Kisah Militer RI
KALA Kopassus Nyamar Jadi Mahasiswa saat Jalani Misi di TimTim, Dijuluki The Blue Jeans Soldiers
KALA Kopassus Nyamar Jadi Mahasiswa saat Jalani Misi di TimTim, Dijuluki The Blue Jeans Soldiers
Penerbang militer yang menerbangkan pesawat sipil dengan registrasi PK seperti Pelita Air Service atau Dirgantara Air Service, biasanya mengenakan baju putih dan celana biru tua seperti lazimnya awak pesawat komersial.
Tetapi di samping kursi penerbang dan mekanik terdapat senapan serbu G-3 atau AK-47.
Satu diantara tim Kopassanda yang dikirim yakni tim Nanggala 2 dari Grup 2 Sandi Yudha.
• Begini Perbandingan Militer China Vs India Jika Benar-benar Terjadi Perang, Jauh Berbeda?
• Efek Mengerikannya Pisau Kopassus, Ini yang Terjadi Bila Bilah Tajam Pisaunya Menyentuh Daging
• Sedang Main Petak Umpet, Seorang Gadis Tiba-tiba Menghilang Secara Misterius
Sepanjang penugasan di Timor Timur tim ini dikenal juga sebagai The Blue Jeans Soldiers.
Alasan kenapa mereka dijuluki seperti itu tak lain dan tak bukan disebabkan oleh pakaian yang dikenakan prajurit Komando ini semua dari bahan blue jins.
Tak satupun anggota Tim ini menggunakan atribut pasukan Baret Merah.
Selama di medan perang mereka menggunakan pakaian sipil dengan seledang kain Timor menutupi tubuhnya.
Kebanyakan dari prajurit itu juga mengenakan Topi yang memiliki kekhasan Timor.
Para personel intelijen yang akan bertugas secara sangat rahasia itu dipimpin oleh Kolonel Inf Dading Kalbuadi yang juga komandan pasukan elite, Grup-2 Para Komando (Parako) atau Komando Pasukan Sandi Yuda (Kopassanda ).
Tugas utama Kolonel Dading bersama anak buahnya adalah memasuki wilayah Tim-Tim sebagai sukarelawan dan tanpa menunjukkan identitas sebagai pasukan elit.
Jika dalam tugas-tugasnya sebagai personel intelijen sampai menimbulkan bentrokan senjata dan gugur, maka negara tidak akan mengakuinya mengingat status mereka adalah sukarelawan.
Sekitar 250 personel Parako yang bertugas sebagai intelijen kemudian dikirim perbatasan NTT-Tim-Tim dan dalam penugasannya mereka selalu menyamar.
Ketika dikirim ke Atambua, NTT lalu ke Motaain, personel Parako menyamar sebagai mahasiswa yang akan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN).
Sedangkan senjata yang dibawa dimasukkan ke dalam karung yang telah dibubuhi tulisan berbunyi ‘alat-alat pertanian’.
• BNNP Jambi Buru Enam Tahanan yang Melarikan Diri, Dua Orang Dikabarkan Lari ke Pekanbaru
• Ketahuan Simpan Sabu di Celana Dalam, Govinda Terancam Enam Tahun Penjara
• Geger Pesta Seks Gay Bermasker Merah Putih, Polisi Amankan 56 Orang, 9 Orang Jadi Tersangka
Tugas utama para personel Parako adalah menyusup ke Tim-Tim dalam bentuk kelompok kecil untuk membentuk basis-basis gerilya dan melakukan penyerangan.
Sebagai sukarelawan dan tidak bersetatus anggota militer dalam melaksanakan operasi intelijennya secara terbatas (limited combat intelligence) para personel Parako kebanyakan memakai celana jean dan kaos oblong serta jarang menenteng senjata.
Di kemudian hari ketika operasi militer ABRI secara terbuka untuk mendukung proses integrasi ke RI digelar, para personel Parako ternyata masih suka mengenakan celana jean dan kaos oblong.