Tragedi G30S PKI

Mertua SBY Malah Dilempar Soeharto ke Negara Komunis, Padahal Sosok Penting yang Basmi PKI di NKRI

Mertua SBY adalah ayahanda dari Ani Yudhoyono yang dikenal cukup berpengaruh di dalam kekuatan Militer Indonesia di masa itu.

Penulis: Andreas Eko Prasetyo | Editor: Andreas Eko Prasetyo
istimiwa handout Tribunjambi/wikipedia
Sarwo Edhi Wibowo 

“Bagaimanapun, dia selama ini dikenal sebagai penumpas komunis. Lalu kemudian dia diceburkan ke negara berfaham komunis. Bagi Papi ini seperti meledek dirinya,” kata Ani Yudhoyono dalam biografinya, Kepak Sayap Putri Prajurit karya Alberthiene Endah.

Terlebih, Sarwo Edhie merasa tak ada yang salah dengan tugasnya di Medan.

Enam bulan adalah waktu yang pendek bagi seorang Pangdam untuk membuktikan prestasi kerjanya.

Kalaupun ada, tentu masih sebatas pembenahan awal semata.

“Papi merasa niat baik dan semangatnya diputus sepihak,” kata Ani.

Mengutip Historis, sehabis mengungkapkan kesedihannya, Sarwo Edhie mengatakan bahwa keluarga harus ikhlas ikut ke Rusia.

“Anak-anak prajurit harus siap menghadapi situasi baru, apa pun juga,” kata Sarwo Edhie yang kemudian menyarankan agar mulai belajar menari.

“Sebagai anak-anak calon duta besar, Papi ingin kami memiliki kebolehan menari yang cukup banyak. Bukan hanya tari Jawa, tapi juga tari Melayu,” kata Ani.

Namun, Ani dan saudara-saudaranya tidak bersemangat latihan menari karena terbawa suasana kesedihan ayahnya.

Sering Disebut Belum Nikah, Seorang Kakek Berusia 63 tahun Tusuk Pedagang Asongan

Youtuber Cantik Vanesa Sevila Ternyata Punya Cita-cita Menjadi Astronot

Pangkat Satpam Beda dengan Polisi & TNI, Ini Penampakannya dan Tertinggi dengan Bentuk Ini di Pundak

Ani kemudian memergoki ayahnya menjadi banyak melamun di depan rumah.

Pandangannya kosong dan menerawang. Rumah berubah menjadi senyap.

Suatu kali, Ani mendengar ayahnya berkata kepada ibunya, “kalau aku memang mau dibunuh, bunuh saja. Tapi jangan bunuh aku dengan cara seperti ini. Apa salahku sampai aku harus dihentikan begini rupa?”

“Papi amat terpukul dengan keputusan pemerintah menempatkan dirinya di Rusia, selagi karier militernya sedang begitu cemerlang,” kata Ani.

Sarwo Edhie kemudian menghubungi teman-temannya di Jakarta. Dia mempertanyakan apakah tugasnya ke Rusia murni sebagai “takdir tugas” atau karena ada hal lain.

“Aku melihat-lihat lagi koran-koran yang pernah memuat berita tentang Papi, Sarwo Edhie Wibowo yang berprestasi menumpas PKI, dengan foto Papi mengenakan seragam RPKAD kebanggaannya. Aku bisa merasakan betapa hati Papi dibuat luruh ketika dia harus melepaskan seragam militernya dan menjadi seorang duta besar,” kata Ani.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved