Jelang Peralihan Musim, Waspadai Bencana Hidrologi, Walhi Jambi Sebut Tiga Faktor Penyebab Ini

Direktur Eksekutif Walhi Jambi, Rudiansyah mengemukakan, sedikitnya tiga faktor yang menyebabkan potensi bencana hidrologi ini terjadi.

tribunjambi/mahreza
Direktur Eksekutif Walhi Jambi, Rudiansyah (baju hitam) 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Jelang peralihan musim pada 2020 ini, Walhi Jambi mewanti-wanti potensi bencana hidrologi di Jambi.

Direktur Eksekutif Walhi Jambi, Rudiansyah mengemukakan, sedikitnya tiga faktor yang menyebabkan potensi bencana hidrologi ini terjadi.

Mulai dari pembangunan yang tidak memperhatikan tata ruang, alih fungsi lahan di sekitar sungai dan hutan, hingga kebiasaan masyarakat yang tidak menjaga lingkungan.

Jambi Juara 2 Lomba Bertutur Tingkat Nasional yang Diadakan Perpustakaan Nasional

Disperindag Provinsi Jambi Beri Ruang Penukaran Tabung Gas 3 Kg Jadi 5,5 Kg Untuk Masyarakat Mampu

Polres Muaro Jambi Melakukan Operasi Yutisi dan Sosialisasi Penggunaan Masker

"Akibatnya, bisa berpotensi banjir dan longsor," timpalnya, ketika ditemui di Kantor Walhi Jambi, Selasa (15/9/2020).

Wilayah yang berpotensi banjir, kata dia, didominasi di kawasan padat di Kota Jambi dan kawasan penyanggah di Jambi Luar Kota (Jaluko), Muarojambi.

Hal itu dikarenakan, wilayah hulu sungai yang sudah banyak beralih fungsi sehingga, jika intensitas hujan tinggi, daerah resapan air tidak lagi berfungsi maksimal.

Hal ini diperparah dengan pembangunan yang tidak memperhatikan tata ruang dan kebiasaan masyarakat yang tidak menjaga lingkungan, seperti membuang sampah sembarangan.

Meski begitu, potensi banjir juga bisa terjadi di wilayah hulu, seperti di Merangin, Bungo, Tebo, hingga Sarolangun.

Alih fungsi hutan dan sungai juga menjadi penyebab banjir bisa terjadi.

Apa lagi, ulas dia, sebagian wilayah hutan dan sungai di sana sudah disisipi penambangan emas tanpa izin (PETI) dan aktivitas ilegal lainnya.

"Aktivitas ilegal dan alih fungsi lahan ini yang kemudian mengurangi fungsi resapan. Jadi tidak heran, jika banjir juga bisa terjadi di wilayah hulu. Apa lagi pola masyarakat untuk menjaga lingkungan belum mendarah daging," jelas dia.

Saat ini, berdasarkan info dari BMKG yang diterima Walhi Jambi, ada potensi terjadinya musim pancaroba yang mengakibatkan pergantian cuaca yang ekstrem.

Selain berpotensi pada bencana hidrologi, pergantian cuaca ekstrem ini juga berdampak pada pertanian masyarakat.

Upaya mewaspadai bencan hidrologi ini penting dilakukan.

Untuk itu, menurutnya, penting peran pemerintah untuk mengevaluasi pembangunan yang ada.

Selain itu, industri semestinya membuat ruang terbuka hijau (RTH) sebagai upaya untuk mengantisipasi terjadinya bencana hidrologi.

Lebih lanjut, pemerintah juga semestinya membangun infrastruktur yang bertujuan sebagai drainase untuk mengantisipasi bencana hidrologi. Dapat berupa selokan, embung, atau pembersihan di sungai-sungai.

"Drainase itu perlu, baik yang primer mau pun sekunder, untuk mengantisipasi terjadinya bencana hidrologi ini," pungkasnya.

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved