Tragedi G30S PKI

Mertua SBY Malah Dilempar Soeharto ke Negara Komunis, Padahal Sosok Penting yang Basmi PKI di NKRI

Mertua SBY adalah ayahanda dari Ani Yudhoyono yang dikenal cukup berpengaruh di dalam kekuatan Militer Indonesia di masa itu.

Penulis: Andreas Eko Prasetyo | Editor: Andreas Eko Prasetyo
istimiwa handout Tribunjambi/wikipedia
Sarwo Edhi Wibowo 

Tidak berapa lama, datang kabar lagi dari Jakarta. Sarwo Edhie tidak jadi diberangkatkan ke Rusia, tapi dialihkan ke Irian Barat menjadi Pangdam XVII/Cenderawasih (1968-1970).

Saat itu, di Irian Barat tengah terjadi pertempuran yang mengiringi Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) pada 1969.

“Sebetulnya dibandingkan tugas di Moskow, tugas di Irian lebih mencuatkan risiko yang besar akan keselamatan. Jelas, tugasnya pun jauh lebih berat. Namun, Papi terlihat sangat bersemangat, berbanding terbalik dengan saat dia mendengar akan dikirim ke Moskow,” kata Ani.

Menurut Jusuf Wanandi, mantan aktivis KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) yang anti-PKI, Sarwo Edhie dan Soeharto memang tidak pernah dekat.

Sarwo Edhie dekat dengan Ahmad Yani dan menganggapnya sebagai kakak.

Letjen TNI Soeharto didampingi Kolonel Sarwo Edhie Wibowo, komandan RPKAD, pada peringatan HUT ke-14 RPKAD di Parkir Timur Senayan, Jakarta. Kisah Sarwo Edhi yang Basmi G30S, Kecewa sama Soeharto: Kalau Mau Bunuh Aku, Bunuh Saja, Apa Salahku.
Letjen TNI Soeharto didampingi Kolonel Sarwo Edhie Wibowo, komandan RPKAD, pada peringatan HUT ke-14 RPKAD di Parkir Timur Senayan, Jakarta. Kisah Sarwo Edhi yang Basmi G30S, Kecewa sama Soeharto: Kalau Mau Bunuh Aku, Bunuh Saja, Apa Salahku. (FOTO: HISTORIA.ID/repro)

Ketika Sarwo Edhie memimpin pasukan RPKAD ke Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk menumpas PKI, ini lebih merupakan balas dendam pribadi.

Sarwo Edhie dekat dengan Yani karena sama-sama berasal dari Purworejo. Dan Yani yang mengangkat Sarwo Edhie menjadi komandan RPKAD (1964-1967).

“Pada pagi 3 Oktober 1965, Soeharto dipanggil ke Bogor... Soeharto berangkat ke Bogor pagi itu dan melihat Sarwo Edhie yang baru saja keluar dari pertemuan dengan presiden. Dia tidak pernah percaya kepada Sarwo Edhie sejak itu,” kata Jusuf dalam Menyibak Tabir Orde Baru: Memoar Politik Indonesia 1995-1998.

Menurut Christianto Wibisono dalam Jangan Pernah Jadi Malaikat: Dari Dwifungsi Penguasaha, Intrik Politik, sampai Rekening Gendut, di antara generasi jenderal yang menonjol, memang tidak ada yang dijadikan wakil presiden oleh Soeharto.

Semua yang berpotensi disingkirkan, termasuk Sarwo Edhie, yang hanya berputar dari Pangdam Bukit Barisan, Pangdam Papua, gubernur Akademi Militer, duta besar di Korea Selatan, inspektur jenderal Departemen Luar Negeri, kepala BP7, dan terakhir mengundurkan diri dari DPR sampai akhir hayatnya pada 9 November 1989.

Densus 88 Anti Teror Mabes Polri Datangi Rumah Pelaku Penusukan Syekh Ali Jaber

Selain Polisi, Satu Orang Pasien Positif Covid-19 Merupakan Pegawai Kantor Pajak di Tanjabbar

Apa Itu Nomophobia, Simak Dampak dan Cara Mengatasinya

(tribunjambi.com/Eko Prasetyo)

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved