Wawancara Eksklusif

Wawancara Eksklusif Bersama Ketua IDI Jambi Deri Mulyadi: 'Bicara Pandemi Tidak Mungkin One Man Show

Peran dokter selama pandemi Covid-19 menjadi satu di antara hal penting dalam penanganan Covid-19. Sembari merayakan Hari Ulang Tahun IDI

Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Nani Rachmaini
tribunjambi/aldino
dr Deri Mulyadi, Ketua IDI Provinsi Jambi 

Kita ngomongnya preventif, kuratif, rehabilitatif. Itu punya peran masing-masing.
Apakah mungkin satu orang menyelesaikan semua peran? Tidak mungkin. Itu peran harus kita bagi semua, dan itu harus ada tim yang kuat dan komunikasinya bagus.

Tribun: Sudah seberapa dilibatkankah IDI sebagai organisasi profesi yang diisi orang-orang profesional?

Dr Deri: Saya masih berpikir hanya sebatas SK doang, secara tertulis saja. Tapi dalam implikasinya, dalam pelaksanaannya tidak optimal.

Padahal kami sebenarnya kan, tidak ada interest. Tidak dilibatkan atau dilibatkan, tetap survive.
Sekarang pun kalau kami tidak dilibatkan, kami tetap berpikir bagaimana menyelamatkan kawan-kawan dan masyarakat.

Kami lakukan swab mandiri secara berkala, kami langsung ambil keputusan untuk berkolaborasi dengan Universitas Andalas untuk melakukan swab mandiri. Ini juga langkah sebagai ketua IDI dan program mitigasi dari pusat untuk menyelamatkan kawan-kawan. Malah kita mengajak untuk berkolaborasi dengan organisasi profesi yang lain, kayak perawat, bidan, agar sama-sama bisa terbantu.

Tribun: Peran apa yang ingin diambil IDI dalam penanganan kasus Covid-19, baik untuk pencegahan maupun penanganan pasien?

Dr Deri: Kita tidak usah banyak bicara. Bagi kami dari IDI, kami menyelamatkan kawan-kawan (tenaga medis) dulu yang di lini depan, baik di Puskesmas, di UGD, kalau mereka butuh untuk pemeriksaan swab mandiri. Dalam artian mereka seperti ada gejala, merasa terkontaminasi, mereka juga perlu untuk screening rutinitas, kami siap untuk sediakan.

Tribun: Tentang Swab mandiri untuk Nakes dan Dokter. Bagaimana kelanjutannya, dokter?

Dr Deri: Sebetulnya kita sudah melaksanakan sejak tiga bulan lalu, tapi khusus bagi daerah Jambi wilayah barat. Karena Jambi ini kan, yang wilayah barat seperti tertinggal. Yang di sini pun belum bagus dalam penanganan screeningnya, testnya, apa lagi kawan-kawan di wilayah barat.

Misalnya, ketika Sarolangun sudah meningkat, kita sudah kerja sama secara parsial dengan Universitas Andalas.

Saya masih berharap Pemda untuk lebih proaktif. Tapi di sisi lain, saya dituntut oleh kawan-kawan. Ya sudah, kita inisiasi atas nama IDI Wilayah Jambi bekerja sama dengan Universitas Andalas. Makanya, kemarin sudah dikirim PTM, kemarin sudah mulai. Di Muara Bungo sudah, Sarolangun sudah, mudah-mudahan dalam minggu ini kita bantu swab di Kota Jambi.

Tribun: Dari kelemahan dalam pencegahan dan penanganan selama ini, apa solusi yang bisa dilakukan bersama dalam penanganan Covid-19 di Jambi?

Dr Deri: Kita mulai dengan baik saja.

Kita bicara kemanusiaan sekarang ini. Jadi, kalau masih berbicara proyek ni, ini kami, itu sudah salah niat dari awal. Kita luruskan niat kita. Karena tidak ada manusia yang sempurna, termasuk IDI. Ini harus bersama-sama kita lakukan, dan kami siap bantu.

Tribun: Sudah berapa banyak dokter yang terpapar virus corona di Jambi hingga kini?

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved