Tragedi G30 S PKI

CERITA Burhan Kapak, Algojo Pembunuh Orang PKI Usai Tragedi G30 S/PKI, Bawa Kapak Kemana-mana

CERITA Burhan Kapak, Algojo Pembunuh Orang PKI Usai Tragedi G30 S/PKI, Bawa Kapak Kemana-mana

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Via Tribun Kaltim
Ilustrasi algojo dalam kisah kelam G30 S PKI 

Ketika peristiwa G30S meletus, Burhan mengaku sering melakukan perlawanan terhadap orang-orang PKI dan simpatisannya.

Terkhusus ia menyebut melakukan perlawanan setelah kedatangan Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) dan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) ke Yogyakarta pada bulan Oktober 1965 di bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edhie Wibowo.

Ia menuturkan, operasi penumpasan anggota PKI dan simpatisannya ia lakukan bersama tentara.

Burhan mengaku diminta membuat pagar betis, lalu tentara yang melakukan operasi.

Ia menambahkan, "karena masyarakat dan organisasi Islam juga menaruh dendam, kami pun sering bergerak sendiri".

Para pemuda memburu kaum komunis di lereng Gunung Merapi, Jawa Tengah
Para pemuda memburu kaum komunis di lereng Gunung Merapi, Jawa Tengah ((Repro: Olle Tornquist, Marxistisk barlast, 1982, h. 223))

Begini Reaksi Indonesia saat China Seenak Jidat Mengajak Buat Proyek Ini di Natuna Demi Sebuah Misi

Pengambilan Persetujuan Bersama APBD-P Kabupaten Sarolangun Paling Lambat 30 September

VIDEO Viral Suara Wanita Menjerit Bikin Heboh Penghuni Hotel, Terekam Kamera Ketika Keluar Kamar

Saat melakukan penumpasan, Burhan berposisi sebagai staf satu, Laskar Ampera Aris Margono dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI).

Ia mengaku telah mendapat "License to kill".

Diakui olehnya, terdapat 10 orang yang diberi pistol, kemudian dilatih di Kaliurang, Yogyakarta.

Pistol yang ia dapatkan adalah pistol berjenis FN yang ia dapatkan dari tentara sekitar bulan November 1965.

Burhan mengaku bahwa ia sering kembali ke markas Kostrad yang saat itu bertempat di Gedung Wanitatama, di Yogyakarta untuk meminta peluru.

Di wilayah Yogyakarta, Burhan menggelar operasi untuk mencari anggota, tokoh, maupun simpatisan PKI.

Operasi yang ia lakukan hampir setiap hari ini dimulai pada akhir 1965 hingga pertengahan tahun 1966.

Wilayah operasi Burhan juga tidak hanya berada di sekitar Yogyakarta, melainkan sampai ke daerah Luweng, Gunungkidul, kemudian ke Manisrenggo, dan Kaliwedi, Klaten, Jawa Tengah.

Diakui olehnya bahwa di daerah Kluweng, ia mengeksekusi orang-orang PKI pada malam hari dengan cara menutup mata dan mendorong mereka dari tebing tinggi ke aliran sungai yang mengalir ke pantai selatan Jawa.

Sedangkan di Kaliwedi, di sebelah barat Klaten, sebelum melakukan eksekusi, ia meminta warga membuat parit sepanjang 100 hingga 200 meter untuk menaruh anggota PKI dan simpatisannya sebelum dieksekusi.

Sumber: TribunnewsWiki
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved