Sudah Bayar Listrik Tapi Diputus PLN, Rumah Petani di Limun Nyaris Terbakar Karena Pakai Lilin

Yusuf (50) seorang petani, di Dusun Kait-kait, Desa Monti, Kecamatan Limun, sudah seminggu tak bisa menikmati listrik setelah diputus oleh PLN.

Penulis: Wahyu Herliyanto | Editor: Teguh Suprayitno
Istimewa
Yusuf memperlihatkan bukti pembayaran PLN selama tiga bulan terakhir. 

Sudah Bayar Listrik Tapi Diputus PLN, Yusuf Pakai Lilin hingga Rumahnya Hampir Terbakar

TRIBUNJAMBI.COM, SAROLANGUN - Yusuf (50) seorang petani, di Dusun Kait-kait, Desa Monti, Kecamatan Limun, sudah seminggu tak bisa menikmati listrik setelah diputus oleh PLN.

Pasalnya, tagihan listrik di rumahnya dengan nama pelanggan Kaisar itu dituding PLN telah menunggak selama tiga bulan terhitung sejak Juli, Agustus dan September tahun 2020.

Padahal, kata Yusuf, dirinya selalu melakukan pembayaran rekening listrik dengan agen pembayaran tak jauh dari rumahnya.

Yusuf mengaku dengan kondisi itu ia terpaksa menggunakan lilin untuk penerangan ketika malam hari.

Ironisnya, Ia mengaku rumahnya nyaris terbakar karena api lilin merembet ke tikar.

"Kita pakai lilin sudah seminggu, hampir terbakar kemarin, sudah dimakan lapik di rumah tu, buktinya ado di rumah," katanya, Jumat (25/09).

Ia menyebutkan bahwa tagihan listrik di rumahnya tidak ada pernah menunggak, ia buktikan dengan memperlihatkan bukti pembayaran selama tiga bulan terakhir.

Empat Desa Penawar Kerinci Bentuk BUMDes, Ojek Wisata Bukit Tiung Penawar Akan Jadi Andalan

Kampanye di Kota Jambi Akan Dibubarkan Jika Langgar Protokol Kesehatan, Maulana: Tidak Ada Ampun

Polsek Jaluko Selidiki Kasus Pembegalan di Desa Sembubuk, Motor dan Handphone RF Dirampas

Pada bulan Juli, tagihan yang dibayarnya sebesar Rp 98.929, pada bulan Agustus Rp 93.929 dan pada bulan September sebesar Rp 83.929. Ia mengaku membayar tagihan listrik tersebut di tempat pembayaran listrik di wilayahnya bernama Hapis.

"Aku bayar, dak pernah aku nunggak. Pokoknya aku dak do makan, harus aku bayar. Cak mano akal aku nyari sen (uang). Biar aku bejauhan dengan orang, aku bayar. Dak pernah menunggak. Sekarang diputusin sudah Seminggu. Bayarnyo dengan Hapis, untuk pembayaran kami," katanya.

Mirisnya lagi, katanya untuk memasang kembali aliran listrik ke rumahnya, ia mengaku diminta uang sebesar Rp 1 juta.

Hal itu lah yang membuatnya merasa keberatan karena tak memiliki uang sebanyak itu. Ia mengaku hanya seorang petani kebun.

"Nak masang lagi mereka minta sen sejuta untuk masang kabal, mano aku nak ado sen. Sekarang sudah diputus, di tetaknyo kabal tu. Diputusi saat aku lagi dak do di rumah, bolong ke kebun. istriku masak di tempat orang ninggal," katanya.

Ia berharap pihak PLN untuk menyambung kembali kabel listrik yang telah diputus tersebut karena memang jelas dirinya tidak pernah menunggak dalam pembayaran rekening listrik tersebut

"Ambo (saya) nak ke Sarolangun, nak ke PLN minta sambung lagi," katanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved