Baca juga: Cara Nathalie Holscher Saat Layani Sule di Kamar Disorot, Ayah Rizky Kesakitan: Pelan-pelan Coba

Baca juga: Bocoran Boruto 54 - Isshiki Membunuh Kawaki? Apa yang Direncanakannya? Cakra Naruto Mulai Habis

Anak ketiga dari empat bersaudara ini juga berharap bisa bertemu dengan ibunya karena sejak kecil orangtuanya telah berpisah.

"Dari kecil tidak pernah ketemu ibu, saya ingin ketemu tapi Allah belum mempertemukan lagi. Dengar-dengar di Kalimantan, tapi saya menunggu Allah mempertemukan," ujarnya.

Yuda juga memiliki tujuan hidup membangun keluarga kecil, memperoleh pekerjaan dan membahagiakan orangtua.

Seorang takmir Masjid, Syarifudin merasa bangga dengan pilihan hidup yang ditempuh oleh Yuda.

Baca juga: Banjir Bandang di Kalsel 5 Orang Tewas, 6 Orang Hilang, 200 Rumah Rata dengan Tanah

Dia berharap Yuda bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi ke depannya.

"Kita sebagai takmir bangga dan ikut bahagia melihat Mas Yuda kembali menjadi orang yang baik. Semoga bisa terus dipegang dan segera dipertemukan dengan ibunya," ucapnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Pemuda Bersorban dengan Wajah Penuh Tato, Mimpinya Ingin Jadi Pendakwah dan Bertemu Sang Ibu"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved