Berita Nasional
Gatot Nurmantyo Tolak Brevet Kehormatan Kopassus dengan Mudah, Ikuti Ujian Neraka Demi Sang Ibu
Gatot Nurmantyo Tolak Brevet Kehormatan Kopassus dengan Mudah, Ikuti Ujian Neraka Demi Sang Ibu
Penulis: Andreas Eko Prasetyo | Editor: Andreas Eko Prasetyo
Setelah itu ia pindah Cilacap sampai kelas 2 SMP. Lalu ia pindah ke Solo hingga tamat SMA.
Sebenarnya Gatot ingin menjadi arsitek. Makanya ia mendaftar ke Universitas Gadjah Mada (UGM).
• Begini Cara Dapat Bibit Gratis dari Hutan Pinus Kota Jambi
• Buntut Diagnosis Keliru Bayi Usia 24 Minggu, Rumah Sakit Rimbo Medika Dilaporkan ke Polda Jambi
• Nasib Malang Fitri, Tewas Digorok Suami Siri di Pinggir Jalan
Tapi mengetahui anaknya mau masuk UGM, ibundanya berpesan: “Ayahmu hanya seorang pensiunan. Kalau kamu masuk UGM, maka adik-adikmu bisa tidak sekolah.”
Mendengar hal tersebut, Gatot berubah haluan. Diam-diam dia berangkat ke Semarang, mendaftar Akabri melalui Kodam Diponegoro.
Sekembalinya dari Semarang, ia memberitahu ibunya bahwa ia sudah mendaftar ke Akabri. Ibunya langsung mengizinkan dengan pesan, “Jika kamu menjadi tentara, kamu harus menjadi anggota RPKAD.”
Menurut Gatot, ibunya terobsesi anaknya menjadi anggota RPKAD karena rumah orang tua ibunya dekat dengan markas RPKAD di Cilacap.
Setelah lulus Akabri 1982, Gatot berusaha masuk menjadi anggota Kopassus (nama baru RPKAD). Tapi dalam usaha pertama ia tidak diterima.

Pada kesempatan berikutnya, setelah berpangkat Kapten, saat bertugas di Pusat Latihan Tempur di Baturaja, Sumsel, ia kembali mendaftar masuk Kopassus. Kembali tidak diterima.
Sebenarnya kesempatan tersebut sudah habis. Tapi Gatot tidak pernah menyerah, ia terus berdoa kepada Allah SWT agar suatu hari bisa diterima menjadi prajurit Kopassus.
Kesempatan itu akhirnya datang di Usia 55 tahun.
Kesempatan itu akhirnya datang setelah ia menjabat KSAD (25 Juli 2014–15 Juli 2015).
Tak lama setelah pelantikan, Gatot memanggil Danjen Kopassus Mayjen TNI Agus Sutomo dan menyampaikan maksudnya ingin mendaftar pendidikan Kopassus.
Tapi Agus Sutomo menyampaikan, “Tidak usah ikut pendidikan Pak, nanti Bapak saya kasih brevet kehormatan saja”.
Tapi Gatot menolak. Ia bersikukuh mau mendapat baret merah melalui jalur normal. Maka masuklah Gatot menjadi siswa Kopassus.
Ia mengikuti semua prosedur normal, mulai dari pendaftaran, ujian, hingga penyematan brevet komando dan baret di pantai Cilacap. Untuk itu, ia harus melalui ujian yang keras, antara lain senam jam 2 pagi, lalu direndam di kolam suci Kopassus di Batujajar. Kemudian longmarch, hingga berenang militer selama lebih 2 jam dari pantai Cilacap ke pulau Nusakambangan.