Misteri Kematian Munir, Pilih Naik Garuda ke Belanda, Diracun hingga Pilot Jadi Tersangka, Motifnya?

Meninggalnya pejuang Hak Asasi Manusia ( HAM), Munir Said Thalib, telah memasuki periode ke-16 tepat pada Senin (7/9/2020). Munir dinyatakan meninggal

Editor: Suci Rahayu PK
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Anggota Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan mengikuti aksi Kamisan ke-505 di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (7/9/2017) 

"Dia bilang lebih aman untuk menggunakan pesawat Garuda," ujar eks sekretaris Munir, Nunung, dalam film tersebut.

Tetapi demikian, tak ada yang menyangka, bahwa idealisme dan rasa aman itu justru mengantarkannya ke pusara.

Mulai 1 September, Iuran BPJS Ketenagakerjaan Diberi Kelonggaran, Ini Syarat-syaratnya

Staf Khusus Temukan Staf Ahli Direktur BUMN Bergaji Rp 100 Juta, Erick Thohir Ambil Tindakan Ini

Munir diracun dan dinyatakan meninggal beberapa jam menjelang pesawat tiba di Amsterdam.

Idealismenya dalam memilih pesawat Garuda pun menjadi ironi di penghujung hidupnya.

Hasil autopsi terhadap jenazah Munir menunjukkan ada jejak-jejak senyawa arsenik di dalam tubuhnya.

Sejumlah dugaan menyebut, bahwa Munir diracun dalam perjalanan Jakarta-Singapura, atau bahkan saat berada di Singapura.

Pemberitaan Harian Kompas 8 September 2004 menyebutkan, Munir meninggal dalam penerbangan Garuda Indonesia GA-974 dari Jakarta ke Amsterdam melalui Singapura, atau sekitar dua jam sebelum pesawat mendarat di Bandara Schipol, Amsterdam, Belanda, pukul 08.10 waktu setempat.

Pesawat GA-974 berangkat dari Jakarta, Senin 6 September 2004 pukul 21.55, lalu tiba di Singapura hari Selasa pukul 00.40 waktu setempat.

Setelah itu, pesawat melanjutkan perjalanan ke Amsterdam pukul 01.50.

Munir Said Thalib
Munir Said Thalib ()

Namun, tiga jam setelah pesawat lepas landas dari Bandara Changi, seorang pramugara senior bernama Najib melapor kepada pilot Pantun Matondang bahwa Munir yang saat itu duduk di kursi nomor 40G sakit.

Ada seorang dokter yang duduk di kursi nomor 1J yang ikut dalam perjalanan tersebut kemudian menolongnya.

Akan tetapi, nyawa Munir tak bisa ditolong ketika dua jam menjelang pesawat akan mendarat di Bandara Schipol, Amsterdam.

Pada 12 November 2004, kepolisian Belanda mengumumkan hasil autopsi yang menemukan adanya arsenik di tubuh Munir.

Temuan ini kemudian diumumkan Kepolisian RI di Jakarta.

Kapolri saat itu, Jenderal Pol Da'i Bachtiar menyebutkan ada dugaan pembunuhan terhadap Cak Munir dengan cara diracun.

Kandungan racun arsenik ditemukan di air seni, darah dan jantung yang melebihi kandungan normal.

Dalam kasus ini, pengadilan telah menjatuhkan vonis 14 tahun penjara terhadap Pollycarpus Budihari Priyanto, pilot Garuda, sebagai pelaku pembunuhan Munir.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ironi Munir Pilih Garuda Menuju Belanda...",

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved