Masjid Magat Sari, Masjid Tertua di Kota Jambi, Dibangun Sejak Masa Perjuangan Sultan Thaha
Masjid Magat Sari merupakan salah satu masjid tua yang terletak di Kota Jambi. Pembangunan masjid itu sebagai bukti perkembangan Islam di Jambi
Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Nani Rachmaini
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Masjid Magat Sari adalah satu di antara masjid bersejarah di Provinsi Jambi.
Masjid ini terletak di Jl Orang Kayo Hitam, Arab Melayu, Kecamatan Pasar Jambi, Kota Jambi, Jambi (36123).
Masjid Magat Sari merupakan salah satu masjid tua yang terletak di Kota Jambi. Pembangunan masjid itu sebagai bukti perkembangan Islam di Jambi pada masa lalu.
Adat bersendikan syarak, syarak bersendikan kitabullah.
Itu adalah ungkapan yang memperlihatkan betapa kuatnya pengaruh agama Islam dalam kehidupan masyarakat di kota Jambi.
Baca juga: Sinopsis Ikatan Cinta RCTI Episode 20, Tayang Malam Ini, Sabtu 7 Nov 2020 , Andien Tinggalkan Al?
Baca juga: Kabar Donald Trump Akan Tinggalkan AS Usai Kalah dari Joe Biden di Pilpres, 5 Negara Ini Tujuannya
Baca juga: Johnny Depp Berhenti Berperan Sebegai Grindelwald di Film Fantastic Beasts 3
Antara norma agama dan norma adat saling mengisi, baik dalam tata cara berpikir kata, perbuatan, maupun dalam tata hubungan sesamanya.
Satu di antara bukti kuatnya pengaruh Islam di Jambi adalah Masjid Raya Magat Sari.
Masjid itu terletak tak jauh dari keramaian pasar. Orang-orang dari berbagai penjuru singgah di sana untuk salat atau hanya beristirahat.

Masjid yang telah dibangun lebih dari satu setengah abad ini ternyata menjadi satu di antara masjid tertua di Kota Jambi.
Menurut informasi yang diperoleh dari pengurus Masjid Magat Sari, lokasi masjid ini merupakan tanah wakaf Syekh Hasan bin Ahmad Bafadhal.
Itu diperoleh secara turun-temurun sejak 1276 Hijriah atau sekitar tahun 1850-an Masehi, dari masa pemerintahan Kesultanan Jambi, Pangeran Mangkunegara.
Adapun pembangunan masjid ini dimulai sejak penghujung masa perjuangan Sultan Thaha melawan Belanda, yaitu sekitar 1906 Masehi.
Pembangunan masjid ini terus dilakukan. Dulu ukuran asalnya sekitar 30 x 30 meter.
Masyarakat dulu gotong royong membangun ini. Banyak yang mereka kasih, mulai dari tanah, harta benda, dan lain-lain.
Tokoh-tokoh masyarakat yang memprakarsai pembangunan masjid ini, antara lain, Syaid Abdurrahman bin Ahmad Bafadhal, H Ibrahim bin Hasan, dan H Bas Saleh.