Tragedi G30S PKI

Begini Nasib Keluarga DN Aidit Ketua PKI, Mulai Ayah, Adik, Istri & Anaknya Usai Peristiwa G30S PKI

Begini Nasib Keluarga DN Aidit Ketua PKI, Mulai Ayah, Adik, Istri & Anaknya Usai Peristiwa G30S PKI

Editor: Andreas Eko Prasetyo
DOK. KOMPAS
DN Aidit (kanan) berbincang dengan Presiden Soekarno. 

TRIBUNJAMBI.COM - Bila berbicara tragedi seram atau sejarah kelam Indonesia 55 tahun lalu yang dikenal G30S PKI, pastinya teringat pula sosok Nama Dipa Nusantara (DN) Aidit.

Pada tahun itu DN Aidit terpilih menjadi anggota Central Comitee (CC) PKI pada Kongres PKI.

Perjalanan DN Aidit sebagai pemimpin tak terlepas dari pengalaman pendidikan yang melatarbelakanginya.

Dilansir dari Wikipedia, pria kelahiran Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, 30 Juni 1923.

DN Aidit merantau ke Jakarta dan meninggalkan tanah kelahirannya pada tahun 1940.

Pada masa kecilnya, Aidit mendapatkan pendidikan Belanda.

Ayahnya, Abdullah Aidit, ikut serta memimpin gerakan pemuda di Belitung dalam melawan kekuasaan kolonial Belanda, dan setelah merdeka sempat menjadi anggota DPRS mewakili rakyat Belitung.

Abdullah Aidit juga pernah mendirikan sebuah perkumpulan keagamaan, "Nurul Islam", yang berorientasi kepada Muhammadiyah.

Keluarga Aidit berasal-usul dari Maninjau, Agam, Sumatra Barat.

Di Jakarta DN Aidit mendirikan perpustakaan "Antara" di daerah Tanah Tinggi, Senen, Jakarta Pusat.

DN Aidit masuk ke Sekolah Dagang ("Handelsschool").

Mengantuk Usai Makan? Ternyata Hal Ini Normal, Simak Penjelasannya

Dikabarkan Akan Segera Menikah dengan Nathalie Holscher , Ini Jawaban Dari Ayah Rizky Febian

Ramalan Zodiak Tentang Cinta, Gemini Akan Ada Perbedaan Pendapat Dengan Pasangan

Dia belajar teori politik Marxis melalui Perhimpunan Demokratik Sosial Hindia Belanda (yang belakangan berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia).

Dalam aktivitas politiknya itu juga DN Aidit berkenalan dengan orang-orang yang kelak memainkan peranan penting dalam politik Indonesia. Seperti Adam Malik, Chaerul Saleh, Bung Karno, Bung Hatta, dan Mohammad Yamin.

Menurut sejumlah temannya, Hatta mulanya menaruh banyak harapan dan kepercayaan kepadanya, dan Achmad menjadi anak didik kesayangan Hatta. Namun belakangan mereka berseberangan jalan dari segi ideologi politik.

Meskipun ia seorang Marxis dan anggota Komunis Internasional (Komintern).

Aidit menunjukkan dukungan terhadap paham Marhaenisme Sukarno dan membiarkan partainya berkembang tanpa menunjukkan keinginan untuk merebut kekuasaan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved