Kisah Kopassus, Terkepung Dengan Penduduk yang Tak Suka Orang Asing, Sintong : Pelurumu Ada Berapa?

Peristiwa itu terjadi saat tim itu mendapat misi pencarian kelompok yang menembak seorang anggota Kopassus.

Editor: Muuhammad Ferry Fadly
ist
anggota Kopassus 

TRIBUNJAMBI.COM -Banyak yang tidak mengetahui pertempuran menegangkan Kopassus ini.

Kisah anggota Komando Pasukan Khusus yang pimpin Hendropriyono dikepung musuh, berakhir cukup tragis.

Peristiwa itu terjadi saat tim itu mendapat misi pencarian kelompok yang menembak seorang anggota Kopassus.

Baca juga: Kisah Kopassus Saat Jalanai Misi Rahasia Di Timor Timur, Tanpa Menggunakan Seragam dan Baret Merah

Baca juga: Kisah Anggota Kopassus, Membebaskan 347 Sandera di Papua Dalam Waktu 78 Menit

Baca juga: Kisah Lucu Saat Kopassus Menjalani Latihan, Gagal, Tidur Di kandang Sapi

Kala itu dilakukan operasi penumpasan pemberontak Pasukan Gerilya Rakyat Serawak (PGRS), Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku) yang berhaluan komunis.

Tim Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha, sekarang Kopassus) dipimpin AM Hendropriyono memburu pemberontak yang menembak mati anggota Kopassus.

Hendropriyono mendapat tugas dari Sintong Panjaitan yang kala itu merupakan komandannya.

Sintong Panjaitan saat itu merupakan Komandan Satgas 42/Kopassandha yang ditugaskan menggantikan Satgas 32/Kopassandha dan Kompi A Yonif 412 Kodam VII/Diponegoro

Kisah ini Tribunjambi.com nukil dari buku Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando karangan Hendro Subroto yang diterbitkan oleh penerbit Kompas.

Perjalanan misi

Dalam setiap briefing Sintong Panjaitan selalu menegaskan kalau militer membuat bivak jangan di dekat sumber air.

Beda dengan Pramuka yang membuat bivak selalu dekat dengan air karena memudahkan mereka untuk mandi, memasak, buang air dan keperluan lainnya.

Gerombolan komunis banyak melakukan gerakan menyusuri sungai kecil untuk menghilangkan jejak.

Penekanan Sintong itu ternyata tidak diindahkan oleh anak buahnya.

Mereka mendirikan bivak di dekat air.

Ketika gerombolan dikejar-kejar oleh Operasi Garu di hutan, mereka melarikan diri menyusuri sungai kecil.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved