Mantan Danjen Kopassus 8 Jam Diperika Polisi, Soal Senpi dan Demo Tolak UU Cipta Kerja Yang rusuh
Polisi telah melakukan pemeriksaan pada Mantan Danjen Kopassus Mayor Jenderal TNI (Purn) Soenarko.
TRIBUNJAMBI.COM - Polisi telah melakukan pemeriksaan pada Mantan Danjen Kopassus Mayor Jenderal TNI (Purn) Soenarko.
Soenarko diperiksa dalam statusnya sebagai tersangka dalam kasus kepemilikan senjata api ilegal di Bareskrim Polri, Jakarta pada Selasa (20/10/2020).
Diketahui, pemeriksaan dimulai sejak 10.00 WIB hingga selesai pada pukul 18.30 WIB. Total, Soenarko menjalani pemeriksaan lebih dari 8 jam.
"Pertanyaan yang diberikan oleh penyidik sebanyak 28 pertanyaan. Beliau juga bersifat kooperatif saat menjalani pemeriksaan. ," kata Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Awi Setiyono melalui pesan singkat, Selasa (20/10/2020).
Baca juga: Gara-gara Anak Curi Motor, Bapak Tewas Digebuki Warga, Tangan Diikat dan Diseret di Kebun Tebu
Baca juga: 6 Paslon Cakada Ini Direkomendasikan Bawaslu Untuk Didiskualifikasi dari Peserta Pilkada 2020
Baca juga: MUI Usulkan Jabatan Presiden Jadi 7 atau 8 Tahun, Ini Jawaban Sekjen Anwar Abbas
Sementara kuasa hukum Soenarko, Ferry Firman menyebut pemeriksaan itu merupakan lanjutan terkait kasus yang terjadi pada 2019 lalu.
Menurutnya, ada sejumlah Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang dikonfirmasi kembali kepada kliennya.
"Tadi itu pemeriksaan lanjutan dan perkara tahun lalu jadi ada beberapa hal yang memang yang ada kaitannya dengan seseorang yang ada di Aceh yang membawa senjata ke Jakarta. Dari berita acara itu dikonfirmasi kepada Pak Soenarko, apakah benar ini. Apakah benar itu. Apa yang mau diluruskan kita luruskan," kata Ferry di Bareskrim Polri, Jakarta, Selasa (20/10/2020).

Dia mengatakan salah satu yang dikonfirmasi adalah penyebutan jenis senjata api ilegal yang sempat dimiliki Soenarko.
Selain itu, penyidik Bareskrim Polri juga mengklarifikasi terkait peran dalam kasus tersebut.
"Misalkan penyebutan jenis senjata kita luruskan. Jenisnya apa. Saya nggak bisa jelaskan secara detail nanti apabila memang perkara ini dilanjutkan baru kami akan bukan persoalan itu. Misalkan jenis senjata A, oh bukan A tapi B. Termasuk soal peran kita klarifikasi semua," jelasnya.
Baca juga: Indonesia Dapat Pinjaman dari Jepang Rp 6,95 Triliun, Hasil Pertemuan Jokowi dan PM Jepang
Baca juga: 4 Video Rusuh Demonstrasi di Jambi Tadi Malam, Bakar Motor s/d Diuber-uber Polisi di Kampus
Baca juga: Jadwal Liga Champions Malam Ini Live SCTV Real Madrid vs Shakhtar dan Salzburg vs Lok Moskow
Usai pemeriksaan itu, Ferry meyakini bahwa kliennya tidak bersalah dalam kasus tersebut.
Sebaliknya, ia menyimpulkan kasus tersebut hanya sebuah fitnah dan rekayasa untuk menyudutkan kliennya.
"Patut diduga tanpa bermaksud kita mendahului fakta hukum, tapi dari fakta-fakta yang debatkan selama satu tahun terakhir ini bahwa peristiwa hukum yang diarahkan kepada Pak Soenarko itu adalah sebenarnya fitnah dan rekayasa yang dibuat oleh oknum oknum tertentu untuk menyudutkan pak Soenarko," pungkasnya.
Fery menambahkan kliennya juga sempat diberi pertanyaan terkait di luar kasus yang dipersangkakannya. Pertanyaan itu terkait soal demo yang berakhir ricuh saat penolakan disahkannya Undang-undang Cipta Kerja.