Hasilkan Uang Saku dari Angkat Sampah, Pemuda di Lebak Bandung Ini Juga Bagi Upahnya ke Orang Tua

Muhammad Aldora Nasution, dan Rizky Farhan Syahputra dua di antara empat pemuda sekolah menengah tingkat atas yang mengangkat sampah

Penulis: Rara Khushshoh Azzahro | Editor: Rahimin
Istimewa
Aldo (kaos putih berlengan hitam) mengangkat sampah rumah tangga, milik warga Lebak Bandung, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi 

Laporan wartawan Tribun Jambi, Rara Khushshoh Azzahro

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Muhammad Aldora Nasution, dan Rizky Farhan Syahputra dua di antara empat pemuda sekolah menengah tingkat atas yang mengangkat sampah di RT 1, 2, dan 3 Kelurahan Lebak Bandung, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi.

Upah penarikan sampah digunakan untuk uang saku. Bahkan membagi upanya kepada orang tua.

Berawal dari program penarikan sampah dari RT dan pemuda setempat.

Kedua pemuda ini menjadi bagian dari penjemput sampah dari rumah ke rumah. Yang nantinya akan diantarkan ke Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS).

Baca juga: Ribut di Warung Tuak, Oknum Perwira Polisi di Merangin Todongkan Pistol ke Kening Hery

Baca juga: Berulangkali Bikin Warga NU Marah, PBNU Dukung Polri Tangkap Gus Nur

Baca juga: Keunggulan Masing-Masing Daerah Menjadi Dasar Penataan Wilayah Paslon Fachrori-Syafril

Rizky Farhan Syahputra, yang akrab disapa Babam ini mengaku mulai ikut jemput sampah dari kelas satu SMP. Saat ini Babam sudah kelas dua SMK.

Sedangkan Muhammad Aldora Nasution, yang akrab disapa Aldo, baru satu tahun ini ikut menjadi penjemput sampah.

Mereka menjemput sampah rumah tangga milik warga dari rumah ke rumah. Ada sebanyak tiga RT, sekira 100 rumah yang mereka kunjungi.

Setiap Senin, Rabu, dan Jum'at mereka mendatangi warga untuk mengambil sampahnya, dan diantar ke TPS.

Aldo (kaos putih berlengan hitam) mengangkat sampah rumah tangga, milik warga Lebak Bandung, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi
Aldo (kaos putih berlengan hitam) mengangkat sampah rumah tangga, milik warga Lebak Bandung, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi (Istimewa)

Setiap Sabtu malam, warga ditarik biaya pengantaran sampah dengan nominal 3 ribu rupiah satu pekannya.

"Uang hasil narik, setengahnya dikasih ke mamak. Misalkan dapat 40 atau 45 ribu rupiah, mamak dikasih 20 ribu rupiahan," ujar Aldo, saat ditemui Tribunjambi.com, Minggu (25/10/2020).

Tidak semua orang seusia mereka mau menjadi "tukang sampah". Namun mereka justru bangga.

"Uangnya halal, hasil kerja sendiri. Jadi buat apa gengsi, buat apa malu. Bapak kerja bangunan, mamak ngajar TK. Kadang uangnya aku bagi untuk orang tua juga" ujar Babam.

Baca juga: Protes Besar-besaran di Nigeria, Gudang Makanan Milik Pemerintah Dijarah Warga

Baca juga: Pengunjung Pantai Panik, Gempa Magnitudo 5,9 Guncang Pangandaran Minggu pagi

Baca juga: Bripka G, Oknum Polisi Polres Muarojambi Diamankan Sat Narkoba Polres Tanjabtimur Bawa 10 Paket sabu

Orangtua Aldo juga turut mendukung saat ia meminta izin menarik sampah.

"Mamak ngasih izin, dia bilang uangnya bisa buat aku kumpulin. Bapak sudah wafat, mamak jualan es, dagang kecil-kecilan," ujarnya.

Sedangkan Babam, sejak kelas satu SMP sudah mulai mencari uang saku sendiri. Sedangkan Aldo sejak ikut narik sampah ke rumah warga, ia jadi bisa memberi uang kepada ibunya.

Kendala sejauh ini yaitu untuk perawatan ban gerobak sampah juga jeruji ban gerobak.

"Syukurnya nggak pernah nombok sih. Uang buat perbaikannya selalu dari uang narik sampah," kata Babam.

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved