Waspada Angin Kencang dan Hujan Lebat, Topan Goni Bergerak ke Laut China Selatan
Wilayah Indonesia patut diwaspadai karena topan Goni sudah berkembang menjadi siklon tropis kuat kategori lima
Waspada Angin Kencang dan Hujan Lebat, Topan Goni Bergerak ke Laut China Selatan
TRIBUNJAMBI.COM - Wilayah Indonesia patut diwaspadai karena topan Goni sudah berkembang menjadi siklon tropis kuat kategori lima dan bisa memunculkan gelombang tinggi perairan, hujan lebat dan angin kencang.
Topan Goni menghantam wilayah Filipina, akibatnya belasan orang tewas.
Setelah melewati Filipina topan Goni kini diprediksi bergerak menuju Laut China Selatan.
"Saat ini siklon tropis Goni yang telah berkembang menjadi siklon tropis kuat kategori lima diwaspadai karena bisa memicu gelombang tinggi perairan, hujan lebat, dan angin kencang di sejumlah daerah di Indonesia, selain dampak langsung berupa bencana banjir, longsor dan angin kencang di Filipina,"ujar Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika(BMKG), Herizal dalam pernyataan yang diterima Tribun, Senin(2/11/2020).
Baca juga: Marshanda Blak-blakan Soal Bipolar Disorder dan Video Viral 11 Tahun Lalu yg Sempat Bikin Heboh
Baca juga: Biksu Radikal Myanmar Buddhist bin Laden Menyerah, Sebar Kebencian tentang Islam etnis Rohingya
Baca juga: Vanessa Angel Stres Jelang Putisan, Sang Anak Menangis Seharian dan Rewel Jika Akan Sidang
Baca juga: BMKG: Waspada Hujan Lebat Disertai Angin Kencang di Pulau Jawa Besok Selasa, 3 November 2020
Herizal menjelaskan siklon tropis Goni terbentuk di Samudera Pasifik barat dan diprediksikan jalur lintasannya menuju Laut China Selatan hingga beberapa hari ke depan setelah melewati Filipina
Siklon tropis Goni merupakan siklon tropis ketiga yang berdampak signifikan bagi sejumlah negara-negara Asia Tenggara di sekitar Laut China Selatan setelah siklon tropis Saudel dan Molave.
Selama bulan Oktober 2020 lanjut Herizal telah terjadi tujuh siklon di Samudera Pasifik Barat dan Laut China Selatan (sementara rata rata klimatologis kejadian siklon tropis untuk Oktober adalah 3-4 kejadian), diantaranya: TC Chan-hom (2 Oktober), TS Linfa (9 Oktober), TS Nangka (11 Oktober), Depresi Tropis Ofel (13 Oktober), TC Saudel (16 Oktober), Depresi Tropis 20 W (19 Oktober), TC Molave (23 Oktober), TC Goni (27 Oktober), TS Atsani (28 Oktober).

"TC adalah tropical cyclone (siklon tropis) sedangkan TS adalah tropical storm (badai tropis). Keduanya adalah jenis badai tropis namun berbeda tingkatan, dimana jenis siklon tropis (TC) memiliki luasan pusaran dan kecepatan angin yang lebih kuat daripada jenis tropical storm (TS)," kata Herizal.
Sejumlah studi menyebutkan terdapat hubungan antara jumlah siklon tropis di Samudera Pasifik Barat dan Laut China Selatan dengan kejadian La Nina yang sedang berlangsung.
Baca juga: Bocah 6 Tahun Dibunuh Ibu Kandung, Pelaku Kepergok Berhubungan Badan di Ladang Dengan Selingkuhan
Baca juga: Oknum Petinggi Koramil Diduga Terlibat Pembunuhan Pendeta Yeremia di Papua, TNI Akan Tindak Tegas
Baca juga: Berawal dari Peretasan No HP, Ilham Bintang Gugat Indosat dan Commonwealth Bank Rp 2 Miliar
Herizal mengatakanWang et al (2007, Journal of Marine Systems 68(3)) menemukan bahwa pembentukan siklon (siklogenesis) memiliki peluang yang lebih besar menjelang musim dingin di belahan bumi utara setelah permulaan La Nina, sementara lebih banyak pembentukan siklon pada musim panas selama permulaan El Nino.
Chan (2000, _Journal of Climate_ 13(16)) juga menyebutkan, dalam tahun-tahun La Nina, Laut China Selatan cenderung memiliki lebih banyak terjadi siklon yropis pada bulan September dan Oktober, sementara wilayah Samudera Pasifik Barat lainnya, aktivitas siklon tropis cenderung berkurang di bulan Agustus hingga November.
Namun, dalam hal ini masih terdapat perbedaan pandangan di kalangan ilmuwan iklim dimana sebagian mereka menyatakan bahwa kondisi El Nino menyebabkan intensitas siklon tropis di wilayah ini lebih kuat dan memiliki durasi lebih lama (Chun Hsu, 2013; Camargo & Sobel, 2004).
Studi terbaru oleh Liu dan Chan (2017, _International Journal of Climatology_ 38(3)) mengungkapkan jika terjadi peristiwa La Nina dan keadaan suhu permukaan laut sekitar kolam hangat (warm pool) Indo-Pasifik mengindikasikan persistensi lebih dingin dari wilayah sekitarnya, kemungkinan terjadinya siklon tropis akan melebihi kondisi normalnya.
Baca juga: Kuota Terbatas, Buruan Daftar Kartu Prakerja Gelombang 11, Login www.prakerja.go.id
Baca juga: Wina Austria Diserang, Teroris Ngamuk dan Meledakkan Diri , 7 Orang Dilaporkan Tewas
Baca juga: Gara-gara Investasi Meleset Tak Sesuai Target, Luhut dan Bahlil Kena Tegur Jokowi
Perlu dipahami masyarakat bahwa La Nina bukanlah jenis badai tropis, bukan berupa pusat tekanan rendah dan pusaran angin yang menyebabkan curah hujan dan kecepatan angin ekstrem.
La Nina adalah kondisi penyimpangan (anomali) suhu permukaan laut Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur yang lebih dingin daripada kondisi normalnya dan diikuti oleh penguatan aliran angin pasat timur.
La Nina terjadi dalam skala waktu beberapa bulan hingga tahun dan mempengaruhi cuaca/iklim global berupa kondisi lebih basah/kering, lebih hangat/dingin, dan dinamika cuaca lainnya yang berbeda di tiap wilayah di dunia.

Sedangkan badai atau siklon tropis adalah fenomena ekstrem gangguan cuaca dalam skala ratusan kilometer yang memiliki dampak bersifat regional baik dampak langsung maupun tidak langsung, dan berlangsung dalam beberapa hari.
"Secara teoritis, badai atau siklon tropis umumnya hanya bisa berkembang dan menguat di wilayah tropis diluar 10 derajat lintang utara atau selatan. Hal ini dikarenakan secara fisis pembentukan siklon dapat terjadi bila memenuhi syarat anomali suhu muka laut yang lebih hangat dibanding wilayah sekitarnya (umumnya >28C ) dan adanya potensi pusaran yang besar karena pengaruh gaya korioli,"ujar Herizal.
Gaya korioli di wilayah Indonesia kata Herizal umumnya bernilai kecil karena dekat dengan garis ekuator, sehingga relatif lebih kecil peluang terjadinya siklon tropis di Indonesia.
Baca juga: Akhirnya, Jokowi Teken UU Cipta Kerja, Draft Diunggah di Situs Kemensetneg, Bisa Diakses Publik
Baca juga: Ramalan Shio Selasa (3/11) - Shio Tikus Ekspresikan Dirimu dengan Jujur, Shio Naga Penuh Gairah
Baca juga: Dinar Candy Tanya Alasan Nikita Mirzani Gelut dengan Denise Chariesta di TV, Direncanakan?
Karena itu masyarakat diimbau untuk tetap tenang terhadap berita-berita yang tidak benar terkait badai tropis yang dianggap sama dengan fenomena La Nina ini, namun diharapkan tetap waspada dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak La Nina yaitu dengan ancaman banjir, banjir bandang, dan longsor akibat curah hujan ekstrem.
Masyarakat bisa berpartisipasi dengan memperbaiki saluran air, meningkatkan kapasitas tampungan air dan memanen hujan, serta memangkas ranting pohon yang berlebih ataupun rapuh, berhati-hati dan memperhatikan tingkat kekuatan papan reklame dan jembatan penyebarangan, dan lebih perhatian terhadap perkembangan cuaca yang dinamis dan cepat.
Masyarakat diimbau agar terus menerus memperoleh informasi terkini dari BMKG.Layanan informasi tersebut dapat diakses melalui : https://bmkg.go.id/iklim/prakiraan-musim.bmkg atau langsung dapat menghubungi kantor BMKG terdekat. (Willy Widianto)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul BMKG: Topan Goni Bergerak ke Laut China Selatan, Indonesia Waspada Angin Kencang dan Hujan Lebat