BRG Gunakan Data Indikasi Pembukaan Gambut untuk Peringatan Dini
Badan Restorasi Gambut (BRG) mengembangkan metode untuk mendeteksi dan memprediksi kemungkinan digunakannya pola pembakaran dalam persiapan lahan.
TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Badan Restorasi Gambut (BRG) mengembangkan metode untuk mendeteksi dan memprediksi kemungkinan digunakannya pola pembakaran dalam persiapan lahan.
Metode ini berupa analisis tingkat kerentanan lahan gambut terhadap kebakaran yang dilakukan dengan memantau kekeringan lahan, tinggi muka air, prediksi curah hujan serta indikasi pembukaan dan pengeringan gambut.
"Kita melihat bahwa sebagian besar munculnya api disebabkan oleh tindakan manusia. Karena itu, selain melalui pembasahan gambut, metode ini bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran gambut," kata Kepala BRG Nazir Foead dalam keterangan tertulisnya, Jumat (23/10).
Baca juga: Begini Cara Daftar Banpres UMKM Rp 2,4 Juta Bagi Yang Tidak Punya Rekening, Ini Persyaratannya
Baca juga: Chord Kunci Gitar Tak Tahan Lagi Melly Goeslaw feat Anto Hoed ( Ost Eiffel Im In Love)
Baca juga: Universitas Jambi Perkenalkan Mesin Sanggai di Kayu Aro, Puluhan Petani Antusias
Inovasi metode deteksi dengan menggunakan teknologi ini sejalan dengan pesan Presiden Joko Widodo dalam Dies Natalis Fahutan UGM (23/10) bahwa pemanfaatan teknologi digital perlu terus dikembangkan, termasuk dalam pengelolaan hutan. Diistilahkan oleh Bapak Presiden sebagai precision forestry.
Kajian BRG menggunakan metode ini menunjukkan bahwa 75% pembukaan lahan gambut yang terdeteksi akan diikuti dengan tindakan pembakaran. Hal ini berdasarkan data historis pembukaan gambut pada 2019, di Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah.
Jeda waktu sejak pembukaan lahan hingga kebakaran berkisar dari 2 hingga 6 minggu. Artinya, tambah Nazir, pemerintah maupun masyarakat memiliki 2-6 minggu melakukan upaya persuasif dan patroli, agar lahan tersebut tidak dibakar.
"Sehingga, tindakan pembersihan lahan melalui pembakaran bisa dihentikan. Tentunya pemerintah akan terus memberikan bantuan pembersihan lahan tanpa bakar kepada petani setempat," jelasnya.
Melalui metode ini, BRG setidaknya sudah menyampaikan informasi indikasi pembukaan gambut sebagai upaya pencegahan sebanyak 3 (tiga) kali sejak awal tahun ini kepada aparat berwenang.
"Kita sudah laporkan indikasi itu kepada Pemerintah Daerah, Satgas Gabungan dan BKSDA pada Februari, Juni dan Oktober 2020," ungkapnya. "Apresiasi kepada pihak berwenang, umumnya tindakan pembukaan lahan tersebut dapat cepat tertangani, dan tidak meluas."
Nazir berharap upaya analisis pembukaan gambut dapat memperkaya parameter sistem peringatan dini dan meningkatkan akurasi indikasi akan terjadinya kebakaran gambut.
Baca juga: Kemarin Paha Mulus, Rahayu Saraswati Diserang dengan Foto Pamer Pusar, Tsamara Amany Geram
Baca juga: CE Sampaikan Sosialisasi, Fachrori Diskusi, Al Haris Niatkan Tiga Hal
Baca juga: Kisah Dokter Della Mengawal Pengobatan Pasien Covid-19; Momen Sulit akan Dibarengi Kebahagiaan
BRG juga berharap metode ini akan menjadi acuan bagi pemerintah daerah dan pihak terkait melakukan upaya pengecekan lapangan.
"Dengan adanya sinergi yang kuat, pencegahan kebakaran gambut dapat menjadi lebih sistematis, cepat dan efektif," jelasnya.
Metode ini merupakan bagian dari komitmen BRG untuk menyediakan sistem informasi tepat guna sebagai salah satu kontribusi terhadap solusi permanen pencegahan kebakaran gambut.
"Kebijakan perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut sejak ditetapkan oleh Presiden melalui PP, Perpres dan Inpres serta Peraturan Menteri akan terus secara konsisten dijalankan," pungkasnya.
-selesai-